Kalau tiang 1 dan 2 itu area laki-laki, tiang-tiang di belakang adalah area perempuan. Kami menggambarkan tiang ketiga sebagai tiang anak perempuan (an feto). Ia mewakili elemen hutan (nasi).
Tais
Tais adalah sebutan untuk sarung yang biasanya dipakai perempuan (kebalikannya, laki-laki memakai selimut atau beti). Ini adalah tais yang diciptakan oleh mama Anaci Anin, salah satu pejuang lingkungan dari Tune untuk menggambarkan masa kecilnya ketika pertama kali bersama orang tuanya masuk ke hutan Mutis dan mendapat inspirasi untuk tidak saja menenun dengan warna monokrom (hitam putih) namun juga membuat kain dan motif tentang hutan yang beragam warna. Tais ini ditenun dengan Teknik ikat (fitus) untuk membentuk mitif bunga dan daun, serta teknik lotis (songket) untuk membentuk motif garis-garis.
Di Skol Tamolok, sekolah adat di Lakoat.Kujawas ada kelas menenun sebagai salah satu pelajaran yang ditawarkan. Empat kain ini adalah hasil belajar Desi Mnasu, Ensy Mnanu, Putri Leki, Iren Seran dan Elen Talan. Setelah terlibat dalam kelas membaca langit, membaca rumah adat dan tenun juga kelas yang mempelajari kelahiran hingga kematian, mereka mendesain motif baru, mewarnai benang dan menulis narasi sendiri untuk setiap kain. Dari kanan ke kiri, ada motif tentang tanah, warna-warna tumbuhan di mata air Oelpuah yang ditanam Nenek Kaunan, batu Napjam (situs batu marga Oematan di desa Taiftob) dan juga motif kacang kot laso, kacang beracun namun jika diolah dengan baik akan menghasilkan makanan enak. Semua bahan pewarna diambil dari hutan di sekitar desa Taiftob.
Tanduk Sapi (Bijae
Sunaf) dan Gigi Babi (Faef Nisin)
Fungsi sebagai obat penawar bisa ular cara penggunaanya tanduk digaruk/dikerok dengan pisau lalu dikunyah dan disemburkan ke bekas gigitan ular. Baik tanduk maupun gigi hewan di dalam rumah menjadi semacam benda memorabilia, tanda untuk mengingat dan menjaga rasa bangga bahwa pemilik rumah pernah mendapat buruan atau pernah memelihara hewan terbaik dan sebesar itu. Tanduk hewan juga dipercaya orang Mollo mampu mengusir angin badai. Ketika ada angin besar, tanduk hewan diambil dan dibakar.
Pauk Moba
Sebelum ada listrik bahkan sebelum mengenal lampu dari minyak tanah (pelita, lampu gas, petromaks), orang Mollo menggunakan pauk moba. Cara bikinnya mudah, tumbuk biji damar kering (Agathis dammara) atau dalam bahasa Mollo disebut pauk tob. Bisa juga menggantinya dengan kemiri (fenu). Tumbuk bersama kapas (aba’ mataf). Lalu lilit menggunakan batang rumput namanya kafi (baunya seperti kemangi). Pauk moba akan jadi penerang uem bubu sepanjang malam.
Cendana (hau
meni)
Untuk menghasilkan cendana terbaik butuh waktu hingga 40-50 tahun tumbuh. Ketika panen pun ada perhitungan letak bulan dan perlakuan khusus dari manusia.
Kayu cendana
dipercaya mampu mengusir energi jahat. Dulu ketika sepulang dari perang, para meo
(serdadu perang) akan dikerubungi dengan asap cendana untuk melepaskan
energi buruk yang ada di tubuh. Ini disebut kasu’, kasih dingin tubuh
sepulang perang. Cendana juga dipakai untuk mengharumkan jenazah, caranya
dengan menaruh kayu cendana bakar di kolong tempat tidur jenazah. Cendana mulai
hilang dari peradaban orang Mollo ketika menjadi barang komoditas sejak
kolonial Belanda hingga pemerintah Orde Baru dengan pemutihan cendana. Dekade
90-an adalah puncak dari pembabatan hutan cendana dan pencurian besar-besaran
ketika negara mengontrol kepemilikan cendana dengan cara represif. Cendana berubah
dari kayu yang berharum surga menjadi kayu penuh trauma dan masalah (hau mamalasi). Orang
takut atau ogah memelihara cendana karena nanti toh akan dicap milik negara.
Cendana hilang dan dilupakan dari kebudayaan orang Mollo hari ini.
