We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Kamis, 02 Januari 2025

Open Call: Volunteer in Lakoat.Kujawas 2025

 

1. Apa ikut Lakoat.Kujawas 

Lakoat.Kujawas adalah sebuah komunitas warga yang terletak di desa Taiftob, di Kapan, Mollo Utara, TTS, NTT. Komunitas ini berdiri tahun 2016, mengintegrasikan perpustakaan warga, foodlab, ruang arsip, sekolah budaya, dan kelas menulis kreatif. Kami berkolaborasi dengan lebih dari 100 anak setiap tahunnya dari 4 desa di sekitar Kapan dari usia SD - SMA. Kegiatan setiap Rabu, Sabtu dan Minggu sore jam 15-17 WITA. Atau di hari libur nasional (biasanya menyesuaikan dengan kesepakatan bersama anak-anak khusus untuk tanggal merah). 

2. Siapa saja yang bisa terlibat? 

Nilai yang kami bangun adalah solidaritas dan kerja kolaborasi. Semangat katong semua adalah bangun ruang sipil yang adil dan setara. Ruang yang aman dan netral yang mengakomodir potensi dan kebutuhan masyarakat, khususnya anak-anak. Ruang tempat bertumbuhnya benih pemikiran kritis, kreatif dan kontekstual. Katong memberi ruang bagi perempuan, anak dan orang muda, disabilitas dan masyarakat adat. 

Katong menghindari untuk terlibat dengan pihak yang berhubungan dengan partai politik, ormas yang berasosiasi dengan parpol, atau organisasi yang berasosiasi atau yang beratribut agama. Katong yang netral-netral sa. 

Panggilan terbuka kepada kawan-kawan muda di sekitar Kapan, Soe, Eban, Kefa dan Kupang yang tertarik belajar dan bergiat bersama kami di komunitas Lakoat.Kujawas. Ini akan jadi kesempatan kita semua belajar dan bertumbuh bersama. Bagi kalian yang tertarik pada aktivitas seni budaya berbasis warga, tertarik belajar bersama anak-anak, remaja dan orang muda, tertarik pada isu literasi, seni budaya dan pangan. 

Kami mengajak kawan-kawan dari area di atas yang punya skill dan interest di bidang berikut: menulis kreatif (puisi, cerpen atau non fiksi), bahasa Inggris, bermain alat musik, menggambar/melukis/mural, teater/drama, public speaking, editing foto dan video, desain grafis, media sosial, memasak, atau keterampilan lainnya (bisa kita diskusikan sesuai kebutuhan berlajar bersama).

3. Kami yang di luar Timor, atau di luar NTT bisa bergabung tidak?

Jawabannya bisa, tapi.... kami tidak menanggung biaya perjalanan kalian ke Mollo, juga akomodasi selama kalian di sini. Tapi terbuka bagi relawan jarak jauh khususnya seniman visual dan desain grafis. Kami butuh bantuan untuk mendesain dan memproduksi layout zine-zine yang kami bikin. Atau mau support desain poster-poster acara atau event kami juga boleh. Biasanya kami bikin manual dan sederhana saja via Canva. :) 

Untuk dari luar Mollo, kami sebenarnya program residensi seni. Tahun ini kami fokus ke seniman film/video, teater, dan mural. Infonya bisa dibaca di sini. 

4. Apakah keikutsertaan ini berbayar? 

Tidak. Program ini berbasis relawan, sebagai ruang belajar bersama yang setara. Namun sebagai gerakan swadaya warga (kami bukan NGO/LSM), kami hanya bisa menyediakan snack buat teman-teman dari swadaya komunitas. Kami tidak menyediakan penginapan (bagi yang rumahnya jauh) atau pengganti transportasi/uang bensin. 

5.  Kapan? 

Teman-teman bisa menentukan waktu khusus di akhir pekan atau hari tertentu, atau di saat libur/tanggal merah. Bisa dimulai di bulan Januari 2025 ini. Program ini berlaku sepanjang tahun 2025. Jadi bisa hanya jadi relawan hanya satu kali saja, mengisi satu kelas/workshop tertentu. Atau mengisi satu kelas/workshop untuk satu periode tertentu (misal seminggu sekali selama 1 bulan), dst. Bisa didiskusikan bersama tim Lakoat.

6. Apakah kami harus selalu terlibat? Atau kami bisa memilih sendiri waktunya? 

Balik lagi, seminggu kami buka 3 hari, Rabu, Sabtu dan Minggu. Atau di hari libur/tanggal merah. Keinginan untuk mengisi kelas/workshop di waktu khusus bisa kita diskusikan bersama tim Lakoat. 

7.  Di mana lokasinya?

Kami ada di Jalan kampung baru, desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kab TTS, NTT 85552. Bisa cek di tautan google maps berikut. 

Google maps

8. Apa saja syaratnya kalau mau join sebagai relawan?

Syarat utamanya, komitmen sih. Apalagi bergiat dengan warga, dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah, anak-anak, dengan sistem dan akses pendidikan yang tidak setara, dan begitu banyak lapisan-lapisan persoalannya, tentu butuh energi dan kesabaran ekstra. Berkomitmen untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama, belajar dan bertumbuh bersama orang lain. 

Bersedia untuk mematuhi SOP terkait perlindungan anak dari kekerasan dalam bentuk apapun mengingat kami bergiat bersama mayoritas anak-anak. Kami harus memastikan bahwa baik relawan maupun kawan-kawan lakoat berada di dalam ruang yang aman, adil dan setara. 

9. Langkah selanjutnya? 

Kabarin kami di IG atau email dengan format:

Nama: 

Alamat/dominsili

Aktivitas atau kesibukan saat ini:

Alasan atau motivasi tertarik jadi relawan:

Keterampilan dan pengalaman apa yang kamu punya dan bisa dibagi ke Lakoat.Kujawas:

Pengalaman dan pengetahuan apa yang ingin kalian dapatkan dari Lakoat.Kujawas: 

Catatan: Keterampilan dan pengalaman bisa terkait dengan alat musik dan seni budaya lainnya, kemampuan public speaking, menulis kreatif (fiksi dan non fiksi), bahasa Inggris, calistung/kemampuan literasi dasar bagi anak, menggambar/melukis, teater/drama, memasak, dll. Dan terakhir, beri tahu kami alasan mengapa kamu tertarik bergabung sebagai relawan di Lakoat.Kujawas. 

10. Proses selanjutnya? 

Kami akan mengontak apabila "proposal" kecil kalian sesuai kebutuhan dan cukup kuota (ruang gerak, energi dan sumber daya kami terbatas dan kami butuh keseimbangan-keragaman bidang seni biar anak-anak tidak bosan). 

Yang belum bisa bergabung pun akan kami kabarin. 

Selanjutnya akan bersepakat soal waktu kunjungan dan belajar bersama. Apakah seminggu sekali saat weekend, atau pada saat hari libur/tanggal merah saja atau dua minggu sekali, atau sebulan sekali. Atau bisa jadi aktivitas hanya akan berlangsung sekali saja (dalam bentuk workshop sehari, sekali). 

NB: Untuk para relawan dari luar Mollo, TTS, NTT, kami tidak menyediakan tempat menginap/akomodasi. Maka yang kami prioritaskan adalah kawan-kawan relawan yg paling dekat (Kapan dan Soe) atau Kupang, namun dengan catatan bahwa berkegiatan dan langsung kembali. Kami juga tidak menanggung transportasi atau bensin. Namun kami menyediakan konsumsi bagi para relawan. 

11. Support dalam bentuk lain

Kawan-kawan yang jauh maupun dekat juga bisa berkontribusi dalam bentuk yang lain. Dukungan dana (untuk keperluan operasional kegiatan), alat dana bahan (untuk kebutuhan workshop), buku bacaan anak, alat tulis, perlengkapan sekolah, buku tulis, dll. 

BRI Unit Kapan 

Nomor: 4732 01034120536 an Perkumpulan Lakoat.Kujawas

(Bukti transfer bisa dikirim ke lakoat.kujawas@gmail.com atau DM IG @lakoat.kujawas. Mohon koordinasi atau komunikasikan ke tim kami terlebih dahulu sebelum transfer. Karena ada banyak modus penipuan "Seolah-olah salah kirim/salah transfer/kelebihan transfer").




