Warna yang berbeda mengawali kisah 2017. Masih ingat begitu jelas teriakan nama kami, pelukan erat dari tangan-tangan kecil, hingga tatapan mata yang seakan berpesan tak mau beranjak dari kebersamaan itu. Ketika menulis catatan ini, saya masih bisa senyum sendiri sambil mengingat ekspresi dan kelakuan jenaka itu. Kata pujangga milenial, saya lagi baper!
Sudah satu minggu selepas #ElafDame, festival kesenian pertama yang digagas anak-anak desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang sehari-hari bergiat di Lakoat.Kujawas. Festival yang menjadi bukti dari mimpi yang dikerjakan secara koletif dengan begitu gigih (atau malah terlampau santai dan menyenangkan?). Tentu saja tidak hanya kegigihan, ada banyak hati yang diberikan dan doa yang tersusun indah mengawal mimpi itu.
Aduh... Saya ingin sekali meluapkan semua perasaan, cerita, dan harapan terkait #ElafDame tapi mungkin akan menghabiskan 2 – 3 jam dari teman-teman untuk membacanya hehehe. Oke, saya memutuskan untuk mencuri 5 – 10 menit saja dari handai taulan sekalian yang bersedia membaca catatan ini. O ya tulisan ini barangkali lebih ke curhat pribadi saya. Semoga berkenan.
**
Ketika menjalani proses, saya rasa kak Dicky Senda sudah bisa membaca gerak gerik ini. Sehingga beliau secara soft selalu mengingatkan bahwa yang terutama dari #ElafDame adalah prosesnya. Bagaimana setiap detik pertemuan membawa sukacita dan langkah kecil dalam setiap workshop memberikan pengalaman kaya makna. Untuk semua yang terlibat di dalam #ElafDame.
Sebagai seorang yang sudah pernah bekerja bahkan untuk organisasi kemanusiaan, saya sempat kurang nyaman melihat proses yang dirasa belum maksimal karena sudah terbiasa harus bekerja dengan memenuhi target. Namun ternyata pandangan saya selama ini sedikit keliru! Saya terlalu memimpikan hasil yang manis dan sempurna sampai lupa kalau proses yang dijalani bisa saja terlalu menyakiti.
Dalam beberapa kesempatan berbagi dengan teman relawan lainnya, saya perlahan-lahan mulai melihat dan paham bahwa proses adalah poin utama dalam tujuan mulia ini. Saya mulai mengesampingkan ego yang besar dan membuka mata bahwa ini adalah festival pertama bagi anak-anak di desa Taiftob, bahwa teman-teman relawan tidak bisa disamakan dengan teman-teman kantor saat bekerja di NGO di Surabaya, dan bahwa selama 1 bulan kami hanya menyanggupi 5 kali workshop menjelang #ElafDame bersama anak-anak.
Ketika perlahan saya akhirnya berhasil menerima kondisi yang mengitari kami di Lakoat.Kujawas, maka saya mulai merasa semakin menjadi sosok yang rasional dan praktis. Senang sudah tidak tenggelam lebih lama dalam 'lingkaran setan' ide-ide yang mengikat dan target yang terlalu tinggi menjulang. Sehingga dalam proses, segala sesuatu menjadi lebih santai, ringan dan alamiah (sebab kami berkolaborasi dengan anak-anak. Ini penting!). Bersama teman-teman relawan fasilitator membawa anak-anak ke dalam fantasi dan kekuatan mereka melalui proses pembelajaran yang penuh sukacita. Hal ini dapat diukur dari keceriaan anak-anak saat mengikuti setiap rangkaian kegiatan hingga ketulusan dan kesungguhan mereka dalam menutup #Elafdame lewat presentasi teater Kap Nam To Fena. Banyak yang merinding, bahkan ada yang meneteskan air mata.
Ternyata menghargai proses adalah kenikmatan dari pilihan yang kita ambil. Dan nilai terbaik bukan dari apa yang dilihat pada presentasi akhir semata, melainkan proses yang dilalui bersama dengan begitu dinamis. Terimakasih teman-teman dan anak-anak, kalian memberikan pengaruh besar bagi pola pemikiran saya dalam memaknai 'quality over quantity in a community development'. Ke depan kita akan bersama menjalani banyak proses berkesan, besar harapan semakin kita jalan bersama semakin kita kuat berkarya sehingga ada pengalaman baik yang tak terlupakan, tertanam dalam setiap hati yang terlibat. Ini warna saya di awal tahun 2017, apa warnamu?
Salam.
Randi
Baca juga, Speaking English With Children at Lakoat.Kujawas
Bersama Ama cs dan kak Gery |
Sesi sharing bersama kak Sandra Frans. "Cerita dari Australia" |
Setelah workshop membuat kartu Natal |
Sesi Art Therapy: Mewarnai Bersama Dino |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar