Tiang di
kanan belakang ini disebut tiang bife ainaf, tiang mama. Ini adalah area
privat mama, termasuk tangga dekat tangga ini yang akan terhubung ke loteng.
Tiang ini mewakili elemen air (oe)
Benih Lokal
Tuke’
Tuke’, tempat menyimpan sambal lu’at. Lu’at adalah sambal fermentasi yang enak disantap setelah berusia di atas satu bulan. Lu’at akan dibawa laki-laki Mollo untuk bekerja di kebun atau berburu ke hutan dan jadi pelengkap untuk ubi dan daging bakar. Di permukaan tuke’ motif dan narasi tentang simbol marga (malak) dan sapaan (otes) dihidupkan. Ada simbol bintang (kfun), buaya (besimnasi), jejak kaki anjing (aos nobi) dan tob (masyarakat).
Se’i
Dulu ketika
tanah dan hutan ulayat masih luas dan dikelola masyarakat adat, orang-orang
Mollo melepas sapi dan kuda di padang dan hutan. Ketika masa panen mereka akan
memilih satu sapi terbaik sebagai korban dan syukur untuk para leluhur, Uis
Neno (penguasa langit) dan Uis Pah (penguasa bumi). Orang Mollo akan membunuh
sapi terbaik di hutan atau padang, memercikkan darah ke tanah dan batu untuk para
leluhur dan tuhan lalu dagingnya akan diasap biar awet dan bisa disimpan lama. Mengapa
dilakukan tidak di kampung? Mereka menganggap, di hutan atau padang akses ke
kayu bakar seperti kosambi (Schleichera
oleosa) dan
kabesak (Acacia leucophloea) mudah. Kedua kayu itu juga
turut memberi citarasa yang khas pada hasil daging asap. Ketika pulang ke
kampung, orang-orang Mollo akan menyimpan daging asap itu di loteng uem bubu
sehingga akan terus terkena asap dan awet, jadi stok protein untuk beberapa
bulan bahkan beberapa tahun mendatang. Orang Mollo tidak membuat se’i
babi. Se’i hanya terbuat dari daging sapi dan kerbau karena kering dan bisa
bertahan lama. Pengawetan daging babi adalah babi makao, dipengaruhi orang Cina
Mollo. Daging dimasak dan direndam bersama dengan minyaknya di dalam periuk
tanah.
Oko’ Mama
Bisa dibilang
oko’ mama adalah media komunikasi sosial bagi orang Mollo. Secara
harfiah, oko’ artinya hadiah dan mama artinya sirih pinang. Di oko’
mama ada pinang, kapur, buah sirih atau daun sirih. Ketika digunakan untuk
menyelesaikan masalah, meminta maaf atau membayar denda, maka di dalam oko’
mama akan diselipkan juga sebuah koin perak atau kini diganti dengan
selembar uang.
Jagung Kering
(pena’)
Di uem bubu,
semua bahan pangan diperlakukan dengan sangat terhormat. Disimpan dengan penuh
perhitungan, tidak bisa sembarang orang menurunkan jagung dan kacang dari
lumbung. Di uem bubu ada bife ainaf, ibu yang mengepalai dapur
dan lumbung pangan. Ia yang paling bisa memprediksi ketahanan dan kedaulatan
pangan di rumah itu satu dua musim ke depannya. Ketika ibu pergi dalam
seminggu, jagung akan diturunkan untuk stok makan seminggu. Ketika ibu lupa
meninggalkan jagung maka orang rumah tidak boleh mengambil apa pun dari lumbung
yang posisinya ada di loteng uem bubu. Solusinya? Pinjam dulu untuk
sementara di uem bubu tetangga. Perhitungan yang ketat, arif dan hormat
itulah yang membuat orang Mollo yang masih memperhatankan tradisi ini bisa
tetap mandiri, bertahan dan berdaulat dengan makanannya ketimbang orang Mollo
yang hari ini tidak punya uem bubu.
Contoh
perhitungan jagung kering di Mollo: 1 suku = 36 puler jagung, 1 aisat = 6
puler jagung, maka 1 suku = 6 aisat.