Panggilan Terbuka untuk Seniman Residensi di Lakoat.Kujawas Tahun 2025

 


Tahun 2025 kami membuka kesempatan kunjungan belajar dan kolaborasi khusus kepada teman-teman seniman muda: videografer/filmaker, muralis dan seniman teater.

Apinat-Aklahat adalah model residensi seni yang kami kembangkan di komunitas lakoat.kujawas sejak tahun 2017. Beberapa seniman yang pernah residensi di tempat kami antara lain, Shinta Febriany (Sutradara teater, Makassar), Royyan Julian (Penulis, Madura), Pengendum dkk (Orang Rimba, Riau), Gelar Prakosa (Ilustrator, Kediri).

Tahun 2025 kami masih akan terus fokus ke isu pangan lokal, masyarakat adat dan ruang hidup (hutan, mata air dan batu). Pangan menjadi isu penting dan krusial hari ini dan nanti dengan ada banyak tantangan, antara lain perubahan iklim, alihfungsi dan terbatasnya akses ke hutan dan tanah adat sebagai sumber pangan, serbuah benih hibrida/GMO, penggunaan pupuk kimia dan herbisida yang merusak lingkungan, dll. Padahal masyarakat adat Mollo di Timor sejatinya punya relasi intens dengan alam sebagai sumber pangan. Misalnya bagaimana identitas adat seperti marga/fam sangat terkait dengan ekosistem (hutan--hau kanaf, mata air--oenakaf, dan batu--fautkanaf, atau penamaan-penyebutan marga-marga yang terkait dengan tanaman pangan yang sekaligus sebagai pemali).

Sayangnya pengetahuan lokal itu semakin dilupakan. Kritik kepada sistem kapitalisme, pendidikan dan agama juga negara/sistem pemerintahan yang turut andil mengubah (atau bahkan merusak) ekosistem ini. Kapitalisme yang hadir lewat gempuran benih hibrida/GMO sekali pakai beserta pupuk dan herbisidanya, memutus relasi orang Mollo dengan benih lokal sekaligus membuat orang menjadi tergantung dengan benih hibrida. Sistem pendidikan kita tidak banyak memberi ruang bagi kearifan, pengetahuan dan teknologi lokal hadir di ruang-ruang kelas. Hal-hal yang kontekstual dan relevan dengan tantangan dan kebutuhan manusia di sekitar. Agama yang masih melihat kearifan lokal, tradisi dan budaya sebagai hal yang berjarak. Dalam konteks pangan di Mollo, beberapa temuan misalnya lahirnya istilah "doa putus, doa pelepasan," sebagai interventi Gereja untuk memutus relasi manusia Mollo dengan identitas budaya dan relasi dengan alam (kembali ke konsep fautkanaf, oekanaf, haukanaf juga nuni atau pemali terhadap makanan/bahan pangan dari tiap-tiap marga). Atau kebijakan pemerintah yang menjadikan beras/nasi sebagai kelas utama dan standar sejahtera sejak Orde Baru telah memutus memori kolektif, pengetahuan lokal, benih lokal, tradisi pangan lokal sebagai hal yang identik dengan kemiskinan dan ketertinggalan.

Sejak berdiri tahun 2016 lakoat.Kujawas konsisten membangun ruang-ruang kreatif bagi warga Mollo untuk berpikir dan bertindak kritis terhadap pengetahuan lokal, sistem pangan lokal, kekayaan biodiversitas, dan terutama terkait hak atas ruang hidup (tanah, air, hutan dan batu) milik masyarakat adat yang rentan dirampas oleh negara dan investor untuk kepentingan investasi yang hanya menguntungkan segelintir orang kaya (pejabat dan pengusaha) dan sangat merugikan masyarakat adat sebagai sosok yang sudah jauh lebih lama eksis sebelum negara ada.

Tahun 2022 kami membangun sebuah ruang kecil bernama Ume Fatumfaun, semacam dapur, lab pangan sekaligus ruang arsip benih dengan arsitektur lokal (uem bubu, rumah bulat khas Mollo) sebagai tempat warga khususnya anak, orang muda dan bapa mama merespons kekayaan bahan pangan lokal, melakukan eksperimen merespons musim panen, memasak dan makan bersama, mengaktifkan unit usaha sosial tur gastronomi dan kelas fermentasi/preservasi pangan lokal. Residensi tahun 2025 ini adalah merespons Ume Fatumfaun sebagai ruang reproduksi pengetahuan merespons kekayaan biodiversitas Mollo, isu pangan, masyarakat adat dan hak atas ruang hidup lewat seni.

Residensi ini salah satu tujuannya untuk secara kolektif membantu mengarsipkan, mendokumentasikan, mereproduksi pengetahuan lokal, masyarakat adat sebagai subyek, suara anak-anak, orang muda dan perempuan. Residensi ini adalah metode dan ruang untuk terus membangun kesadaran kolektif, rasa solidaritas, berpikir kritis dan kontekstual terutama oleh generasi muda adat.

Jika kalian adalah seniman film (sutradara atau sinematografer), videografer, muralis dan seniman pertunjukan (drama atau teater, aktor atau sutradara teater) yang tertarik di isu pangan, gerakan pangan, komunitas, masyarakat adat, anak dan orang muda, kami undang Anda untuk datang dan tinggal bersama kami merespons Ume Fatumfaun, dan segala narasi terkait pangan, masyarakat adat, dan ruang hidup.

Residensi ini kami selenggarakan secara swadaya baik dukungan warga desa maupun crowd funding dari media sosial. Terbuka juga kolaborasi untuk pengajuan dana ke lembaga funding.

Waktu residensi 1 minggu hingga 1 bulan. Waktu Januari - Juli 2025. Dengan proyeksi, Agustus 2025 akan dipamerkan hasil kerja kolaborasi ini dalam Tapun Ma Tatef, pameran arsip warga yang secara rutin kami lakukan setiap tahun sejak tahun 2017, sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa pengetahuan lokal dari warga dikembalikan ke warga untuk diakses secara gratis sebagai pengetahuan kolektif.

Pengetahuan lokal yang bisa direproduksi bersama antara lain film pendek (fiksi maupun dokumenter), pertunjukan teater, naskah teater, podcast, atau mural.

Terbuka diskusi ide dan hal-hal teknis terkait produksi.

Kabarin kami siapa kamu, apa yang kamu kerjakan, kenapa tertarik terlibat dalam residensi ini, dan apa yang kamu bayangkan bisa dilakukan bersama kami di Mollo terkait skill dan pengalaman kamu, ke email lakoat.kujawas@gmail.com.

Deadline 20 Januari 2025.


Sabtu, 30 November 2024

Mnahat Fe'u: Perayaan Musim Hujan dan Tanam


Selamat datang di Lakoat.Kujawas, di pegunungan Mollo, Timor. 

Mnahat Fe’u adalah program spesial untuk merayakan kekayaan biodiversitas dan narasi pangan di pegunungan Mollo, Timor, yang dikembangkan komunitas Lakoat.Kujawas sejak tahun 2019. Makan siang Mnahat Fe’u akan berlangsung hari Sabtu, 14 Desember 2024 jam 11 - selesai. Bertempat di Komunitas Lakoat.Kujawas di Kapan, jalan Kampung Baru, desa Taiftob, TTS. Acara kali ini spesial sebab merespons datangnya musim hujan dan musim tanam di pegunungan Mollo. Dua hal yang sangat terkait erat dalam sistem pangan. 

Program ini berbayar. Rp. 200,000/orang, untuk dapatkan pengalaman makan siang lebih dari 6 menu sembari belajar tentang sistem pangan lokal, narasi budaya di balik menu dan bagaimana relasi orang Mollo terhadap makanan dan ekologi. Tentu saja mendapat kawan dan jejaring baru yang punya ketertarikan terhadap kuliner/gastronomi, budaya, sejarah dan gerakan komunitas orang muda. 

Mnahat Fe’u digerakkan oleh remaja dan orang-orang muda di desa Taiftob dengan pendekatan kewirausahaan sosial (model koperasi). Yakni sebagian besar keuntungan dari program ini diinvestasikan untuk pendidikan dan kesehatan anggota. 

Silakan transfer ke Rek BRI 473201034120536 an Perkumpulan Lakoat.Kujawas. Konfirmasi bukti transfer ke 082146093963 (Desi) atau DM ke akun Instagram @lakoat.kujawas. 

Tersedia juga penginapan sederhana di rumah warga di sekitar Lakoat.Kujawas. Rekomendasi lain: mobil/travel Kupang-Mollo PP yang bisa dicarter/sewa atau ditumpangi regular (bersama penumpang umum lainnya). Juga rekomendasi tempat-tempat wisata di sekitar Mollo yang bisa didatangi. 

Tersedia juga kelas Tiba-tiba Fatumfaun untuk belajar teknik preservasi pangan lokal, khususnya fermentasi di foodlab Ume Fatumfaun hari Minggu, 15 Desember 2024 jam 10 - selesai. Hanya untuk 6 orang peserta (UPDATE: sudah penuh). Masih ada kelas fermentasi di tanggal 27 Desember dan 28 Desember 2024. Biaya 150K per orang sudah termasuk makan siang, materi dan bahan baku fermentasi. 

Pilihan penginapan: rumah warga 75rb per kamar (bisa dua orang) belum termasuk makan minum (bisa order ke tuan rumah). Pilihan lain, Villa Mutis Hill, berjarak 500 meter dr Lakoat. Per kamar kisaran 350rb bisa utk 2 orang. Bisa cek di Instagram Villa Mutis Hill.  Pilihan ketiga, Hotel di Soe berjarak 18 km. Pilihan lain, menginap di kampung adat Fatumnasi, di Lopo Mutis berjarak 18 km dr Lakoat. Untuk penginapan dan makan minum di rumah penginapan nanti bisa dibayar langsung di tuan rumah yang bersangkutan. Kami sebatas membantu menghubungkan atau membantu memesankan kamar. 

Travel rekomendasi Om Ansel +62 813 37895981 dan om Hendrik 0812 10999432.

Sampai ketemu di Mollo!

Selasa, 03 September 2024

Kaka Boss, Ini "Timur" yang Mana Dolo?

Opini oleh Dicky Senda



Beta nonton Kaka Boss di hari perdana di Kupang, sekembalinya dari tugas ke Sorong. Ekspektasi beta mungkin ketinggian karena film ini diisi banyak sekali komedian papan atas, tapi masih bisa dipahami ju karena dramanya yang ingin ditonjolkan sama kuatnya. Beta bisa ikut ketawa dan sedih di beberapa momen, tapi ada ju rasa garing dan kebingungan. Entahlah.


Beta terkesan dengan akting Glory Hillary dan Mo’at Godfred (beliau orang Maumere, kan? Beta bisa menebak dari logatnya, kentara soalnya). Drama relasi bapak dan anak perempuan yang realistis dan manis. Tokoh komedi yang bikin beta cukup puas ketawa adalah karakternya Mamat Alkatiri. Gelagatnya selalu bikin pecah studio. Karakter lainnya, beta rasa serba tanggung. Barangkali ini soal representasi cerita dan karakter?

 

Beta apresiasi upaya representasi cerita dan karakter yang belum umum di industri film Indonesia. Tapi kalo sonde hati-hati beta khawatir ke depan orang akan banyak salah kaprah. Bawa narasi “Indonesia Timur” dan “Orang Timur” mungkin ju dianggap mulia, tapi jang sampe itu menyederhanakan kompleksitas identitas, sejarah, budaya, geografis, logat, dst. Di tempat yang disebut “Timur” ini, beda kampung bisa beda bahasa, dialek, warna kulit, na kaka! Makanya ketika Arie Kriting main sebagai akamsi di film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara (2016) berlatar Timor Barat tapi dia balogat agak Papua, beta termasuk yang protes kala itu. Orang Kupang, Soe, Kefa, Atambua sa logat su beda-beda. Ini baru persoalan logat, belum warna kulit dan seterusnya. 

 

Perspektif orang-orang industri film di Jakarta yang harus diluruskan. Jang bersembunyi di balik narasi “Orang Timur” lalu katong malas riset dan main pukul rata saja. Itu bisa stereotipikal! Niat baik representasi kemudian bisa menihilkan keragaman identitas atau menimbulkan label baru karena disamaratakan oleh sebutan “Orang Timur”.

 

Mungkin soal yang bikin beta bingung atau merasa garing  dan tanggung ada di situ. Sebab mayoritas pemainnya datang dari berbagai latar budaya di “Timur” yang kompleks. Kalau saja sejak awal narasinya jelas, misalkan, Kaka Boss digambarkan sebagai orang Maumere merantau ke Jakarta, sukses. Ketemu Mace dari Merauke, menikah dan punya anak perempuan yang sangat Jakarta, dst. Karakter Priska yang nyeblak khas orang Ende jadinya sonde all out. Karena mungkin ju Priska (dan juga Nowela yang kelihatan kaku) bingung mereka mau menjadikan karakter “orang timurnya” kek mana? Priska mau kek biasa dirinya di panggung stand up sebagai orang Ende atau kermana nih? Sementara karakter “Orang Timur” juga terlampau absurd dan umum. Menurut beta karakternya  bisa digali lebih dalam dan spesifik dengan mempertimbangkan detail-detail karakter manusia “Timur” yang sangat beragam dan kompleks itu.

 

Timur yang mana nih?

Ada yang menarik, terkait cara pandang. Kawan-kawan yang beta temui di Raja Ampat memahami “Timur”, ya, Timor yang katong kenal. Orang dari Timor yang datang bekerja di sana. Bagi mereka, orang Timur, ya, berbeda dengan orang Flores, orang Ambon, dll.

Sehingga bisa jadi konsep “Orang Timur” yang mau ditawarkan Arie dkk atau industri film Jakarta sonde relate dengan persepsi sebagian dari katong.

 

Di TikTok pernah ada video tradisi orang cium idung, trus dikasih keterangan “NTT nih boss!” Lalu di kolom komentar orang-orang dari Flores pada nyaut, “NTT yang mana? Kami di Flores tidak punya tradisi itu. Orang Sumba dan Sabu mungkin iya.” Yang posting video itu orang Kupang, btw.

 

Sikap dan Posisi

Stance yang su cukup jelas beta rasa adalah film-film Makassar. Sonde perlu embel-embel narasi “Film Indonesia Timur”, semua latar identitas, geografis, budaya, dialek, dst tergambar jelas di situ. Unik dan kuat, sonde melebar ke mana-mana. Apalai sineas dan pemainnya dari Makassar. Atau film berlatar Batak yang sonde perlu dikasih embel-embel Indonesia Barat. Yang terakhir beta nonton, Women from Rote Island ju jelas sikap dan posisinya: konflik batin perempuan-perempuan Rote. Jadi kalo bilang film tentang “Orang Timur”, hmm... Timur yang mana dulu nih? Beragam dan luas, soalnya. Berharap sa narasi begini sonde dipake hanya untuk kebutuhan industri dan pasar e (maksud beta framing untuk kebutuhan promosi, dsb). 

 

Btw, selamat untuk debut penulisan dan penyutradaraanya, Arie Kriting!



Dicky Senda adalah pegiat pangan dan komunitas adat di Mollo yang bergiat di komunitas Lakoat.Kujawas sebuah ruang warga yang mengintegrasikan perpustakaan, lab pangan, ruang arsip seni budaya, kelas menulis kreatif, tur gastronomi dan residensi kesenian. Komunitas ini ada di desa Taiftob di pegunungan Mollo di Timor Tengah Selatan. Dicky menulus buku kumpulan cerpen Kanuku Leon, Hau Kamelin & Tuan Kamlasi, dan Sai Rai yang semuanya berlatar budaya dan manusia Timor. 

 

 

Jumat, 15 Maret 2024

Event April 2024 di Lakoat.Kujawas


Musim panen 2024 kami hadir kembali dengan konsep makan siang "Mnahat Fe'u" perayaan kecil musim panen a la orang Mollo yang pernah kami kembangkan sebelum covid dengan konsep tur gastronomi dari kebun/hutan ke meja makan.  

Sejak tahun 2016 kami aktif mengarsip pengetahuan lokal salah satunya narasi pangan lokal Mollo.  Hasilnya, selain tur gastronomi, kami kembangkan juga jadi prototipe laboratorium pangan "Ume Fatumfaun" dan melakukan sejumlah eksperimen merespons potensi pangan lokal, salah satunya mempelajari teknik fermentasi makanan untuk menghidupi laboratorium itu. 

Setelah 8 tahun mengaktifkan ruangruang kreatif di Lakoat dan melakukan serangkaian kerja arsip/dokumentasi pengetahuan lokal, kami ingin membagi cerita dari temuan-temuan dan reproduksi pengetahuan lokal jadi jamuan makan siang menumenu musim panen dan kelas fermentasi yang kami padukan dengan workshop menulis kreatif dan tur ke pasar tradisional di Kapan. 

Narasi menjadi hal penting di Lakoat.Kujawas. Lakoat.Kujawas menjadi ruang bagi kami menarasikan sendiri budaya dan pengetahuan adat kami. 

Kamis, 11 April 2024, kami membuat "Cerita dari Fatumfaun" lokakarya yang mempertemukan tur ke pasar tradisional, belajar fermentasi dan menulis pengalaman katong bertemu dengan rasa makanan. Kegiatan ini hanya untuk 5 orang saja. 

Hari kedua, Jumat, 12 April 2024, kami membuat acara Makan Siang Musim Panen "Mnahat Fe'u". Ada sejumlah makanan pembuka hingga penutup dari hasil tanah Mollo, presentasi hasil riset terkait sistem marga, mata air dan pantangan makanan. Akan diselingi dengan diskusi dan berbagi pengalaman antar peserta. Makan siang ini hanya untuk 12 orang saja. 

Apakah bisa ikut keduanya? Bisa. Boleh.

Apakah bisa ikut salah satunya? Bisa juga. 

Apakah ada tempat menginap? Ada penginapan sederhana di rumah warga. 

Info lebih lanjut silakan WA ke 087853226602





 

Jumat, 01 Maret 2024

Kelas Fermentasi dan Mnahat Fe'u di Musim Panen 2024

Merayakan datangnya musim panen (mnahat fe'u) yang datang bersamaan dengan cuti bersama Hari Raya Nyepi, katong ajak kalian semua yang selalu penasaran dan tanya kapan bisa main ke @lakoat.kujawas. Mari su ini dia pung saat. Bisa pilih salah satunya, kelas fermentasi menyambut musim panen lakoat atau makan siang menu komplit musim panen ala mama Fun dkk. Atau bisa keduanya sekalian menginap di rumah warga dan bisa keliling Mollo. 

1. Mnahat Fe'u, Makan Siang Menyambut Musim Panen di Mollo. Dimpimpin mama Fun, kalian akan paket komplit makan siang dengan citarasa Mollo dimulai dari makanan pembuka hingga makanan penutup, sembari ngobrol santai dengan kawankawab Lakoat, pengalaman riset kampung terkait pangan lokal, konsep marga dan sistem mata air. Berlangsung hari Senin, 11 Maret 2024 jam 10-14 siang. Paket seharga 200K/orang, terbatas hanya untuk 12 orang. 

2. Kelas fermentasi 100k per orang sudah termasuk materi workshop merespons potensi buah dan sayur. Alat dan bahan, makan siang, diskusi dan sharing isu dan topik pangan dan gerakan pangan lokal. Kelas akan belangsung hari Selasa, 12 Maret 2024, dimulai jam 10-14 siang. Terbatas hanya untuk 5 orang. 

Penginapan di rumah warga 75k per malam. 

Informasi dan reservasi silakan WA ke 0878 53226602. 

#lakoatkujawas #mnahatfeu