Buku Foto
Anak di Antara Hutan, Mata Air dan Batu
Ini adalah buku foto dan puisi karya kolaborasi anak-anak yang bergiat di Lakoat.Kujawas dalam proses belajar menulis puisi, fotografi sekaligus melakukan kerja pengarsipan mandiri—memetakan mata air, hutan dan batu-batu milik marga (faut kanaf) yang ada di Mollo, dimulai dari desa Taiftob. Foto-foto dalam buku ini pernah dipamerkan kepada publik di pegunungan Mollo tahun 2019. Buku ini dikerjakan kolektif dengan dukungan Sekolah Musa (pengajar fotografi), Will (desain sampul) dan Kania Pradipta (tata letak).
Buku cerpen
Dongeng dari Nunuh Haumeni
Berisi kumpulan cerita pendek yang terinspirasi dari narasi-narasi tentang pohon yang ada di Mollo. Nunuh artinya beringin dan haumeni artinya cendana. Banyak cerita dalam buku ini datang dari dongeng yang biasa dituturkan setiap hari oleh orang tua. Buku ini terbit tahun 2021 sebagai upaya agar anak-anak Mollo bisa mengenal dan terhubung dengan hutan di dekat mereka lewat narasi.
Periuk Tanah
dan Kain Motif Nenek Kaunan
Biji Kusambi
(Dari Pohon
Ritual, Pemberi Kelezatan Se’i Higga Obat Luka Paling Mujarab)
Pohon kusambi
selain jadi tempat ritual adat juga jadi tempat bermusyawarah-mufakat antara
para tetua adat. Di celah batangnya orang-orang Mollo dulu menaruh periuk tanah
berisi air-ari bayi. Pohon ini dipercaya memberi energi baik bagi si manusia.
Jelas saja, kayu kusambi juga memberi aroma dan warna yang menggiurkan bagi
daging se’i (daging asap) dan bijinya adalah obat luka paling mujarab
jauh sebelum manusia modern di Mollo mengenal betadine.
Selain
sebagai obat luka paling ampuh, biji kusambi (Schleichera oleosa) juga dipakai untuk mengawetkan
aneka kacang arbila. Caranya tumbuk biji kusambi sampai mengeluarkan minyak,
campur dengan kacang-kacangan kering, simpan di taka’ dan akan aman dari
serangan kutu (fufuk).
Ritual Jaga
Alam di Mollo di Pohon Kusambi
Ketika bertemu para tetua adat buat satu pagar susunan batu bentuk bulat di bawah sebuah pohon kusambi. Persembahan yang dibawa yaitu, seekor babi putih dan seekor kerbau putih. Masing-masing perwakilan akan mengambil sedikit
darah dari jari kelingkingnya dan sedikit tanah yang telah digaris dengan
kelewang membentuk huruf X, ditaruh ke dalam tuke’ berisi sopi (arak
lokal dari penyulingan nira enau atau lontar). Darah, tanah dan sopi diaduk
rata dan diedarkan untuk diminum bersama sambil menghunuskan pedang/kelewang.
Isi perjanjiannya antara lain:
-
Harus pelihara fungsi sosial air dan tanah (ka musik pah ma nifu). Sumpahan sumpah ini berlaku untuk manusia, hewan dan tumbuhan.
-
Harus pelihara fungsi sosial manusia (ka musik to ma tafa).
-
Harus pelihara hubungan antara manusia dan alam (ana tobe ana mnes)
-
Pelihara perdamaian dalam segala hal ihwal.
-
Harus bersatu dalam segala hal ihwal.
-
Yang utama/pertama harus memelihara hubungan baik dengan bumi dan langit.
Jangan lupa follow akun Instagram kami @lakoat.kujawas untuk simak dan dukung kerja-kerja pengarsipan pengetahuan lokal di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan.
Kabar baik!!!
BalasHapusNama saya teddy dan saya dari Jawa Tengah Indonesia dan alamat saya KP. KADU RT 10 RW 04 KEL SUKAMULYA KEC CIKUPA KAB TANGERANG BANTEN, Saya baru saja menerima pinjaman Rp 3 Miliar (Small Business Admintration (SBA) dari Perusahaan Pinjaman Dangote setelah membaca artikel dari Lady Jane Alice (ladyjanealice@gmail.com) dan Mahammad Ismali (mahammadismali234@gmail.com) tentang cara mendapatkan
pinjaman dari Perusahaan Pinjaman Dangote dengan tingkat bunga 2% tanpa lisensi atau biaya gurantor, saya baru saja melamar melalui email dan ikhlas selama prosesnya, awalnya saya takut mengira itu seperti penipuan perusahaan peminjaman sebelumnya, tetapi yang mengejutkan saya ini nyata bahwa saya juga berjanji akan memberi tahu lebih banyak orang, percayalah itu nyata 100%, pelamar lain dari negara lain juga dapat bersaksi.
Email Perusahaan Pinjaman Dangote Melalui email: Dangotegrouploandepartment@gmail.com
Email saya: teddydouble334@yahoo.com