We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Tampilkan postingan dengan label cerita elaf dame. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita elaf dame. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Januari 2017

PDKT di Kapan

Beta bingung apa yang harus beta tulis di sini,  karena jujur kagiatan #elafdame sangat berkesan sekali buat beta sampai beta kehabisan kata-kata.  Oke, mulai dari hari pertama tiba di Kapan di rumah kak Dicky Senda. Tiba di Lakoat.Kujawas beta dan teman-teman relawan disambut oleh anak-anak desa Taiftob, semua menyapa dilanjutkan acara perkenalan diri satu per satu. Beta kaget dan senyum sendiri. Beta senyum dan kaget karena dalam beta punya pemikiran tentang anak di desa apalagi di daratan Timor sonde seperti yang beta alami di Taiftob. Dari banyak pengalaman beta, anak di desa-desa di daratan Timor  biasanya cenderung pemalu untuk bisa memperkenalkan diri apalagi dengan orang baru.  Tapi sonde untuk anak-anak desa ini,  dong maju, awalnya dengan sedikit malu (lagi-lagi) khas Timor yaitu balik kiri kanan (sonde pake lencang depan o), tangan garuk kepala sambil ketawa, dong menyapa kami dan diakhiri dengan pertanyaan,"kalau kaka nama sapa?".  Keakraban pun dimulai. Kesan pertama yang begitu berbekas di hati dari anak-anak desa yang sangat sulit beta dapa di kota.

Setalah pertemuan pertama,  banyak momen yang lebih buat beta bahagia.  Salah satunya saat beta dan kak Randi bawa 1 dus berisi full  buku dan majalah sumbangan dari donatur di  SoE.  Beta sungguh bahagia saat melihat ekspresi anak-anak terima koleksi buku bacaan baru. Beta masih ingat ada yang sampai rebutan majalah Bobo sambil bilang "e... itu beta punya aaa". Hal yang jarang beta liat lagi saat anak kecil berebutan buku bukannya berebut gawai (gadget) atau malah barebut pacar. Hahaha.

Banyak hal menyenangkan saat sesi workshop,  salah satunya adalah latihan menari Hillbily dan Marry Marry. Ternyata anak-anak di Taiftob hampir semua pintar menari. Beta sendiri yang pinggang kaku ini agak kesulitan saat awal  diajarkan oleh Sisil dan Diva, dua orang anak dari Taiftob.  Proses yang kami lewati mulai dari latihan menyanyi, menari,  buat kostum dan banyak hal menarik kami lakukan bersama-sama. Seperti proses PDKT,  kami harus mengenal pribadi anak-anak ini seperti apa. Ada yang aktif seperi Ama, Fun,  dan Satrio serta karakter lainnya yang dimiliki oleh anak-anak, begitu beragam.  Atau seperti Imel yang sukanya cemberut jika keinginannya tidak dipenuhi, tapi juga bisa manja saat sesi mewarnai (art therapy), dimana beta harus kasih perhatian lebih ke Imel yang selalu tanya "kak, ini warna apa yang bagus?"  tapi saat beta beri saran Imel akan protes dan kembali ke warna awal yang dia pilih. Jadi perdebatan kami untuk memilih warna yang cocok jadi sia-sia karena beta harus mengalah dengan Imel. Barangkali benar, yang dibutuhkan anak-anak hanya perhatian dan kehadiran kita (secara fisik dekat dengan mereka). Itu saja sebenarnya yang mereka inginkan.

Kegiatan ini ditutup dengan presentasi teater oleh anak-anak. Sebelumnya, Fun datang dan bilang ke beta, "Kaka, beta gugup e...". Lalu beta jawab, "beta juga Fun,  tapi ketong ada rame yang tampil jadi jang takut karena ketong su latihan ju sama-sama".  Setelah itu dengan sedikit menarik napas Fun lalu masuk kembali ke dalam barisan dan bergabung dengan teman-teman lainnya untuk gerak jalan. Eh, sonde untuk pentas teater. Teater berjudul Kap Nam To Fena, ditampilkan dengan sangat bagus. Surprisenya, di akhir pentas ada beberapa anak yang datang  ke beta dan peluk beta. Jujur  beta mau menangis tapi beta punya rasa  lapar lebih mendominasi rasa terharu jadi, maaf, waktu itu beta sonde bisa menangis.  Ini kegiatan yang penuh bahagia,  bisa bersama dengan anak-anak yang luar biasa, bisa berproses dengan mereka dari awal sampai pada akhir penampilan teater yang sangat bagus. Mereka cepat belajar dan kreatif dalam memberikan ide-ide untuk acara ini.

Dan saya juga beruntung bisa bertemu dengan teman-teman relawan yang luar biasa.  Terimakasih untuk momen ini.  Tak selamanya momen bahagia itu dengan pacar, dengan anak-anak di Taiftob juga bisa. Proses PDKT dengan anak-anak itu gampang-gampang-susah, tapi disitulah serunya berinteraksi dengan mereka. Ayo jadi relawan di kegiatan ke-2 Lakot.Kujawas. #Promosi sa, pantau terus Instagram @lakoat.kujawas.

***

Ari Dalouis Saekoko, fresh graduate dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Tinggal di SoE. 

Kamis, 26 Januari 2017

Setelah Membaca Tulisan Ini, Tolong Beri Tahu Saya Judul Yang Tepat Apa

foto: dokumen pribadi
Awalnya, saya bukan relawan tetap Lakoat.Kujawas untuk kegiatan #ElafDame. Saya cuma ikut nimbrung di hari H (Minggu, 8 Januari 2017). Agak menyesal karena saya sebenarnya sudah tahu kegiatan ini dari postingan kak Dicky Senda di Instagram sejak lama. Saat itu ingin sekali menawarkan diri jadi relawan tapi bingung nanti ke Kapan sama siapa. Oke, itu cuma alasan tidak penting, setelah akhirnya saya kenalan dengan Randy dan Edwin, yang menjemput saya kala itu. Wah, mereka berdua adalah lelaki kece yang mau berbaik hati antar jemput saya, pemirsaaa... (Ups, maaf saya khilaf hahaha). Senang rasanya bisa main lagi ke rumah kak Dicky setelah makan homemade 'fitsah hats' beliau tempoe doeloe, saya lupa tepatnya kapan. Kami sudah saling kenal cukup lama sejak bergabung di Forum SoE Peduli.
Berada dalam tim relawan kali ini sungguh menyenangkan. Saya bisa kenalan sama Sonya si petite, kak Tata yang wajahnya sumpah alami banget, sistaaa... Tanpa polesan make-up, ah kak Tata beta sangat mengagumimu! Gerry yang ternyata makin maju perutnya. Perasaan saya, bulan Mei 2013 saat kita kenalan pertama di konser amal #SaveRokatenda, kamu masih langsing ya Ger. Uuuppsss, saya terlalu banyak nostalgia dalam tulisan ini. Saya memang begitu orangnya, suka terbawa suasana. Baper. Rapuh. Uh. O ya, dan akirnya bertemu lagi sama kak Sandra dan kak Joshua yang baru saja pulang dari Australia. Waaaah tambah lagi antusiasme saya.
Mereka semua adalah orang muda kreatif. Orang muda zaman sekarang yang masih bisa bekerja, bisa gaul, selalu bisa tampil kekinian tapi sonde lupa punya waktu untuk didedikasikan ke aktifitas sosial yang menurut orang lain... absurd! Iya, absurd.  Saya punya pengalaman dikatain begitu.
Absurd atau tidak, emang saya pikirin? Yang paling penting adalah bisa kenalan sama 50an anak-anak desa Taiftob, juga orang mudanya. Mereka yang begitu antusias mengikuti kegiatan #elafdame.
Saya bahagia bisa bertemu dan mengenal kalian semua. Lebih bahagia lagi kita bisa bekerja sama, bahkan hingga bisa menakhlukan puncak gunung Bunium.
Jujur saya tidak tahu apa itu #elafdame, apa susunan acaranya, apa tujuan dibuat acara ini. Saya ke Lakoat.Kujawas hanya dengan modal nyawa tok. Lucu kan? (Ayo doong, ketawa, please). Akirnya tugas saya berakir di dapur, bantu emak-emak taro nasi di kotak, makasih loh kak Dicky, untuk tugas mulia ini. Demi masa depan Taiftob, aku rela... Hahahaha.
Luar biasa, keren, kreatif, dasyat, tepuk salut, sukses dan bravo untuk lakoat.kujawas dan #elafdame-nya. Saya suka. Angkat jempol, angkat topi, angkat kaki, angkat tangan, goyang pinggul... #Eh. Maksudnya salut untuk kerja kreatif kawan-kawan. Respek untuk ide dan kreatifitas kalian. Saya sangat salut dengan anak-anak desa Taiftob. Antusiasme mereka, bahkan keseriusan mereka mengikuti kegiatan dari awal permainan tradisional sampai acara puncaknya. Di luar sana banyak anak-anak yang menurut saya tidak seberuntung anak-anak di Lakoat.Kujawas. Di saat anak zaman sekarang bergantung pada gadget dan televisi, anak desa Taiftob masih main permainan tradisional lompat tali, jingkal satu dua, sikidoka, gambar, kelereng, dll. Satu lagi kreatifitas yang oke punya, membuat origami, menulis cita-cita di origami tersebut lalu menggantungnya di 'pohon harapan'.
Yang semakin membuat saya merinding mogi disko, terharu, bangga saat anak-anak ini menampilkan teater 'Kap Nam To Fena' yang bercerita tentang asal usul nama kota Kapan. Teater ini ditampilkan dengan koreo yang sangat apik dan kreatif, sebagai penampilan paling pamungkas dari anak-anak desa Taiftob. Menampilkan cerita rakyat ke dalam teater mengingatkan saya untuk tidak lupa dengan sejarah dan asal usul kita. Kek akronimnya bung Karno 'jas merah'. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jiiiiahh!
Balik lagi ke teater. Mereka anak-anak yang luar biasa, cukup profesional kok dan dengan mantap menjiwai peran masing-masing lalu menampilkannya dengan sempurna. Terimakasih untuk para orang tua yang sudah mendukung kegiatan ini, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan para fasilitator untuk berkarya bersama. Lakoat.Kujawas adalah tempat yang tepat untuk generasi emas di desa Taiftob.
Dari mereka, saya belajar bagaimana memupuk rasa percaya diri yang tinggi, menjaga kekompakan untuk menghasilkan karya yang bagus. Bekerja keras dan terus berusaha, jangan lupa sabar untuk mencapai target. Bukan begitu? Dalam keterkesimaan, saya berharap bahwa kegiatan seperti bisa terus berlanjut. Persahabatan yang sudah terjalin di antara kita jangan sampai putus. Ya, kita sudah seperti satu keluarga besar.
Semoga tidak bosan-bosan melibatkan saya. Maafkan tulisan saya yang amburadul ini, tulisan seorang amatiran yang dengan sekuat tenaga mengumpulkan niat dan kata-kata. Sungguh, saya bukan seorang yang gemar menulis, kecuali menulis status pasien di rumah sakit. Setelah membaca tulisan ini, tolong beri tahu saya judul yang tepat untuk tulisan ini apa.

***

Nansi Amu, tinggal di SoE, bergiat juga di Forum SoE Peduli. Instagram @nansi_amu

Rabu, 25 Januari 2017

Beberapa Alasan Ketika Saya Gagal Move On dari #ElafDame

Kegiatan #ElafDame sudah selesai beberapa minggu lalu di Lakoat.Kujawas, desa Taiftob dan jujur saya belum bisa move on. Masih terlintas jelas senyuman anak-anak, keceriaan mereka, gelak tawa dan kepolosan. Rasa ingin tau yang diungkapkan secara spontan dan masih banyak hal lainnya yang terjadi diluar dugaan siapapun. Anak-anak yang sangat luar biasa! Saya sangat bersyukur Tuhan mengzinkan saya bisa menjadi bagian dari #ElafDame, menjadi keluarga baru bersama anak-anak desa Taiftob di Mollo, Timor Tengah Selatan. Mereka hebat dan berani, baru saling kenal namun tidak butuh waktu lama untuk akrab. Itu yang saya rasakan termasuk dengan teman-teman relawan semua. Kadang saya senyum-senyum sendiri sambil mengingat kembali mimik dan tingkah polos mereka. Saya merasa bahwa dari usia mereka yang cukup belia, dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, tapi mereka sudah memberikan banyak hal buat saya. Perhatian, senyuman, kerendahan hati, tegur sapa, itu sangat luar biasa bukan? Ya, saya anggap ini sebuah keberuntungan. 
Saya mau bercerita sedikit tentang awal kedatangan saya di desa Taiftob. Jujur saya bingung mau membantu apa, melakukan apa, bagaimana caranya, dan seterusnya. Sebab saya merasa tidak punya pengalaman yang berkaitan dengan anak-anak. Kegiatan ini sungguh hal yang baru bagi saya. Namun cara penerimaan mereka yang tulus itulah yang membuat saya merasa yakin dan jatuh hati kepada adik–adik desa Taiftob ini. Sederhana saja, keyakinan dalam diri saya tumbuh berkat kebaikan hati mereka. Keyakinan itu bertambah besar dan lebih besar lagi ketika kami melaluinya dengan begitu santai, workshop teater sambil bermain dan bercanda. 
Saya belajar banyak nilai di tempat ini. Tentang ketulusan, kejujuran, kesetiakawanan, kekompakan dan ketegasan yang dipegang oleh semua yang bergiat di sana. Anak-anak kecil dalam kepolosan mau berteman dengan siapa saja, mereka saling menegur jika ada teman yang berbuat salah tanpa niat menyakiti. Dan saya melihat mereka melakukan itu apa adanya, tanpa dibuat-buat. Entah kapan saya terakhir melihat hal ini terjadi di tempat lain, apalagi antara kita yang dewasa. Saya mengucapkan terima kasih buat adik – adik di desa Taiftob, kak Dicky Senda dan teman-teman relawan hebat. Ya, kita semua hebat. Saya tetap memegang mimpi ini: bahwa kabupaten kita TTS yang tercinta ini harus terus maju, dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan semua warganya, termasuk kita orang-orang mudanya, ke arah yang lebih baik. 
Tuhan Yesus memberkati kita semua...

***
Norce Neonufa adalah apoteker lulusan Universitas Widya Mandala, Surabaya. Tinggal dan bekerja di SoE. Instagram @norc_neo. 

Selasa, 24 Januari 2017

Ada Cinta untuk Taiftob

foto: dokumen pribadi
Satu bulan terakhir ini perhatian saya tertuju pada #ElafDame, sebuah festival kesenian yang dirancang oleh orang-orang luar biasa seperti kak Dicky Senda, kak Randi Tamelan dan juga adik-adik hebat dari Desa Taiftob yang sehari-hari bergiat di lakoat.kujawas. #ElafDame adalah sebuah festival seni yang mengusung tema perdamaian, dan ini untuk pertama kalinya dirayakan di desa yang terletak di kecamatan Mollo Utara, kabupaten TTS. Di #ElafDame ada beberapa agenda menaarik yaitu kelas inspirasi, nonton beberapa film pendek karya sineas muda NTT, festival permainan tradisional dan teater dengan judul Kap'nam To Fena sebagai puncak dari seluruh kegiatan selama hampir sebulan.

Sangat menarik!

Dua kata ini menjadi kesan tersendiri di hati saya. Saya adalah salah satu orang beruntung yang diizinkan untuk terlibat dalam festival ini. Kenapa beruntung? Karena bisa mengenal adik-adik dari desa Taiftob yang sangat luar biasa berbakatnya, juga kakak-kakak relawan lain sebagai fasilitator yang juga tak kalah hebat dan penuh talenta.

Saya masih ingat, ketika pertama kali bertemu dengan teman-teman relawan dan adik-adik di Taiftob untuk membicarakan tentang festival seni ini, muncul keraguan dalam diri saya. Apa yang bisa saya lakukan dalam aaktivitas ini? Karena sebelumnya saya tidak memiliki pengalaman mengajari anak-anak apalagi dalam urusan menyanyi dan menari. Maklumlah anak lab, hahaha.

Namun ternyata, ada hal lain yang lebih kuat muncul begitu saja dari dalam diri saya untuk terus terlibat dalam hal positif ini. Selain karena sudah ‘jatuh cinta’ dengan anak-anak di desa Taiftob yang selalu punya segudang cara untuk membuat saya tertawa, sebenarnya, saya juga pernah tinggal dan menghabiskan masa kecil hampir tujuh tahun di desa ini. Rasanya ini adalah kesempatan terbaik untuk kembali dan berkontribusi kepada kampung halaman darimasa kecil saya. Barangkali inilah sekumpulan alasan yang turut menguatkan niat saya untuk memilih ikut berkarya di lakoat.kujawas.

