Tahun 2017 adalah tahun yang hebat dan di tahun 2018 ini kami punya segudang mimpi untuk diwujudkan bersama banyak sekali orang yang peduli pada kegiatan pemberdayaan warga, khususnya anak, remaja, kaum muda dan kelompok perempuan. Para relawan, teman-teman aktivis, para donatur/sponsor yang ikut membantu berbagai terwujudnya berbagai ide.
Kami memulai tahun 2017 dengan mengadakan Festival Elaf Dame, yang didukung oleh kakak-kakak mahasiswa Indonesia yang ada di Australia. Lalu untuk pertama kalinya kami menyelenggarakan Festival Panen Mnahat Fe'u dengan festival pangan lokal dan pementasan teater. Tahun ini Mnahat Fe'u juga sukses kami selenggarakan untuk menyambut awal musim panen di Mollo dengan agenda antara lain: lokakarya farmentasi wine dari buah lakoat, lokakarya selai dari lakoat, kelas menulis kreatif, diskusi, nonton film dan masih banyak lagi agenda kreatif yang digagas secara swadaya bersama warga dan kawankawan relawan.
Pertengahan tahun lalu, kami juga menyelenggarakan lokakarya fotografi: KETONG BISA, didukung temanteman SekolahMUSA dan GadgetGrapher Kupang. Lokakarya selama sebulan menghasilkan fotofoto karya 15 anak desa Taiftob yang kami pamerkan di tingkat kecamatan bersama dengan berbagai arsip foto sejarah Mollo yang berhasil dikurasi oleh beberapa teman relawan dan simpatisan: kak Almascatie, Sarlota Sipa dan Matheos Viktor Messakh. Pameran arsip foto itu kami namakan Mollo Panggil Pulang, diselenggarakan di kantor camat lama Mollo Utara, bersamaan dengan perayaan Agustusan di Mollo Utara.
Bulan Oktober 2017, salah satu relawan kami, Dicky Senda berkesempatan memperkenalkan visi dan nilai Lakoat.Kujawas ke depan publik di Ubud Writers and Readers Festival, di program Festival Club @ Bar Luna.
Dua bulan kemudian,untuk pertama kalinya komunitas kami menyelenggarakan program residensi kesenian yang kami namakan Apinat-Aklahat. Seniman asal Makassar, Shinta Febriany berkesempatan tinggal selama dua pekan dan berkegiatan bersama kami di desa Taiftob. Kak Shinta berkesempatan mengunjungi kampung adat di Fatumnasi, berinterkasi dengan kelompok penenun Mollo, latihan teater bersama anak-anak, ikut lokakarya seni bertutur orang Mollo, natoni dan bonet. Di akhir program kak Shinta dan anak-anak berkesempatan menampilkan sebuah pentas teater berjudul Doa Orang Miskin, yang diadaptasi dari puisi WS Rendra.
Jelang akhir tahun, Lakoat.Kujawas terlibat juga dalam pameran arsip sejarah gereja Katolik di Mollo yang diberi judul Berawal dari Tanda Salib di Rumah Sang Klerek. Kami ikut meriset untuk buku sejarah kecil dengan judul yang sama dan membantu menyelenggarakan pameran arsip tersebut mulai tanggal 10 Desember dan berakhir tanggal 18 Desember 2017.
Sungguh luar biasa pengalaman tahun 2017.
Lalu bagaimana dengan tahun 2018 ini? Kami percaya ini tahun yang hebat buat kami. Kami senang dinamika berkesenian di desa Taiftob semakin bertumbuh dengan baik. SMPK St. Yoseph Freinademetz yang selama ini berkolaborasi dengan kami, akhirnya dengan bangga dan sukses menyelenggarakan pentas seni pertama mereka Meraih Mimpi. Tentu saja Lakoat.Kujawas ikut senang dan bangga. Di waktu yang hampir bersamaan, para siswa di SMPK St. Yoseph Freinademetz juga berkolaborasi dengan kakak-kakak luar biasa dari Forum SoE Peduli yang hadir dengan proyek Sebaya mereka. Sebaya adalah sebuah program orang muda Soe yang didanai oleh Australia Global Alumni yang berfokus pada isu kesehatan reproduksi remaja dan kesetaraan gender. Program ini masih berjalan hingga kini karena dari 25 anak yang ikut diharapkan mereka bisa menjadi konselor sebaya untuk temanteman mereka.
Menutup tulisan ini, kami mau bilang sekali lagi bahwa tahun ini untuk kedua kalinya Festival Mnahat Fe'u menyambut musim panen di Mollo berjalan baik. Salah satu pencapaiannya adalah kami berhasil mengangkat kembali pamor buah lakoat yang semakin dilupakan orang Mollo, untuk didiskusikan kembali, diolah menjadi berbagai produk seperti wine, selai, sambal dan aneka kue. Kami berharap komunitas ini bisa mendorong lebih banyak warga untuk kembali memelihara pohon lakoat sebab ia sangat bernilai ekonomis.
Oya, kami juga sudah mengumumkan satu kabar penting dan menarik terkait dengan kesuksesan penyelenggarakan program residensi kesenian Apinat-Aklahat, kami kami sudah membuka kesempatan luas kepada siapapun untuk mengajukan diri dan mimpinya, juga segala rencana kegiatan kreatif yang bisa dilakukan bersama kami dan warga Mollo di lakoat.kujawas. Silakan klik bit.ly/kelakoat sekarang juga untuk informasi lebih lengkap. Mungkin kamu orang berikutnya yang akan berkolaborasi dengan kami.
kelas menulis kreatif To The Lighthouse |
15 remaja desa taiftob peserta workshop fotografi Ketong Bisa |
karnaval tahunan warga Mollo setiap 16 Agustus |
suasana pameran arsip lakoat.kujawas di kantor kecamatan mollo utara |
Sarlin Seran, guru agama perempuan pertama di Mollo |
AFK Oematan, salah satu tokoh umat katolik di desa Taiftob |
gereja Santa Maria Immaculata desa Taiftob |
orang-orang Mollo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar