We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Senin, 04 Oktober 2021

Tiang An Feto

 Kalau tiang 1 dan 2 itu area laki-laki, tiang-tiang di belakang adalah area perempuan. Kami menggambarkan tiang ketiga sebagai tiang anak perempuan (an feto). Ia mewakili elemen hutan (nasi).

 

Tais


Tais adalah sebutan untuk sarung yang biasanya dipakai perempuan (kebalikannya, laki-laki memakai selimut atau beti). Ini adalah tais yang diciptakan oleh mama Anaci Anin, salah satu pejuang lingkungan dari Tune untuk menggambarkan masa kecilnya ketika pertama kali bersama orang tuanya masuk ke hutan Mutis dan mendapat inspirasi untuk tidak saja menenun dengan warna monokrom (hitam putih) namun juga membuat kain dan motif tentang hutan yang beragam warna. Tais ini ditenun dengan Teknik ikat (fitus) untuk membentuk mitif bunga dan daun, serta teknik lotis (songket) untuk membentuk motif garis-garis. 

Generasi Alfa dan Tenun


Di Skol Tamolok, sekolah adat di Lakoat.Kujawas ada kelas menenun sebagai salah satu pelajaran yang ditawarkan. Empat kain ini adalah hasil belajar Desi Mnasu, Ensy Mnanu, Putri Leki, Iren Seran dan Elen Talan. Setelah terlibat dalam kelas membaca langit, membaca rumah adat dan tenun juga kelas yang mempelajari kelahiran hingga kematian, mereka mendesain motif baru, mewarnai benang dan menulis narasi sendiri untuk setiap kain. Dari kanan ke kiri, ada motif tentang tanah, warna-warna tumbuhan di mata air Oelpuah yang ditanam Nenek Kaunan, batu Napjam (situs batu marga Oematan di desa Taiftob) dan juga motif kacang kot laso, kacang beracun namun jika diolah dengan baik akan menghasilkan makanan enak. Semua bahan pewarna diambil dari hutan di sekitar desa Taiftob. 


Tanduk Sapi (Bijae Sunaf) dan Gigi Babi (Faef Nisin)


Fungsi sebagai obat penawar bisa ular cara penggunaanya tanduk digaruk/dikerok dengan pisau lalu dikunyah dan disemburkan ke bekas gigitan ular. Baik tanduk maupun gigi hewan di dalam rumah menjadi semacam benda memorabilia, tanda untuk mengingat dan menjaga rasa bangga bahwa pemilik rumah pernah mendapat buruan atau pernah memelihara hewan terbaik dan sebesar itu. Tanduk hewan juga dipercaya orang Mollo mampu mengusir angin badai. Ketika ada angin besar, tanduk hewan diambil dan dibakar.

 

Pauk Moba

Sebelum ada listrik bahkan sebelum mengenal lampu dari minyak tanah (pelita, lampu gas, petromaks), orang Mollo menggunakan pauk moba. Cara bikinnya mudah, tumbuk biji damar kering (Agathis dammara) atau dalam bahasa Mollo disebut pauk tob. Bisa juga menggantinya dengan kemiri (fenu). Tumbuk bersama kapas (aba’ mataf). Lalu lilit menggunakan batang rumput namanya kafi (baunya seperti kemangi). Pauk moba akan jadi penerang uem bubu sepanjang malam.

 

Cendana (hau meni)


Untuk menghasilkan cendana terbaik butuh waktu hingga 40-50 tahun tumbuh. Ketika panen pun ada perhitungan letak bulan dan perlakuan khusus dari manusia.

Kayu cendana dipercaya mampu mengusir energi jahat. Dulu ketika sepulang dari perang, para meo (serdadu perang) akan dikerubungi dengan asap cendana untuk melepaskan energi buruk yang ada di tubuh. Ini disebut kasu’, kasih dingin tubuh sepulang perang. Cendana juga dipakai untuk mengharumkan jenazah, caranya dengan menaruh kayu cendana bakar di kolong tempat tidur jenazah. Cendana mulai hilang dari peradaban orang Mollo ketika menjadi barang komoditas sejak kolonial Belanda hingga pemerintah Orde Baru dengan pemutihan cendana. Dekade 90-an adalah puncak dari pembabatan hutan cendana dan pencurian besar-besaran ketika negara mengontrol kepemilikan cendana dengan cara represif. Cendana berubah dari kayu yang berharum surga menjadi kayu penuh trauma dan masalah (hau mamalasi). Orang takut atau ogah memelihara cendana karena nanti toh akan dicap milik negara. Cendana hilang dan dilupakan dari kebudayaan orang Mollo hari ini. 

 

Buku Foto Anak di Antara Hutan, Mata Air dan Batu


Ini adalah buku foto dan puisi karya kolaborasi anak-anak yang bergiat di Lakoat.Kujawas dalam proses belajar menulis puisi, fotografi sekaligus melakukan kerja pengarsipan mandiri—memetakan mata air, hutan dan batu-batu milik marga (faut kanaf) yang ada di Mollo, dimulai dari desa Taiftob. Foto-foto dalam buku ini pernah dipamerkan kepada publik di pegunungan Mollo tahun 2019. Buku ini dikerjakan kolektif dengan dukungan Sekolah Musa (pengajar fotografi), Will (desain sampul) dan Kania Pradipta (tata letak).

 

Buku cerpen Dongeng dari Nunuh Haumeni


Berisi kumpulan cerita pendek yang terinspirasi dari narasi-narasi tentang pohon yang ada di Mollo. Nunuh artinya beringin dan haumeni artinya cendana. Banyak cerita dalam buku ini datang dari dongeng yang biasa dituturkan setiap hari oleh orang tua. Buku ini terbit tahun 2021 sebagai upaya agar anak-anak Mollo bisa mengenal dan terhubung dengan hutan di dekat mereka lewat narasi.

 

Periuk Tanah dan Kain Motif Nenek Kaunan

Nenek Kaunan adalah salah satu legenda di desa Taiftob tempat Lakoat.Kujawas lahir. Beliau dikenal sebagai seorang yang punya kemampuan menanam mata air. Kaunan sendiri artinya ular, sapaan untuk perempuan yang menikah dengan laki-laki Oematan. Ritual tanam air hanya dilakukan saat malam karena pantangannya adalah harus berjalan dalam keadaan telanjang dan tidak boleh bertemu siapa pun. Bibit air akan dibawa menggunakan periuk tanah dari sebuah mata air ke tempat baru yang akan ditanami air. Ada rapalan khusus terkait ini dan mereka pastilah sosok yang punya relasi kuat dengan alam semesta. Sayang hari ini profesi ini hampir hilang. Kalau pun ada yang masih melakukannya tapi sangat dirahasikan. Setelah tahun 65 banyak orang Mollo yang punya keahlian khusus seperti penanam air, cenayang dan mnane (seperti tabib), semakin menyembunyikan identitasnya karena ada begitu banyak ketakutan dan trauma. Dulu ada kewajiban masuk Kristen kalau tidak akan sama dengan komunis dan atheis. Kami menulis kembali narasi tentang nenek Kaunan, membuat pentas teater dan membuat syal tentangnya sebagai bentuk penghormatan. Mata air hasil tangannya dipakai oleh banyak orang di desa Taiftob. Namanya oelpuah atau air pinang.

 

Biji Kusambi

(Dari Pohon Ritual, Pemberi Kelezatan Se’i Higga Obat Luka Paling Mujarab)

Pohon kusambi selain jadi tempat ritual adat juga jadi tempat bermusyawarah-mufakat antara para tetua adat. Di celah batangnya orang-orang Mollo dulu menaruh periuk tanah berisi air-ari bayi. Pohon ini dipercaya memberi energi baik bagi si manusia. Jelas saja, kayu kusambi juga memberi aroma dan warna yang menggiurkan bagi daging se’i (daging asap) dan bijinya adalah obat luka paling mujarab jauh sebelum manusia modern di Mollo mengenal betadine.

Selain sebagai obat luka paling ampuh, biji kusambi (Schleichera oleosa) juga dipakai untuk mengawetkan aneka kacang arbila. Caranya tumbuk biji kusambi sampai mengeluarkan minyak, campur dengan kacang-kacangan kering, simpan di taka’ dan akan aman dari serangan kutu (fufuk).

 

Ritual Jaga Alam di Mollo di Pohon Kusambi

Ketika bertemu para tetua adat buat satu pagar susunan batu bentuk bulat di bawah sebuah pohon kusambi. Persembahan yang dibawa yaitu, seekor babi putih dan seekor kerbau putih. Masing-masing perwakilan akan mengambil sedikit darah dari jari kelingkingnya dan sedikit tanah yang telah digaris dengan kelewang membentuk huruf X, ditaruh ke dalam tuke’ berisi sopi (arak lokal dari penyulingan nira enau atau lontar). Darah, tanah dan sopi diaduk rata dan diedarkan untuk diminum bersama sambil menghunuskan pedang/kelewang.

Isi perjanjiannya antara lain:

-          Harus pelihara fungsi sosial air dan tanah (ka musik pah ma nifu). Sumpahan sumpah ini berlaku untuk manusia, hewan dan tumbuhan.

-          Harus pelihara fungsi sosial manusia (ka musik to ma tafa).

-          Harus pelihara hubungan antara manusia dan alam (ana tobe ana mnes)

-          Pelihara perdamaian dalam segala hal ihwal.

-          Harus bersatu dalam segala hal ihwal.

-          Yang utama/pertama harus memelihara hubungan baik dengan bumi dan langit.


Jangan lupa follow akun Instagram kami @lakoat.kujawas untuk simak dan dukung kerja-kerja pengarsipan pengetahuan lokal di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan. 

1 komentar:

  1. Kabar baik!!!

    Nama saya teddy dan saya dari Jawa Tengah Indonesia dan alamat saya KP. KADU RT 10 RW 04 KEL SUKAMULYA KEC CIKUPA KAB TANGERANG BANTEN, Saya baru saja menerima pinjaman Rp 3 Miliar (Small Business Admintration (SBA) dari Perusahaan Pinjaman Dangote setelah membaca artikel dari Lady Jane Alice (ladyjanealice@gmail.com) dan Mahammad Ismali (mahammadismali234@gmail.com) tentang cara mendapatkan
    pinjaman dari Perusahaan Pinjaman Dangote dengan tingkat bunga 2% tanpa lisensi atau biaya gurantor, saya baru saja melamar melalui email dan ikhlas selama prosesnya, awalnya saya takut mengira itu seperti penipuan perusahaan peminjaman sebelumnya, tetapi yang mengejutkan saya ini nyata bahwa saya juga berjanji akan memberi tahu lebih banyak orang, percayalah itu nyata 100%, pelamar lain dari negara lain juga dapat bersaksi.

    Email Perusahaan Pinjaman Dangote Melalui email: Dangotegrouploandepartment@gmail.com

    Email saya: teddydouble334@yahoo.com

    BalasHapus