Selama workshop berlangsung, kak Dicky selalu mengatakan bahwa inti dari festival ini bukan pada hasil akhirnya tapi yang terpenting adalah prosesnya. Bagaiman anak-anak berproses untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Bagaimana dalam setiap pertemuan, anak-anak saling belajar, para fasilitator bisa lebih aktif dan suportif. Pesan intinya, jangan terlalu menginterversi anak-anak, beri arahan secukupnya, dan biarkan ide spontan dan kreativitas mengalir dengan sendirinya. Sembari para fasilitator terus memastikan bahwa mereka benar-benar menikmati semua proses ada. Dari sini, saya memetik satu poin penting. "Jika kita tekun dan memliki komitmen yang kuat sambil menikmati semua proses yang kita jalani, maka tidak ada hasil yang mengkhianati proses."

Semua hal di atas telah dibuktikan oleh adik-adik di Desa Taiftob. Terkadang kekhawatiran muncul dalam diri saya dan saya yakin hal ini juga terjadi pada relawan-relawan yang lain. Apakah saat pentas nanti mereka bisa melakukannya dengan baik? Apakah mereka menghafal semua tarian dan nyanyiannya? Dan berbagai kekhawatiran lain yang muncul. Kembali lagi ke awal, tidak ada hasil yang mengkhianati proses. Adik-adik di desa Taiftob memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi sehingga tidak heran jika mereka bisa melakukannya dengan sangat baik. Walaupun ini adalah festival pertama mereka, mereka berhasil membuat saya dan beberapa teman merinding ketika presentasi teater dimulai. Ketika diberi tanggungjawab yang pas, anak-anak bisa mengambil peran masing-masing dengan sangat baik. Sebuah pelajaran moral yang tanpa sadar sudah kita petik bersama, entah oleh anak-anak maupun oleh teman-teman fasilitator.

Selain anak-anaknya yang hebat, desa Taiftob juga memiliki orang tua yang luar biasa. Mereka adalah orang tua yang selalu mendukung anak-anaknya untuk terus belajar dan berkembang. Hal itu terbukti dengan hadirnya mama-mama yang bersedia membantu menyiapkan snack dan makanan selama festival berlangsung. Selalu ada senyum tulus tersaji untuk semua orang di lakoat.kujawas. Semua orang terlihat memberikan dirinya dengan tulus untuk sukacita bersama di festival seni untuk perdamaian ini. Sungguh luar biasa.

Terima kasih buat kalian semua adik-adik dan relawan fasilitator yang sudah memberikan keceriaan baru dalam hidup saya, juga buat para orangtua yang selalu mendukung anaknya untuk belajar dan mengembangkan diri melalui berbagai aktivitas positif di Lakoat.Kujawas (terima kasih juga buat kiriman pisang dan kue-kue buat kami).

Terima kasih karena saya sudah diperkenankan untuk ikut merasakan sukacita bersama warga desa Taiftob. Sungguh beruntung punya pengalaman hebat bersama  kalian semua di Lakoat.Kujawas. Ada cinta yang besar untuk semua warga desa Taiftob. Semoga kita bisa terus bersama belajar, berkembang, melakukan hal positif lainnya. Jangan lupa bahagia, jangan lupa menikmati semua proses yang ada di dalam hidup kalian. Sampai ketemu di festival selanjutnya..

***

Sonya Manafe adalah seorang dosen FKIP Kimia di salah satu perguruan tinggi swasta di kota SoE. Tahun 2016, menjadi salah satu peserta Youth Adventure and Youth Leaders Forum yang diselenggarakan oleh Gerakan Mari Berbagi (GMB). Kini menetap di SoE. 


Baca juga refleksi fasilitator lainnya, Randi Tamelan: Guru #ElafDame

Minggu, 15 Januari 2017

Guru #ElafDame


Warna yang berbeda mengawali kisah 2017. Masih ingat begitu jelas teriakan nama kami, pelukan erat dari tangan-tangan kecil, hingga tatapan mata  yang seakan berpesan tak mau beranjak dari kebersamaan itu. Ketika menulis catatan ini, saya masih bisa senyum sendiri sambil mengingat ekspresi dan kelakuan jenaka itu. Kata pujangga milenial, saya lagi baper!
Sudah satu minggu selepas #ElafDame, festival kesenian pertama yang digagas anak-anak desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang sehari-hari bergiat di Lakoat.Kujawas. Festival yang menjadi bukti dari mimpi yang dikerjakan secara koletif dengan begitu gigih (atau malah terlampau santai dan menyenangkan?). Tentu saja tidak hanya kegigihan, ada banyak hati yang diberikan dan doa yang tersusun indah mengawal mimpi itu.
Aduh... Saya ingin sekali meluapkan semua perasaan, cerita, dan harapan terkait #ElafDame tapi mungkin akan menghabiskan 2 – 3 jam dari teman-teman untuk membacanya hehehe. Oke, saya memutuskan untuk mencuri 5 – 10 menit saja dari handai taulan sekalian yang bersedia membaca catatan ini. O ya tulisan ini barangkali lebih ke curhat pribadi saya. Semoga berkenan.

**

Mulai dari mana? Kapan harus melangkah? Jalannya akan bagaimana? Nanti siapa yang mengurus apa? Dapat kekuatan dari mana? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak sebelum memulai proses #ElafDame. Sempat kurang yakin dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu sehingga saya kerap mundur sejenak dan mencari lagi kepastian jawabannya. Ya, saya cukup idealis dalam memikul sebuah tanggung jawab yang sesuai dengan passion saya.
Ketika menjalani proses, saya rasa kak Dicky Senda sudah bisa membaca gerak gerik ini. Sehingga beliau secara soft selalu mengingatkan bahwa yang terutama dari #ElafDame adalah prosesnya. Bagaimana setiap detik pertemuan membawa sukacita dan langkah kecil dalam setiap workshop memberikan pengalaman kaya makna. Untuk semua yang terlibat di dalam #ElafDame.
Sebagai seorang yang sudah pernah bekerja bahkan untuk organisasi kemanusiaan, saya sempat kurang nyaman melihat  proses yang dirasa belum maksimal karena sudah terbiasa harus bekerja dengan memenuhi target. Namun ternyata pandangan saya selama ini sedikit keliru! Saya terlalu memimpikan hasil yang manis dan sempurna sampai lupa kalau proses yang dijalani bisa saja terlalu menyakiti.
Dalam beberapa kesempatan berbagi dengan teman relawan lainnya, saya perlahan-lahan mulai melihat dan paham bahwa proses adalah poin utama dalam tujuan mulia ini. Saya mulai mengesampingkan ego yang besar dan membuka mata bahwa ini adalah festival pertama bagi anak-anak di desa Taiftob, bahwa teman-teman relawan tidak bisa disamakan dengan teman-teman kantor saat bekerja di NGO di Surabaya, dan bahwa selama 1 bulan kami hanya menyanggupi 5 kali workshop menjelang #ElafDame bersama anak-anak.
Ketika perlahan saya akhirnya berhasil menerima kondisi yang mengitari kami di Lakoat.Kujawas, maka saya mulai merasa semakin menjadi sosok yang rasional dan praktis. Senang sudah tidak tenggelam lebih lama dalam 'lingkaran setan' ide-ide yang mengikat dan target yang terlalu tinggi menjulang. Sehingga dalam proses, segala sesuatu menjadi lebih santai, ringan dan alamiah (sebab kami berkolaborasi dengan anak-anak. Ini penting!). Bersama teman-teman relawan fasilitator membawa anak-anak ke dalam fantasi dan kekuatan mereka melalui proses pembelajaran yang penuh sukacita. Hal ini dapat diukur dari keceriaan anak-anak saat mengikuti setiap rangkaian kegiatan hingga ketulusan dan kesungguhan mereka dalam menutup  #Elafdame lewat presentasi teater Kap Nam To Fena. Banyak yang merinding, bahkan ada yang meneteskan air mata.
Ternyata menghargai proses adalah kenikmatan dari pilihan yang kita ambil. Dan nilai terbaik bukan dari apa yang dilihat pada presentasi akhir semata, melainkan proses yang dilalui bersama dengan begitu dinamis. Terimakasih teman-teman dan anak-anak, kalian memberikan pengaruh besar bagi pola pemikiran saya dalam memaknai 'quality over quantity in a community development'. Ke depan kita akan bersama menjalani banyak proses berkesan, besar harapan semakin kita jalan bersama semakin kita kuat berkarya sehingga ada pengalaman baik yang tak terlupakan, tertanam dalam setiap hati yang terlibat. Ini warna saya di awal tahun 2017, apa warnamu?

Salam.
Randi


Baca juga, Speaking English With Children at Lakoat.Kujawas

Bersama Ama cs dan kak Gery


Sesi sharing bersama kak Sandra Frans. "Cerita dari Australia"


Setelah workshop membuat kartu Natal

Sesi Art Therapy: Mewarnai Bersama Dino