Salam sejahtera...
Sebagai komunitas warga aktif yang sedang bertumbuh di sebuah desa kecil di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan tiga tahun terakhir, kamu melihat ada begitu banyak perubahan, pencapaian, inisiatif, ide dan gagasan yang datang dari warga yang menjadikan komunitas ini sebagai ruang berkumpul dan berkreasi. Sebuah ruang kebudayaan yang selama ini dirindukan setelah terjadi begitu banyak perubahan sosial dalam struktur masyarakat Mollo. Semakin minimnya ruang dan kesempatan berkumpul seperti pesta adat, festival budaya, pesta panen, dll. Ruang-ruang yang kami anggap adalah kesempatan warga berkumpul, saling berbagi pengetahuan, menjalankan tradisi tutur. Apa yang hari ini bisa dibaca sebagai "sekolah budaya" dan "pendidikan kontekstual". Pengetahuan pengetahuan yang hidup di luar bangku pendidikan formal. Ketika ruang-ruang kebudayaan itu semakin jarang ada maka salah satu jalan terbaik adalah menciptakan ruang itu. Dengan berbagai pendekatan baru tanpa menghilangkan ruh dan identitas kebudayaan itu sendiri. Nilai dan berbagai falsafah penting.
Beranjak dari kesadaran itu, tiga tahun terakhir komunitas Lakoat.Kujawas mulai mengaktifkan perpustakaan warga dan komunitas kesenian anak. Mengadakan berbagai kelas kreatif seperti menulis, teater, musik, tenun, natoni dan bonet (dua tradisi tutur orang Mollo). Ada juga kelas fotografi, film dan bahasa Inggris. Dari aktivitas kelas menulis, telah terbit dua buku yang terinspirasi dari legenda dan dongeng lokal, filosofi orang Mollo dan kedekatan mereka dengan alam.
Tiga tahun jugalah kami terus melakukan riset dan kerja-kerja pengarsipan dan pendokumentasian seni budaya dan sejarah Mollo. Mengingat jika berbicara Mollo hari ini maka kita harus menelusurinya jauh hingga ke perpustakaan Leiden Belanda atau ke kampus dan LSM atau peneliti di luar Mollo yang banyak melakukan riset di Mollo namun hasilnya tidak dikembalikan ke warga Mollo sebagai pengetahuan kolektif.
Tidak ada cara lain selain mengaktifkan perpustakaan warga dan ruang arsip.
Lama mengumpulkan mimpi dan niat juga materi dan kepercayaan warga akhirnya kami resmi membangun sebuah pusat seni di desa Taiftob yang pembangunan diawali dengan perpustakaan dan ruang arsip. Ke depannya akan membangun homestay sebagai bagian dari unit usaha sosial kami dan ruang workshop sebagai tempat warga belajar dan memamerkan/menjual produk usaha sosial mereka. Juga teater terbuka kecil tempat anak-anak desa bermain, berlatih dan pentas.
Kami senang dalam pembangunan tahap pertama ini sebagian adalah modal kami sendiri (terutama tenaga kerja, konsumsi pekerja) dan sebagian lagi adalah donasi dari beberapa pihak, kelompok dan personal, salah satunya adalah teman-teman komunitas Mai Falie (penerima beasiswa LPDP tahun 2018) yang berinisiatif mendukung kami terutama terkait belanja bahan baku kayu, semen dll.
Proses pembangunan sementara berjalan dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan November.
Saat ini kami sedang merencakan untuk sekalian membangun teater terbuka di halaman perpustakaan. Untuk itu kami melakukan aksi donasi secara terbuka ini. Bagi teman-teman yang tertarik menyumbang minimal 50K (setara satu sak semen) akan kami apresiasi. Kebutuhan kami saat ini adalah membeli pasir, batu, semen dan kayu dengan total kebutuhan 10.000.000
Untuk donasi silakan kontak Dicky Senda sebagai penanggungjawab di 081338037075.
No rekening Bank NTT 04702020020191 an Christianto Senda
Terima kasih banyak dan salam dari Mollo.
PS. Akan ada pelaporan penggunaan dana di akhir program.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar