We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Tampilkan postingan dengan label apinat-aklahat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label apinat-aklahat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Januari 2024

Residensi Apinat-Aklahat 2024




Selamat datang di program Residensi Apinat-Aklahat di komunitas Lakoat.Kujawas. Nama Apinat-Aklahat artinya yang menyala dan bercahaya. Program ini seperti api, matahari, bintang, lilin, pelita, kunang-kunang atau apapun yang menyala dan bercahaya, untuk berbuat sesuatu yang bisa menyala dan bercahaya. Bisa memberi terang bagi kehidupan di Mollo, bisa memberi cahaya bagi kehidupan di luar Mollo. 

Komunitas Lakoat.Kujawas adalah komunitas warga yang bergerak sejak tahun 2016 melakukan kerja pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan lokal dan mereproduksinya ke dalam beberapa program regular antara lain sekolah budaya, perpustakaan warga, kelas menulis, food lab, penerbitan buku, tur gastronomi dan pameran arsip warga. Kami bergerak secara swadaya dengan semangat warga bantu warga, untuk membangun kesadaran dan kekuatan kolektif sipil. Aktivitas dan ruang-ruang kreatif kami banyak didukung oleh warga net dan warga kampung. 

 

Program ini diselenggarakan dan dikelola secara swadaya oleh warga aktif Desa Taiftob yang bergiat di komunitas Lakoat.Kujawas. Maka seperti belasan residensi yang sudah pernah terjadi, Apinat-Aklahat adalah bentuk kolaborasi antara seniman dan peneliti yang datang dengan biaya sendiri, didukung oleh akomodasi oleh warga desa Taiftobuntuk sebuah kerja kolaborasi yang berguna bagi kedua belah pihak dan kehidupan secara universal. Yang akan menjadi pengetahuan yang bisa diakses oleh publik yang lebih luas. 

 

Kami membayangkan Apinat-Aklahat adalah bentuk kolaborasi dan dialog yang setara dan saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman antara seniman/peneliti tamu, dengan warga lokal (pegiat komunitas Lakoat.Kujawas, seniman dan budayawan di Mollo), untuk mewujudkan visi dan tema yang dibangun Lakoat.Kujawas yang mungkin sejalan dengan visi dan tema yang sedang dikerjakan oleh seniman/peneliti tamu. 

 

Tahun 2024 ini kami fokus ke isu pangan lokal, literasi/sastra, seni budaya dan lingkungan, termasuk di dalamnya mereproduksi ulang pengetahuan lokal yang sudah dikumpulkan/diarsipkan sejauh ini lewat berbagai medium/wahana antara lain fotografi, videografi, film dan teater. Kami ingin merespons berbagai hal yang 8 tahun terakhir kami dokumentasikan lewat program regular kami di perpustakaan, kelas menulis kreatif, penerbitan buku, foodlab, sekolah budaya dan pameran arsip warga. 

 

Untuk itu, sepanjang periode Januari - April 2024, kami memberi kesempatan bagi 1 orang videografer/filmaker, 1 orang fotografer, 1 orang aktivis pangan, 1 orang ilustrator dan 1 orang seniman teater untuk datang dan tinggal bersama kami selama 7 -12 hari. 

 

Adapun transportasi dari tempat tinggal seniman/peneliti ke Mollo ditanggung oleh yang bersangkutan. Komunitas Lakoat.Kujawas dan warga desa Taiftob berkontribusi untuk menanggung akomodasi (tempat tinggal dan konsumsi) selama tinggal di komunitas kami, termasuk juga transportasi lokal selama residensi. Kami terbuka jika seniman/peneliti datang dengan sponsor/donor dari pihak lain. Sejauh sponsornya bukan partai politik, tambang dan rokok, kami oke-oke saja, hehe. 

 

Silakan kirim profil, CV atau portofolio kalian dan ide apa yang ingin kalian kerjakan bersama kami. Kami sangat terbuka untuk membangun diskusi ide dan gagasan bersama untuk residensi ini. Kami juga akan menyeleksi portofolio dan ide yang kiranya sejalan dengan visi Lakoat. Karena periode Januari - April ini hanya terbatas untuk 5 seniman/peneliti, maka kandidat lain yang potensial akan tetap diupayakan untuk diatur residensinya setelah April 2024. 


Kalian juga bisa terlibat sebagai donatur/sponsor untuk mendukung residensi ini. 

 

Jika ada pertanyaan lain atau ingin berdonasi, silakan bersurat ke lakoat.kujawas@gmail.com

 

Salam hormat

Lakoat.Kujawas



Baca Juga: Penggalangan Dana Publik untuk Operasional Lakoat.Kujawas 2024





Sabtu, 09 Januari 2021

Mimpi 2021

 

Selamat tahun baru untuk teman-teman sekalian. Terima kasih selalu ada bersama kami sepanjang 4 tahun bertumbuh. Tahun 2021 kami hadir lagi dengan beberapa informasi baru.

  1. Tahun 2020 kami memilih 10 anak dengan pembaca buku terbanyak (di atas 25 eksemplar). Meski tahun lalu adalah tahun yang cukup sulit karena pandemi kami cukup bangga dengan progress dan konsistensi mereka. Kami ingin memberikan reward/hadiah tas sekolah kepada mereka. Kalian bisa ikutan dengan mengirim tas sekolah yang bisa dipakai oleh laki-laki maupun perempuan usia SD dan SMP. Kontak email: lakoat.kujawas@gmail.com untuk informasi lebih lanjut. 

  2.  Kami juga memberikan beasiswa pendidikan untuk 10 siswa kelas menulis di komunitas yang berprestasi dan aktif berkegiatan di sekolah adat Skol Tamolok di komunitas. Kalian yang ingin terlibat silakan kontak email lakoat.kujawas@gmail.com 
  3. Tahun 2021 ini kami berencana menerbitkan ulang buku perdana dari kelas menulis kreatif #ToTheLigthouse: Dongeng dari Kap Na’m To Fena, sebuah kumpulan cerita. Untuk edisi ini kami ingin menambahkan ilustrasi isi. Kami mengajak teman-teman illustrator buku dan desain grafis untuk mengerjakan isi dan layout buku sebagai relawan. Silakan kirim contoh karya kalian ke email lakoat.kujawas@gmail.com. Tahun ini kami ingin membangun integrasi ruang arsip benih, dapur komunitas, food lab dan bulk store. Buku-buku yang akan dicetak ulang ini akan dijual untuk penggalangan dana pembangunan ruang arsip benih dan dapur tersebut. 

  4.  Kami membuka kesempatan juga bagi teman-teman yang ingin terlibat mendukung kerja-kerja baik komunitas yang bergiat bersama masyarakat adat di pegunungan Mollo untuk terlibat sebagai relawan desainer grafis untuk mengerjakan materi-materi publikasi untuk media sosial komunitas Lakoat.Kujawas. Kirim contoh karya ke lakoat.kujawas@gmail.com. Selain relawan desainer grafis untuk materi publikasi dan kampanye di medsos, kami juga membutuhkan bantuan relawan untuk edit video pendek terkait aktivitas komunitas untuk media sosial dan YouTube komunitas. 

  5. Bagi yang ingin mendonasikan buku-buku bacaan (prioritas buku fiksi) untuk perpustakaan kami, silakan kontak lakoat.kujawas@gmail.com atau kirim langsung bukunya ke Perpustakaan Komunitas Lakoat.Kujawas Jalan Kampung Baru, No. 2 Desa Taiftob Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT 85552 Telepon 081 338 037 075. Jenis buku: buku fiksi, buku cerita, buku puisi baik untuk anak-anak, remaja maupun dewasa. Mohon paket buku dikirim menggunakan jasa Pos Indonesia sebab hanya jasa itu yang bisa menjangkau desa kami.
  6.  Karena pandemic, program Residensi Kesenian Apinat-Aklahat kami masih pending dulu, belum tahu akan buka kapan lagi. Residensi ini terbuka untuk teman-teman seniman musik, film, video, penulis, teater, fotografi dan tari. Terbuka juga untuk petani, chef dan food activist dan arsitek komunitas silakan kirim proposalnya ke dickysenda@gmail.com.
  7.  Skol Tamolok adalah salah satu program baru di komunitas, semacam ruang pendidikan kontekstual dan kritis, sekolah adat bagi warga pegunungan Mollo, khususnya anak, remaja dan kaum muda. Teman-teman dengan latar penulis, arsitek komunitas, petani, pegiat pangan, peneliti seni budaya, seniman bisa terlibat sebagai relawan pengajar. Atau teman-teman bisa terlibat sebagai donator untuk mendukung kelas-kelas kreatif di program Skol Tamolok ini bisa terus dilakukan bersama dengan tokoh adat, budayawan, penenun dan petani lokal. Kontak lakoat.kujawas@gmail.com atau transfer ke Rek BRI 0277 – 01010910-50-5 an CHRISTIANTO SENDA. Konfirmasi pengiriman ke alamt email tadi. Semester ini kami akan bikin kelas Membaca Tatoo. 


  8. Sejak eksis Juni 2016 kami banyak melakukan kerja-kerja pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan lokal Molo dengan harapan kelak pengetahuan itu bisa diakses siapapun khususnya generasi muda Mollo sendiri. Lalu tahun 2019 kami mulai menggunakan hasil kerja pengarsipan tersebut untuk berbagai kegiatan kreatif lintas media. Misalnya menyelenggarakan lokakarya dan pameran fotografi bertema ekologi, bikin pameran arsip di kota kecamatan dan di paroki, mengembangkan produk tenun dan olahan hasil pertanian, hingga bikin heritage trail bertema pangan lokal dan Skol Tamolok, sebuah model pendidikan kritis dan kontekstual, sekolah adat bagi generasi muda Mollo yang ingin belajar mengenai sejarah, budaya dan kesenian lokal (hal-hal yang tidak banyak ada di sekolah formal kita saat ini). Tahun 2021 kami ingin mewujudkan satu mimpi lama kami yakni membangun sebuah dapur tempat segala eksperimen resep pangan lokal dilakukan bersamaan dengan gastronomi tour, sekaligus tempat menyimpan aneka benih lokal/ruang arsip benih/perpustakaan benih dan bulk store. Aha. Kami sangat senang bereksperimen dengan aneka bahan pangan lokal dan aktif mengkampanyekan isu kedaulatan pangan. Ingin rasanya olahan dan preservasi pangan itu bisa juga dipajang-dijual di rumah bersama tersebut. Kami sedang menyusun RABS dan desain arsitekturalnya. Sebelum akhirnya akan melakukan penggalangan dana dari publik mulai bulan Februari 2021, target pembangunan Juni -November 2021. 


Senin, 06 Juli 2020

Lakoat.Kujawas: Budaya adalah Kekuatan Ekonomi




Artikel dari Koalisi Seni
Tidak banyak orang yang tahu tentang Taiftob. Kalaupun Anda mencari informasi tentang Taiftob lewat Google, sebagian besar hasil yang akan Anda temukan berkaitan dengan Lakoat.Kujawas.

Taiftob adalah nama suatu desa di Kecamatan Mollo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Di sana, sastrawan Dicky Senda menggagas Lakoat.Kujawas, kewiraswastaan sosial yang menghubungkan seni dan literasi dengan ruang-ruang produksi khas Mollo.
Mulanya, kepulangan Dicky ke Taiftob hanya untuk melakukan riset. Saat itu ia masih bekerja di Kupang sebagai konselor pendidikan. Ternyata banyak yang ia temukan dalam proses riset itu. Dicky melihat bagaimana kampungnya, dan kampung-kampung lain di Timor, ditinggal pergi oleh orang-orang mudanya. Mereka putus sekolah kemudian merantau mencari penghidupan. Ada yang ke luar daerah, bahkan tak sedikit yang menjadi buruh migran ke Malaysia. Ia juga mendengar banyak dari mereka menjadi korban trafficking atau pulang dalam kondisi terjangkit HIV.
Akhirnya, Dicky malah membulatkan tekad untuk melepas pekerjaannya dan pulang kampung ke Taiftob. Di hatinya, ada satu niat: membuat masyarakat Mollo, terutama orang mudanya, berdaulat atas alam dan budayanya sendiri. Bersama kawan-kawannya di Taiftob, Dicky mendirikan Lakoat.Kujawas pada 10 Juni 2016. Lakoat (biwa) dan kujawas (jambu biji) ialah dua buah yang akrab dengan kehidupan anak-anak Mollo. Keduanya menggambarkan keceriaan, potensi, dan harapan yang tumbuh dari kampung-kampung di Mollo.
Jejak Akar dan Tradisi pada Batu
Ketika Dicky dan kawan-kawannya kembali ke Desa Taiftob, mereka melihat putusnya rantai budaya antar-generasi. Fenomena ini membuat mereka, yang aktif berkegiatan di bidang seni, gelisah. Keputusan orang-orang muda meninggalkan desanya untuk bekerja ke luar daerah membuat seni dan budaya Mollo hanya dijalankan oleh orang-orang tua.
“Jika kami harus membuat orang muda bertahan di Mollo, maka kami harus memberi argumen bahwa seni budaya bisa menjadi perolehan ekonomi mereka,” begitu menurut Dicky. Salah satu dari seni lokal yang meluntur adalah tradisi bertutur. Mereka pun bergerak dari sana.
Enam kecamatan dalam wilayah adat Mollo dan Taiftob dipilih sebagai lokasi utama kegiatan Lakoat Kujawas. Namun, untuk kepentingan riset, mereka juga menjangkau desa-desa lain di sekitarnya. Mereka menggali cerita-cerita yang berkembang di masyarakat Mollo dalam bentuk mitos, dongeng, dan sejarah. Keterikatan yang kuat antara masyarakat Mollo dengan alamnya menghasilkan beragam cerita yang hebat. Cerita-cerita ini menjadi kekuatan budaya sekaligus kunci untuk hidup damai berdampingan dengan alam.
Di sebidang tanah pinjaman dari warga desa, Lakoat.Kujawas mendirikan sebuah perpustakaan. Buku-bukunya diambil dari koleksi pribadi relawan, juga dari bantuan Komunitas Pustaka Bergerak, jaringan relawan yang misinya adalah menyebarkan bacaan bermutu ke seluruh penjuru Indonesia. Lakoat.Kujawas diuntungkan dengan hari pengiriman buku gratis yang ditetapkan pemerintah pusat setiap bulan pada tanggal 17. Dicky percaya bahwa mereka yang membaca akan dekat dengan menulis. Lewat menulis, anak-anak dapat diajak untuk mengenal budaya dan identitas mereka sendiri. Contohnya, dengan mengajak anak-anak desa menuliskan cerita tentang sejarah batu-batu.
Bebatuan alam memang menjadi ciri khas lanskap Mollo dan merupakan bagian dari keseharian warganya. Marga dan nama-nama tempat dinamai berdasarkan nama batu. Menggali sejarah tentang batu diharapkan bisa menyadarkan masyarakat akan potensi besar yang terkandung di tanah kampung halaman mereka sendiri dan bagaimana melindunginya. Ini sekaligus pendekatan yang tepat untuk mengangkat isu besar yang kini dihadapi masyarakat Mollo Utara: penambangan liar dan eksploitasi marmer.
Pengetahuan akan masakan dan cita rasa lokal menjadi cara yang juga dipilih Lakoat.Kujawas untuk mengajak warga mengenali kembali akarnya sendiri. Resep-resep khas Mollo, warisan turun-temurun dari leluhur, dikumpulkan. Dalam perjalanannya, ditemukan adanya pengaruh Tiongkok dan Belanda dalam resep-resep itu. Ibukota Mollo Utara, Kapan, adalah kota pertama yang dibangun kolonialis Belanda di Timor Tengah. Maka, tak heran jika pengaruhnya terlihat pada masakan-masakan Mollo yang dipanggang. Para perantau Bugis yang menyebar di Mollo sejak tahun 1950-an juga turut meyumbangkan pengaruhnya pada cita rasa lokal.
Revitalisasi seni dan budaya yang dilakukan para relawan Lakoat.Kujawas disambut hangat oleh warga desa. Seni adalah hal yang telah lekat dengan masyarakat Mollo sejak dulu. Mereka dengan antusias mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh Lakoat.Kujawas–kelas menulis, kelas teater dan tari, misalnya–juga ramai-ramai hadir pada acara pementasan teater atau pemutaran film. Dalam kesempatan seperti itu, tanpa diminta, beberapa warga tergerak menyumbangkan makanan untuk yang hadir. “Ini semacam kerinduan akan kegiatan seni zaman dulu, terutama ketika setiap panen ada perayaan, berbalas pantun, dan lain-lain,” jelas Dicky.
Berdaulat dalam Budaya, Berdaulat dalam Ekonomi
Lakoat.Kujawas memiliki satu blog, satu akun Twitter, satu laman Facebook, dan dua akun Instagram. Beragam kegiatan yang sedang berlangsung di sana dikabarkan lewat berbagai platform media sosial itu. Tapi bukan itu saja. Laman Facebook dan akun Instagram @lkjws.co mereka jadikan etalase untuk memamerkan produk-produk olahan warga Mollo.
Produk-produk itu dikemas dengan cantik, menyesuaikan diri dengan pasar generasi milenial dan pasca-milenial yang piawai bermedia-sosial. Lihat saja produk Kopi Mollo, yang dikemas dalam kantong karton berklip (bisa ditutup kembali) warna cokelat. Kemasan itu ditempeli label stiker bergambar buah lakoat berwarna oranye yang menarik mata. Lakoat.Kujawas juga menjual jagung bose siap masak. Jagung bose adalah panganan kaya serat khas Mollo yang berbahan dasar jagung, kacang merah, dan labu kuning. Produk ini dikemas dalam plastik transparan, menampilkan warna-warni cantik bahan dasarnya yang mengingatkan akan tampilan sebungkus granola.
Sejak awal menggagas Lakoat.Kujawas, Dicky sadar bahwa kemandirian ekonomi krusial bagi warga Mollo. Kesulitan mencari dan menciptakan lapangan kerja, yang menggiring orang-orang muda keluar dari desanya, menyisakan anak-anak dan orang-orang tua di luar usia produktif. Maka, gagasan seputar membangkitkan budaya dan tradisi lokal harus terlihat hasil praktisnya, bukan hanya dalam konteks ideal, agar naik daya tawarnya di mata orang-orang muda.
Selain masakan dan hasil pertanian, tenun menjadi komoditas unggulan warga Mollo. Lakoat.Kujawas merangkul para perempuan penenun untuk membagikan pengetahuan mereka lewat program lokakarya. Diakui Dicky, lokakarya ini lahir dari inisiatif warga. Ini artinya sudah muncul desakan dari warga untuk melahirkan generasi baru penenun Mollo.
Hasil tenun, berdampingan dengan produk lainnya, mereka pasarkan lewat media sosial. Produk-produk warga juga dititipjualkan di toko-toko online dan LSM Kupang Batanam. Hasilnya dikembalikan ke perajin dan digunakan oleh Lakoat.Kujawas untuk mendanai kegiatan mereka. Setelah berjalan dua tahun, mereka mulai mempertimbangkan untuk membuat toko fisik di Taiftob dan mendistribusikan produk-produk Mollo ke Pulau Jawa.
Berkat prakarsa dan upaya mereka, Lakoat.Kujawas diundang oleh British Council untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan di Bali dan di Inggris. Pengalamannya menjalani pelatihan di Inggris menguatkan pandangan Dicky bahwa kewirausahaan sosial bisa menggerakkan banyak kebaikan di masyarakat sambil tetap menghasilkan keuntungan yang layak untuk hidup. Salah satu materi yang menurut Dicky dapat diterapkan di Mollo adalah active citizen. Dialog antar-budaya dan pembangunan sosial yang digerakkan komunitas, yang menjadi titik tumpu materi ini, menurut Dicky, cocok untuk diterapkan oleh generasi milenial di Mollo.
Satu lagi komoditas lokal yang sedang dimatangkan konsepnya oleh Dicky dan kawan-kawan adalah paket wisata jejak pusaka (heritage trails). Paket ini ditawarkan kepada wisatawan yang tertarik untuk mengeksplorasi seni, budaya, dan religi masyarakat Mollo. Salah satu unsur sejarah yang akan diangkat adalah kayu cendana. Ternyata dahulu orang-orang Eropa dan Tiongkok datang ke Mollo untuk mencari kayu cendana.
Untuk mengembangkan wisata jejak pusaka, Lakoat.Kujawas sempat berdiskusi dengan pihak Kementerian Pariwisata, tepatnya dengan Deputi Bidang Budaya, Sejarah, Religi, dan Wisata. Kementerian Pariwisata sudah menunjukkan ketertarikan akan konsep tersebut. Pihak lain yang digandeng untuk mewujudkan rencana ini adalah Komunitas Kesengsem Lasem dari Jawa Tengah. British Council pun membantu dengan mempertemukan Lakoat.Kujawas dengan pengelola Pasar Papringan, yang telah berhasil melakukan revitalisasi wilayah kumuh menjadi atraksi wisata ramah lingkungan di Temanggung.
Dicky mengakui bahwa kontak Lakoat.Kujawas dengan pemerintah daerah masih terbatas. Pemerintah desa sendiri sudah mulai mengajak mereka untuk terlibat dalam musrembang dan penyusunan anggaran desa. Namun, belum terbentuknya pemahaman akan potensi seni dan budaya membuat pemerintah daerah belum responsif terhadap program-program yang mereka gagas.
Sebaliknya, Dicky menilai respons pihak-pihak di luar pemerintah justru jauh lebih baik. Hal ini terbukti dengan terjalinnya kerja sama dengan British Council, LSM Kupang Batanam, juga terwujudnya program residensi seni yang didukung oleh SMPK St. Yoseph Freinademetz Kapan dan Koalisi Seni Indonesia.
Segala usaha yang dilakukan para relawan Lakoat.Kujawas membuktikan bahwa seni dan budaya terkait erat dengan sandaran ekonomi bagi masyarakat Mollo. Keunikan makanan, hasil kriya, dan cerita-cerita sejarah yang telah lama dimiliki warga menyimpan potensi yang tidak kecil. Warga Mollo kini mulai jeli mengamati potensinya dan mampu mengemasnya agar relevan dengan zaman. Selain itu, dengan lebih mengenal budaya mereka sendiri, warga bisa menjadi lebih kuat mempertahankan kehidupan sehingga tidak tergoda jebakan eksploitasi yang dapat merugikan mereka.

*Artikel “Budaya adalah Kekuatan Ekonomi” merupakan bagian dari buku Dampak Seni di Masyarakat terbitan Koalisi Seni Indonesia. Buku bisa dibeli dengan mengirimkan surel ke sekretariat@koalisiseni.or.id.

Senin, 06 Januari 2020

Program Mnahat Fe’u Heritage Trail 2020 Telah Dibuka


Mnahat Fe’u Heritage Trail kembali hadir di bulan Januari hingga Agustus 2020. Heritage Trail yang mempertemukan seni budaya dengan ekologi dengan pangan/kuliner sebagai titik tengahnya. Untuk trail kami hanya batasi untuk 15 orang per trail. Berikut agendanya:
1. Mnahat Fe’u Heritage Trail the Beginning, desa Taiftob, 18 Januari 2020 (full booked)
2. Mnahat Fe’u Heritage Trail Pu’u, desa Taiftob 29 Februari 2020 (pendaftaran dibuka)
3. Mnahat Feu Heritage Tral Lakoat, desa Taiftob, 25 Maret 2020 (pendaftaran dibuka)
Info lengkap dan pendaftaran silakan kontak ke WA 081338037075.

NB: untuk trail bulan April-Agustus tanggalnya akan kami rilis kemudian.




Program Residensi Kesenian Tahun 2021 di Lakoat.Kujawas Sudah Dibuka



Program residensi kesenian Apinat-Akhalat dari Komunitas Lakoat.Kujawas di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan, NTT dibuka kembali sepanjang tahun 2021. Komunitas Lakoat.Kujawas adalah sebuah komunitas warga yang lahir di desa Taiftob, 10 Juni 2016, yang mengintegrasikan perpustakaan warga, ruang arsip seni budaya Mollo dan ruang kerja kolaborasi dengan pendekatan kewirausahaan sosial. Apinat-Aklahat adalah salah satu program dari banyak program regular yang diselenggarakan Lakoat.Kujawas sepanjang tahun. Antara lain,
1. Kelas menulis kreatif To the Lighthouse yang melibatkan belasan remaja Mollo setiap Sabtu dan Minggu. Berkolaborasi dengan SMPK St. Joseph Freinademetz Kapan.
2. Kelas menenun bersama artisan tenun mama Mety Laka dan para remaja desa Taiftob. Diselenggarakan setiap akhir pekan.
3. Mnahat Fe’u Heritage Trail, sebuah model ekowisata dengan fokus kuliner/gastronomi dengan model social enterprise, yang mempertemukan seni budaya, dan ekologi dengan pangan/kuliner sebagai titik tengah dan highlight-nya. Kami selenggarakan di bulan Januari – Agustus. Baca artikel lengkapnya di sini https://travel.ourbetterworld.org/story/journey/celebrate-mollo-gathering-arts-and-food/story
4. Forum Keluarga Disabilitas, sebuah forum yang digagas warga aktif desa Taiftob (mama pendeta Venni Bessie dan mama Marlinda Nau). Forum ini mempertemukan keluarga-keluarga dengan anak disabilitas di desa Taiftob yang selama ini terabaikan.
5. Kelompok Perempuan Pengolah Hasil Pertanian, sebuah kelompok perempuan dampingan Perkumpulan Pikul dan Oxfam Indonesia.
6. Perpustakaan warga Lakoat.Kujawas, ruang pinjam dan baca buku dengan berbagai program kesenian dan literasi seperti workshop fotografi, film, musik dan teater. Perpustakaan buka setiap akhir pekan.
7. Skol Tamolok (Tabaina Monit Noi Alekot), sebuah gagasan baru dari kelompok orang muda dan orang tua, ruang pendidikan alternatif dan kontekstual untuk belajar dan bertukar informasi dan pengetahuan. Diselenggarakan setiap bulan di hari Sabtu pekan keempat.
8. Food Lab, sebuah ruang belajar yang fokus kepada pengolahan aneka bahan pangan lokal. Mengintegrasikan dapur tradisional, laboratorium pangan dan ruang arsip benih. 

Program residensi kesenian ini terbuka untuk para seniman dan budayawan di bidang musik, teater, film, fotografi, tari, sastra, fashion dan arsitek. Juga petani, chef atau food activist.
Program ini terbuka sepanjang tahun 2021-2022 dengan durasi minimal 3 hari maksimal 2 pekan.
Lakoat.Kujawas tidak menanggung biaya transportasi dari kota asal ke Mollo dan sebaliknya, termasuk perdiem dan honor. Komunitas hanya menanggung akomodasi dan konsumsi selama seniman tinggal di Mollo.
Proposal silakan dikirim ke dickysenda@gmail.com. Lakoat.Kujawas akan melakukan kurasi atau seleksi proposal yang masuk. Termasuk mendiskusikan ide dan gagasan yang sedang dikerjakan Lakoat.Kujawas. Beberapa info singkat terkait hal itu bisa disimak di sini.

1. Sejak 2016 Lakoat.Kujawas melakukan kerja-kerja pengarsipan dan pendokumentasian sejarah, budaya dan kesenian Mollo. Revitalisasi kampung adalah visi besarnya dan pangan, pertanian dan ekologi adalah tiga hal yang menarik sebab menjadi potensi penting yang ditemukan dalam riset kami, menjadi identitas penting yang perlu diperkuat. Kami pernah melakukan tiga kali pameran arsip sejarah dan seni budaya di depan publik di desa dan kecamatan.
2. Terkait poin nomor satu, berbagai workshop menulis kreatif, fotografi, teater dan musik yang sudah pernah kami gagas, temanya tidak jauh-jauh dari visi revitalisasi seni budaya dan sejarah kampung, termasuk di dalamnya revitalisasi hutan, mata air dan batu sebagai pusat kebudayaan orang Mollo. Dua buku yang kami terbitkan dari hasil workshop menulis kreatif banyak berbicara tentng dongeng dan legenda juga nilai terkait ekologi.
3. Mnahat Fe’u heritage trail yang kami gagas adalah hasil akhir dari riset dan kerja-kerja pengarsipan seni budaya dan sejarah Mollo. Pariwisata bukan tujuan awal, pawisata minat khusus ini adalah bonus dari rangkaian panjang mewujudkan mimpi dan visi revitalisasi kampung sebagai ruang hidup bersama yang nyaman.

Hendaknya proposal yang teman-teman ajukan tidak akan jauh-jauh dari apa yang sudah dan sedang dirintis oleh warga aktif yang bergiat di komunitas lakoat.kujawas (dalam hal ini akan berkaitan langusng dengan program-program regular yang sudah kami sampaikan di atas).

Untk info lebih lanjut bisa via Whatsapp ke 081338037075 (Dicky).



Salam budaya




Kamis, 13 Juni 2019

Paukolo X Revitalisasi Kampung: ‘Anak di Antara Mata Air, Hutan dan Batu’


Andakah seniman musik, tari, teater, foto dan film yang mungkin tertarik untuk terlibat dalam project swadaya komunitas warga dalam merevitalisasi kampung di Mollo? Paukolo adalah sejenis motif kain tenun khas Mollo. Ia adalah burung elang yang terbang tinggi, sumber inspirasi dan semangat kerja bersama. Ia menerbangkan mimpi orang-orang yang ingin hidup lebih baik di kampung.

***

Sonde terasa sudah 3 tahun komunitas Lakoat.Kujawas bertumbuh bersama banyak sekali teman, sahabat dan keluarga, yang dekat di desa Taiftob maupun yang jauh. Tiga tahun diisi dengan banyak hal menyenangkan. Kedatangan seniman dari Makassar dan Jogja di program residensi kesenian Apinat-Aklahat. Menerbitkan tiga buku, satunya sejarah Gereja Katolik di Mollo, satunya buku cerpen dan yang terakhir buku kumpulan puisi yang terinspirasi dari keseharian anak-anak Mollo. Terakhir kami bikin workshop ilustrasi buku bersama teman-teman dari Timor Art Creative, musikalisasi puisi bersama Forum SoE Peduli dan workshop menari dan tutur bonet khusus musim panen bersama bapa Okto Sunbanu, budayawan desa kami.

Di momen ulang tahun ketiga dalam semangat merevitalisasi desa Taiftob sebagai tempat yang hidup dan kreatif, kami baru menerbitkan buku puisi Tubuhku Batu, Rumahku Bulan yang ditulis oleh 25 remaja desa. Menyambung dengan program-program sebelumnya (jika ingin melihat semangat keberlanjutan dari warga yang bergiat di komunitas), baik itu kelas teater hingga produksi pementasan teater, workshop fotografi, tari, menulis cerita dan puisi yang semuanya terinspirasi dari lingkungan sekitar, kami berniat untuk kembali mengadakan beberapa workshop multimedia-multidisiplin seni. Dan berencana, hasil akhirnya akan dipamerkan atau dipentaskan di bulan Agustus 2019, bertepatan dengan momen festival budaya dan 17 Agustusan di kota kecamatan di Kapan.

Delapan bulan terakhir sebanyak 25 remaja Mollo melakukan workshop penulisan puisi bertema batu, hutan dan mata air. Sebelumnya mereka melewati workshop setahun menuliskan cerita-cerita pendek yang terinspirasi dari kehidupan harian mereka dan dongeng-dongeng yang datang dari masa kecil. Buku Dongeng dari Kap Na’m To Fena dan buku puisi Tubuhku Batu Rumahku Bulan sudah terbit. Menurut kami, itu dua karya yang sangat spesial yang ditulis anak-anak melibatkan orang tua mereka. Dua buku yang memotret cara pandang mereka terhadap kampung halaman. Sejak dulu orang Mollo mendapat tugas merawat hutan, gunung dan mataair.
Dua karya yang kemudian menginspirasi dan melahirkan ide agar kedua buku tersebut boleh dieksplorasi lebih lanjut, jauh dan dalam, melibatkan anak-anak desa Taiftob ke dalam medium-medium baru: musikalisasi puisi dan cerpen, adaptasi puisi atau dongeng ke dalam tarian dan teater, membuat photo story atau film pendek menggunakan gadget dari proses penelusuran dan pendalaman narasi dan mitos/dongeng terkait kampung, mata air dan hutan, dan berbagai media kreasi baru lainnya.

Kami senang jika salah Anda adalah seniman terkait yang peduli pada gerakan komunitas warga di desa/kampung dan berkenan terlibat dalam program ini. Terbuka ruang diskusi dan penjajakan untuk membahas peluang atau kemungkinan kerja kolaborasi seperti apa yang terbaik. Tema besar dari PAUKOLO x  Revitalisasi Kampung adalah “Anak di Antara Mata Air, Hutan dan Batu”. Bagaimana narasi atau mitos tentang kampung, seni budaya dan ekologi bertumbuh dalam ruang imajinasi anak-anak Mollo. Hasil akhirnya kami ingin memamerkan, memutar dan memetaskannya di kota kecamatan saat momen 17 Agustus. Dan melengkapinya di ruang arsip komunitas yang kelak bisa dipakai sebagai sumber pengetahuan warga dan kajian-kajian selanjutnya.
Workshop berlangsung di bulan Juni dan Juli (menyesuaikan waktu teman-teman relawan seniman), bisa setiap weekend atau hari biasa mengingat sedang musim liburan sekolah. Durasi workshop 2 - 4 kali pertemuan. Model workshop adalah partisipatif dan kerjakolaborasi antara seniman tamu dan anak/remaja Mollo yang bergiat di Lakoat.Kujawas.

PS: Tahun 2017 Komunitas Lakoat.Kujawas pernah menyelenggarakan pameran foto dan arsip Mollo Panggil Pulang di kecamatan setelah workshop fotografi bersama Sekolah Musa selama sebulan.

PSS: Puisi-puisi bertema pohon/ hutan, batu, mata air bisa diakses di blog https://smpksanjosekapan.blogspot.com/2019/06/puisi-puisi-peserta-workshop-anak-di.html?m=1

PSSS: Program ini menjadi bagian dari program residensi kesenian Apinat-Aklahat 2019 (simak info lengkap di bit.ly/kelakoat). Komunitas menyediakan tempat menginap dan konsumsi bagi seniman selama tinggal di desa Taiftob. Minimal 3 hari maksimal 1 pekan residensi. Komunitas tidak mengganti biaya transportasi dari dan ke Mollo, juga biaya perdiem.

PSSSS:Sebagai komunitas yang bergiat dengan anak dan remaja, kami berkomitmen untuk menghargai dan menghormati hak-hak anak dan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketiga bergiat di Lakoat.Kujawas. Simak infonya di sini

Kamis, 04 Oktober 2018

Latihan Teater "Kebahagiaan Yang Pergi Dari Rumah"

Lakoat.Kujawas 6 Juni 2018


November 2017 seniman asaesa Taiftob dan bergiat dengan 25 anak Mollo yang bersekolah di SMPK St Yoseph Freinademetz dan SDK Yaswari III. Mereka belajar teknik dasar teater. Setahun juga, mereka belajar menulis cerita pendek dan puisi di kelas yang kami namai To The Loghthouse. Selasa nanti mereka akan meluncurkan buku cerpen perdana mereka, Dongeng dari Kap Na'm To Fena di Aula Paroki Kapan. Di acara yang sama, mereka akan membaca penggalan cerpen mereka dan mementaskan sebuah teater kecil berjudul Kebahagiaan yang Pergi dari Rumah. Naskahnya kami tulis bersamasama, kami adaptasi dari puisi kak Shinta dengan judul yang sama. Bagaimana prosesnya? Ilmu yang mereka pelajari November lalu ternyata sangat membekas. Imajinasi dan tubuh dipakai maksimal. Mereka menciptakan gerak dan bebunyiannya sendiri. Penasaran? Selasa tanggal 12 jam 9 pagi bisa hadir di acara peluncuran buku mereka di Kapan. Yang berminat beli buku Dongeng dari Kap Na'm To Fena berisi 48 cerita pendek l Makassar Shinta Febriany pernah tinggal lebih dari sepekan di komunitas @lakoat.kujawas dmereka, silakan order via whatsapp 081338037075. #lakoatkujawas #mollo #desataiftob#homestay #artspace #community #coworkingspace#library bit.ly/lakoatkujawas


Rabu, 04 Oktober 2017

Apinat-Aklahat Residency Program 2017



A.    Latar Belakang

Generasi muda desa Taiftob adalah masa kini dan masa depan Mollo. Di tangan merekalah kita semua berharap banyak bahwa Mollo bisa menjadi lebih baik. Namun pada kenyataanya masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian banyak pihak, perlu didorong untuk lebih baik lagi. Angka putus sekolah masih tinggi di usia SMP-SMA, pun angka human trafficking. Pertanyaan menggelitik selalu muncul kemudian, mengapa di tengah kekayaan alam dan budaya, angka putus sekolah dan human trafficking masih tinggi?
Jika melihat Mollo secara lebih luas maka sebenarnya kita menemukan ada begitu potensi yang harusnya bisa mendorong warganya untuk hidup lebih baik. Mollo adalah salah satu wilayah bagi sub-suku Dawan di kabupaten Timor Tengah Selatan, yang terletak di dataran tinggi (1000-2447 mdpl) dengan puncak tertinggi Gunung Mutis. Wilayah sub-suku Atoin Meto lainnya adalah Amanatun dan Amanuban, yang terletak di pesisir selatan pulau Timor. Di sekitar gunung Mutislah sejarah mencatat sebagian peradaban orang Timor suku Dawan bertumbuh dan berkembang. Mollo kemudian tidak hanya dikenal sebagai daerah pertanian yang subur, ia juga menjadi pusat salah satu kerajaan besar di Timor, kerajaan Oenam, menjadi tujuan pedagang Cina dan Eropa membeli cendana dan membentuk koloninya. Hingga dekade 2000, orang Mollo pernah mencatat sejarah mereka sendiri: melawan pertambangan marmer dan mangan (publik kemudian mengenal Aleta Baun sebagai salah satu perempuan pejuang lingkungan asal Mollo). Bicara perspektif ekologis, Mollo sendiri dipandang sebagai ‘perempuan dari gunung’, ibu yang merawat sumber mata air. Sebab dari beberapa gunung di Mollo, belasan mata air bisa menghidupi 5 kabupaten yang ada di pulau Timor. Secara tradisi, budaya dan politik, orang Mollo sudah sejak lama mendapat tugas untuk menjaga dan melestarikan alam. Dan pesan-pesan ekologis itu terus dipelihara dalam tradisi seni bertutur orang Mollo (bonet, natoni dll). Namun isu lingkungan bukan tanpa tantangan, sebab dari generasi muda Mollo sendiri banyak hal mulai ditinggalkan, banyak informasi perlahan terputus.
Hal ini yang sebenarnya mendasari semangat sekolompok orang muda yang pada akhirnya membangun ruang bernama Lakoat.Kujawas setahun lalu. Lakoat.Kujawas atau selanjutnya disingkat LKJWS, mencoba menjadi solusi, bukan beban baru, bukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah selesai ditanyakan. Kami sadar bahwa pendidikan bagi generasi muda Mollo perlu didorong lebih gencar lagi. Kesenian, literasi dan kewirausahaan sosial hanyalah tiga bidang yang kami rasa mampu kami jangkau, kami lakukan sesuai kompetensi kami, dengan mengintegrasikan perpustakaan warga dengan ruang produksi oleh-oleh khas Mollo, ruang kerja kolaborasi, homestay, toko online dan komunitas kesenian.
Kesenian, literasi dan kewirausahaan kami percaya bisa menjadi solusi baru untuk memperkuat kembali kekuatan kami yang sebenarnya sudah ada dan tertanam lama, sembari terus kritis dan berinovasi menjawab tantangan masa kini. Kami melihat bahwa ada masalah dengan rasa percaya diri dan identitas generasi muda Mollo. Ada informasi yang terputus, ada jarak antara generasi muda dengan generasi tua. Modernitas yang bergerak cepat hingga ke pelosok Timor dan sistem pendidikan yang kurang memberi ruang bagi kearifan lokal untuk dekat dengan generasi muda, adalah dua problem yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya. Menjadi tantangan bagi orang Mollo sekarang, setelah generasi Aleta Baun lewat, apakah  orang Mollo masih sama kuat dan sekritis dulu? Siapa yang kelak akan berdiri dengan penuh percaya diri di atas tanahnya? Sementara angka putus sekolah terus naik, migrasi orang muda besar-besaran masih terjadi, ketrampilan dan pengetahuan yang rendah memicu human trafficking.
Setahun bergiat bersama warga desa Taiftob kami telah memberikan kesempatan kepada ratusan anak desa Taiftob untuk mengakses bahan bacaan yang beragam, juga kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, fotografi, tari dan teater. Orang muda dan orang tua diajak untuk giat bertani dan menenun sebagai sebuah prospek ekonomi yang baik. Kami menggunakan internet untuk memperkenalkan potensi lokal: wisata alam, madu hutan, kopi, tas tenun dan sambal lu’at. Dan pelan-pelan mulai mengajak komunitas dan pemangku desa untuk mengembangkan community based tourism. Secara mandiri berkreasi membuat festival kecil-kecilan di tingkat kampung yakni Festival Elaf Dame (Desember 2016), Festival panen Mnahat Feu (Maret 2017) dan Festival Pau Kolo (Agustus 2017). Warga juga mulai dilibatkan untuk mengarsipkan motif tenun, cerita rakyat, foto sejarah dan berbagai dokumen lainnya. Bahkan dari hasil arsip yang dikumpulkan itu, pernah sekali kami pamerkan untuk publik di tingkat kecamatan Mollo Utara. Dengan model integrasi seperti ini, kami rasa akan bisa punya dampak besar dan semua yang terlibat mendapat manfaat. Mollo akan bisa dilihat sebagai tanah harapan, bukan tanah ketidakpastian.
Apinat-Aklahat adalah salah satu karakter yang diberikan suku Dawan kepada penguasa alam semesta, raja langit (Uis Neno). Apinat-Aklahat artinya yang bercahaya dan yang membara. Proyek residensi seni ini diharapkan bisa menjadi seberkas cahaya baru bagi Mollo, bisa menjadi pembawa semangat dan motivasi bagi generasi muda desa Taiftob. Seni teater, kami rasa bisa menjadi salah satu kunci penting bagaimana rasa percaya diri dan identitas lokal itu diperkokoh, bagaimana jarak dan informasi yang terputus itu bisa dilekatkan kembali. Proyek seni ini dibuat atas inisiatif warga dan mengandalkan sumber daya yang ada, dengan semangat kerja kolaborasi dan solidaritas. Bulan November dipilih sebab ini masa awal musim tanam di Mollo, momen yang baik juga untuk mengenal lebih dekat tradisi pertanian warga. Kedua, bulan Desember tahun ini bagi sebagian besar warga desa Taiftob diperingati sebagai 50 tahun masuknya gereja Katolik di Mollo. LKJWS sebagai ruang arsip warga, ikut membantu mengarsipkan foto dan berbagai dokumen sejarah terkait sejarah gereja serta menyiapkan buku kenangan 50 tahun gereja Katolik di Mollo. Hasil workshop teater anak-anak LKJWS juga bisa dipresentasikan dalam agenda pesta emas gereja di desa Taiftob.
Diharapkan Proyek Apinat-Aklahat akan menghasilkan kesempatan diskusi, belajar, melakukan pemetaan, meneliti, workshop, merekam dan mengarsipkan bersama warga, teman-teman seniman dan relawan, sekolah, komunitas biara dan pihak pemerintah desa. Ini akan menjadi awal yang baik untuk mewujudkan mimpi Lakoat.Kujawas dan desa Taiftob sebagai pusat kesenian warga, terintegrasi dengan kewirausahaan sosial. Seni yang menumbuhkan sekaligus memberdayakan.

B.     Tujuan
1.      Lewat seni teater anak-anak desa Taiftob belajar mengenal dan memperkuat identitas sosial dan budaya mereka sebagai orang Mollo, orang gunung yang kental dengan perpspektif ekologis.
2.      Lewat seni teater anak-anak desa Taiftob bisa meningkatkan rasa percaya diri mereka. Teater adalah sarana untuk mengekspresikan diri mereka.
3.      Mewujudkan desa Taiftob sebagai kampung seni, literasi dan wirausaha.
4.      Mewujudkan komunitas Lakoat.Kujawas sebagai ruang kesenian, literasi dan kewirausahaan sosial warga desa Taiftob. Lakoat.Kujawas sebagai ruang untuk berlatih dan mementaskan teater sekaligus mengarsipkan berbagai dokumen baik naskah, foto maupun video terkait teater di Mollo.
5.      Mendukung terciptanya semangat berkesenian di lingkungan sekolah di desa Taiftob

C.     Peserta
1.      Peserta aktif anak dan remaja desa Taiftob: 80 orang (kurang lebih)
2.      Perwakilan anak dan remaja desa Taiftob di SMP St. Joseph dan SD Yaswari
3.      Peserta orang muda dan relawan: 15 orang (kurang lebih)
4.      Peserta orang tua (tokoh adat, penenun, petani): 10 orang


D.    Waktu dan Tempat
Tanggal 15 -28 November 2017. Komunitas Lakoat.Kujawas Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara Timor Tengah Selatan.

E.     Fasilitator
Shinta Febriany, seniman teater asal Makassar
Linda Tagie, seniman teater asal Kupang
Pak Sunbanu, seniman lokal (Bonet dan Natoni)

F.      Pendukung Residensi
Koalisi Seni Indonesia sebagai sebuah wadah bagi seniman Indonesia untuk berkarya, dengan salah satu program Cultural Hotspot dan Kupang menjadi salah satu cultural hotspot diantara beberapa kota lain di Indonesia.

G.    Rincian Kegiatan
1.      Audiensi dengan kepala desa Taiftob, pendeta Gereja Ebenhaezer, Romo paroki Maria Immaculata
2.      Mengunjungi sekolah tempat anak-anak desa Taiftob belajar: TK Santa Theresia, SDK Yaswari, SMPK St. Yoseph, SMA Kristen.
3.      Berkunjung ke kampung adat, situs penting orang Mollo, tokoh adat
4.      Berkunjung dan belajar tenun bersama kelompok tenun Eko
5.      Mengunjungi kebun warga, mengunjungu pasar tradisional dan memasak pangan lokal Mollo di dapur Lakoat.Kujawas bersama Dicky Senda
6.      Diskusi sejarah Mollo bersama Sarlota Sipa, sejarawan perempuan Mollo, orang muda dan teman-teman residen
7.      Homevisit ke rumah warga, mengenal budaya dan kehidupan warga desa Taiftob
8.      Workshop menulis kreatif dengan 15 remaja desa Tafitob di kelas menulis To The Lighthouse SMPK St. Yoseph Freinademetz (sekalian workshop menulis naskah teater)
9.      Nonton film di program Sinema Anak Mollo di perpustakaan Lakoat.Kujawas
10.  Workshop teater bersama anggota komunitas lakoat.kujawas dan perwakilan siswa dari SD Yaswari dan SMP St. Yoseph Freinademetz
11.  Pementasan teater di tingkat desa atau di gereja Santa Maria Immaculata Kapan.

  1. Donasi
Untuk mendukung kegiatan swadaya masyarakat ini, teman-teman bisa berdonasi dengan membeli produk kaos Lakoat.Kujawas kami di Instagram @lkjws.co atau mengirim donasi langsung ke BRI No 4732-01-013229-53-5 an CHRISTIANTO SENDA. Konfirmasi transfer ke 081338037075 (SMS/Whatsapp).