Jagung Bose
dan Sagu
Sebagai
makanan pokok jagung diawetkan dengan cara diikat dan digantung juga disimpan
di loteng persis di atas tungku. Asap sepanjang hari membantu mengawetkan
daging, gaplek, jagung, padi ladang dan kacang-kacangan sepanjang tahun. Jagung
akan diambil dan ditumbuk dengan sedikit percikan air menjadi bose.
Bose hasil
tumbuk akan dipisah antara yang halus (leot) dan besar (temef). Leo
ana yang halus direndam lalu ditumbuk menjadi tepung yang disebut sagu
campur dengan kelapa parut lalu disangrai. Sagu jadi bekal orang Mollo
ketika melakukan perjalanan jauh.
Bose terbaik
ditumbuk dan dimasak saat itu juga.
Taka’
Tempat
sambal. Jika laki-laki punya tuke’ (tabung bambu untuk menyimpan lu’at),
maka perempuan punya wadah sendiri namanya taka’, sebuah anyaman dari
daun lontar berbentuk bulat dan diisi wadah dari tempurung kelapa untuk
menyimpan lu’at. Perempuan punya tak unus, laki-laki punya tak unus.
Unus di sini adalah cabai, bahan baku sambal lu’at.
Bicara tentang lu'at atau sambal yang telah melewati proses fermentasi, bahan dasarnya adalah cabai rawit, garam, air jeruk nipis atau jeruk asam, bawang putih. Keempat bahan diulek hingga halus lalu dimasukin ke stoples atau botol kaca. Sebagai bahan tambahan bisa mencampurkannya dengan daun kemangi, daun mint, sipa (sejenis peterseli), daun bawang, kulit jeruk nipis. Di Mollo varian sambal lu'at juga menandai musim dan keragaman tanaman, hal yang berbeda dengan wilayah Timor yang lain. Di Mollo ada sambal lu'at rebung ketika musim bambu muda, sambal lu'at kulit jeruk ketika musim jeruk. A
Faot Beku (Batu Pelat,
Batu Ceper)
Batu pelat (faot
beku) biasanya ditaruh di tengah kandang persis di atas jejak kaki binatang
yang ada di dalam kandang itu. Dengan rapalan tutur adat maka binatang di dalam
kandang tidak akan kabur. Kalau pergi pun dia akan pulang kembali ke kandang
yang ada faot beku. Konsep faot beku pun berlaku ketika ada
pencuri masuk ke uem bubu atau di kadang hewan, orang Mollo akan menaruh
faot beku persis di atas jejak kaki pencuri itu. Dijamin setelah ritual
si pencuri akan kembali mencari jejak kakinya.
Batu untuk
ritual biasanya ditaruh di dalam uem bubu di tiang ibu (bife ainaf),
tiang kanan belakang atau di tiang tengah jika di rumah adat atau ditaruh di
depan rumah bersama dengan hau monef, kayu ritual yang punya dua cabang.
Terkait faot
beku, ada juga cara lain untuk menjinakkan hewan selain dengan menindih
jejak kakinya dengan faot beku, yakni dengan cara mengajak binatang itu
mengelilingi faot beku sambil merapalkan tutur adat. Nanti ketika musim
panen, binatang peliharaan di kandang yang akan menikmati hasil panen duluan
sebelum manusia. Sebuah penghormatan manusia kepada hewan peliharaan.
Epilog
Pameran
arsip ini hadir dari kelas-kelas yang dilakukan Lakoat.Kujawas sepanjang
pandemi 2020-2021 di
program sekolah adat Skol Tamolok. Ada kelas membaca tenun, kelas membaca
rumah, kelas membaca langit dan kehidupan dari lahir hingga kematian. Skol
Tamolok adalah sistem pendidikan adat yang mencoba membangun kembali
ruang-ruang seni budaya sebagai sarana edukasi pengetahuan adat lintas generasi
di Mollo. Skol Tamolok hadir.
Pintu yang rendah mengajak manusia untuk selalu
merendahkan hati kepada alam semesta di dalam dan di luar, membawa diri dan
pikiran sejajar dan setara dengan hutan, mata air, batu, tanah, hewan dan
benda-benda langit. Sebab alam telah merawat dan membesarkan dan rumah bertugas
melindungi dan menjaga (Pah Afatis,
Sonaf Aneot).
Jangan lupa follow akun Instagram kami @lakoat.kujawas untuk simak dan dukung kerja-kerja pengarsipan pengetahuan lokal di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar