foto: dokumen pribadi |
Berada dalam tim relawan kali ini sungguh menyenangkan. Saya bisa kenalan sama Sonya si petite, kak Tata yang wajahnya sumpah alami banget, sistaaa... Tanpa polesan make-up, ah kak Tata beta sangat mengagumimu! Gerry yang ternyata makin maju perutnya. Perasaan saya, bulan Mei 2013 saat kita kenalan pertama di konser amal #SaveRokatenda, kamu masih langsing ya Ger. Uuuppsss, saya terlalu banyak nostalgia dalam tulisan ini. Saya memang begitu orangnya, suka terbawa suasana. Baper. Rapuh. Uh. O ya, dan akirnya bertemu lagi sama kak Sandra dan kak Joshua yang baru saja pulang dari Australia. Waaaah tambah lagi antusiasme saya.
Mereka semua adalah orang muda kreatif. Orang muda zaman sekarang yang masih bisa bekerja, bisa gaul, selalu bisa tampil kekinian tapi sonde lupa punya waktu untuk didedikasikan ke aktifitas sosial yang menurut orang lain... absurd! Iya, absurd. Saya punya pengalaman dikatain begitu.
Absurd atau tidak, emang saya pikirin? Yang paling penting adalah bisa kenalan sama 50an anak-anak desa Taiftob, juga orang mudanya. Mereka yang begitu antusias mengikuti kegiatan #elafdame.
Saya bahagia bisa bertemu dan mengenal kalian semua. Lebih bahagia lagi kita bisa bekerja sama, bahkan hingga bisa menakhlukan puncak gunung Bunium.
Jujur saya tidak tahu apa itu #elafdame, apa susunan acaranya, apa tujuan dibuat acara ini. Saya ke Lakoat.Kujawas hanya dengan modal nyawa tok. Lucu kan? (Ayo doong, ketawa, please). Akirnya tugas saya berakir di dapur, bantu emak-emak taro nasi di kotak, makasih loh kak Dicky, untuk tugas mulia ini. Demi masa depan Taiftob, aku rela... Hahahaha.
Luar biasa, keren, kreatif, dasyat, tepuk salut, sukses dan bravo untuk lakoat.kujawas dan #elafdame-nya. Saya suka. Angkat jempol, angkat topi, angkat kaki, angkat tangan, goyang pinggul... #Eh. Maksudnya salut untuk kerja kreatif kawan-kawan. Respek untuk ide dan kreatifitas kalian. Saya sangat salut dengan anak-anak desa Taiftob. Antusiasme mereka, bahkan keseriusan mereka mengikuti kegiatan dari awal permainan tradisional sampai acara puncaknya. Di luar sana banyak anak-anak yang menurut saya tidak seberuntung anak-anak di Lakoat.Kujawas. Di saat anak zaman sekarang bergantung pada gadget dan televisi, anak desa Taiftob masih main permainan tradisional lompat tali, jingkal satu dua, sikidoka, gambar, kelereng, dll. Satu lagi kreatifitas yang oke punya, membuat origami, menulis cita-cita di origami tersebut lalu menggantungnya di 'pohon harapan'.
Yang semakin membuat saya merinding
Balik lagi ke teater. Mereka anak-anak yang luar biasa, cukup profesional kok dan dengan mantap menjiwai peran masing-masing lalu menampilkannya dengan sempurna. Terimakasih untuk para orang tua yang sudah mendukung kegiatan ini, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan para fasilitator untuk berkarya bersama. Lakoat.Kujawas adalah tempat yang tepat untuk generasi emas di desa Taiftob.
Dari mereka, saya belajar bagaimana memupuk rasa percaya diri yang tinggi, menjaga kekompakan untuk menghasilkan karya yang bagus. Bekerja keras dan terus berusaha, jangan lupa sabar untuk mencapai target. Bukan begitu? Dalam keterkesimaan, saya berharap bahwa kegiatan seperti bisa terus berlanjut. Persahabatan yang sudah terjalin di antara kita jangan sampai putus. Ya, kita sudah seperti satu keluarga besar.
Semoga tidak bosan-bosan melibatkan saya. Maafkan tulisan saya yang amburadul ini, tulisan seorang amatiran yang dengan sekuat tenaga mengumpulkan niat dan kata-kata. Sungguh, saya bukan seorang yang gemar menulis, kecuali menulis status pasien di rumah sakit. Setelah membaca tulisan ini, tolong beri tahu saya judul yang tepat untuk tulisan ini apa.
***
Nansi Amu, tinggal di SoE, bergiat juga di Forum SoE Peduli. Instagram @nansi_amu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar