We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Kamis, 26 Januari 2017

Setelah Membaca Tulisan Ini, Tolong Beri Tahu Saya Judul Yang Tepat Apa

foto: dokumen pribadi
Awalnya, saya bukan relawan tetap Lakoat.Kujawas untuk kegiatan #ElafDame. Saya cuma ikut nimbrung di hari H (Minggu, 8 Januari 2017). Agak menyesal karena saya sebenarnya sudah tahu kegiatan ini dari postingan kak Dicky Senda di Instagram sejak lama. Saat itu ingin sekali menawarkan diri jadi relawan tapi bingung nanti ke Kapan sama siapa. Oke, itu cuma alasan tidak penting, setelah akhirnya saya kenalan dengan Randy dan Edwin, yang menjemput saya kala itu. Wah, mereka berdua adalah lelaki kece yang mau berbaik hati antar jemput saya, pemirsaaa... (Ups, maaf saya khilaf hahaha). Senang rasanya bisa main lagi ke rumah kak Dicky setelah makan homemade 'fitsah hats' beliau tempoe doeloe, saya lupa tepatnya kapan. Kami sudah saling kenal cukup lama sejak bergabung di Forum SoE Peduli.
Berada dalam tim relawan kali ini sungguh menyenangkan. Saya bisa kenalan sama Sonya si petite, kak Tata yang wajahnya sumpah alami banget, sistaaa... Tanpa polesan make-up, ah kak Tata beta sangat mengagumimu! Gerry yang ternyata makin maju perutnya. Perasaan saya, bulan Mei 2013 saat kita kenalan pertama di konser amal #SaveRokatenda, kamu masih langsing ya Ger. Uuuppsss, saya terlalu banyak nostalgia dalam tulisan ini. Saya memang begitu orangnya, suka terbawa suasana. Baper. Rapuh. Uh. O ya, dan akirnya bertemu lagi sama kak Sandra dan kak Joshua yang baru saja pulang dari Australia. Waaaah tambah lagi antusiasme saya.
Mereka semua adalah orang muda kreatif. Orang muda zaman sekarang yang masih bisa bekerja, bisa gaul, selalu bisa tampil kekinian tapi sonde lupa punya waktu untuk didedikasikan ke aktifitas sosial yang menurut orang lain... absurd! Iya, absurd.  Saya punya pengalaman dikatain begitu.
Absurd atau tidak, emang saya pikirin? Yang paling penting adalah bisa kenalan sama 50an anak-anak desa Taiftob, juga orang mudanya. Mereka yang begitu antusias mengikuti kegiatan #elafdame.
Saya bahagia bisa bertemu dan mengenal kalian semua. Lebih bahagia lagi kita bisa bekerja sama, bahkan hingga bisa menakhlukan puncak gunung Bunium.
Jujur saya tidak tahu apa itu #elafdame, apa susunan acaranya, apa tujuan dibuat acara ini. Saya ke Lakoat.Kujawas hanya dengan modal nyawa tok. Lucu kan? (Ayo doong, ketawa, please). Akirnya tugas saya berakir di dapur, bantu emak-emak taro nasi di kotak, makasih loh kak Dicky, untuk tugas mulia ini. Demi masa depan Taiftob, aku rela... Hahahaha.
Luar biasa, keren, kreatif, dasyat, tepuk salut, sukses dan bravo untuk lakoat.kujawas dan #elafdame-nya. Saya suka. Angkat jempol, angkat topi, angkat kaki, angkat tangan, goyang pinggul... #Eh. Maksudnya salut untuk kerja kreatif kawan-kawan. Respek untuk ide dan kreatifitas kalian. Saya sangat salut dengan anak-anak desa Taiftob. Antusiasme mereka, bahkan keseriusan mereka mengikuti kegiatan dari awal permainan tradisional sampai acara puncaknya. Di luar sana banyak anak-anak yang menurut saya tidak seberuntung anak-anak di Lakoat.Kujawas. Di saat anak zaman sekarang bergantung pada gadget dan televisi, anak desa Taiftob masih main permainan tradisional lompat tali, jingkal satu dua, sikidoka, gambar, kelereng, dll. Satu lagi kreatifitas yang oke punya, membuat origami, menulis cita-cita di origami tersebut lalu menggantungnya di 'pohon harapan'.
Yang semakin membuat saya merinding mogi disko, terharu, bangga saat anak-anak ini menampilkan teater 'Kap Nam To Fena' yang bercerita tentang asal usul nama kota Kapan. Teater ini ditampilkan dengan koreo yang sangat apik dan kreatif, sebagai penampilan paling pamungkas dari anak-anak desa Taiftob. Menampilkan cerita rakyat ke dalam teater mengingatkan saya untuk tidak lupa dengan sejarah dan asal usul kita. Kek akronimnya bung Karno 'jas merah'. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jiiiiahh!
Balik lagi ke teater. Mereka anak-anak yang luar biasa, cukup profesional kok dan dengan mantap menjiwai peran masing-masing lalu menampilkannya dengan sempurna. Terimakasih untuk para orang tua yang sudah mendukung kegiatan ini, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan para fasilitator untuk berkarya bersama. Lakoat.Kujawas adalah tempat yang tepat untuk generasi emas di desa Taiftob.
Dari mereka, saya belajar bagaimana memupuk rasa percaya diri yang tinggi, menjaga kekompakan untuk menghasilkan karya yang bagus. Bekerja keras dan terus berusaha, jangan lupa sabar untuk mencapai target. Bukan begitu? Dalam keterkesimaan, saya berharap bahwa kegiatan seperti bisa terus berlanjut. Persahabatan yang sudah terjalin di antara kita jangan sampai putus. Ya, kita sudah seperti satu keluarga besar.
Semoga tidak bosan-bosan melibatkan saya. Maafkan tulisan saya yang amburadul ini, tulisan seorang amatiran yang dengan sekuat tenaga mengumpulkan niat dan kata-kata. Sungguh, saya bukan seorang yang gemar menulis, kecuali menulis status pasien di rumah sakit. Setelah membaca tulisan ini, tolong beri tahu saya judul yang tepat untuk tulisan ini apa.

***

Nansi Amu, tinggal di SoE, bergiat juga di Forum SoE Peduli. Instagram @nansi_amu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar