Lakoat.Kujawas Selayang Pandang
Teman-teman
yang baik, tidak terasa Lakoat.Kujawas berulang tahun yang pertama di bulan
Juni ini. Kami masih ingat bahwa mimpi besar kami setahun yang lalu adalah
mengajak sebanyak mungkin generasi muda NTT, khususnya Timor untuk untuk
berkolaborasi dalam berbagai hal secara kreatif, khas orang muda, dan kembali
ke akar budaya sebagai identitas utama dengan penuh percaya diri. Dan hari ini
mimpi kami masih sama bahkan terus bertambah besar.
Kami
memulai gerakan ini dari desa Taiftob, di Mollo, Timor Tengah Selatan. Menjadikan
Lakoat.Kujawas sebagai ruang kreatif: tempat anak dan orang muda diskusi, nonton
film, workshop tari dan teater, kelas bahasa Inggris. Ruang produksi berbagai
oleh-oleh khas Mollo seperti madu hutan, sambal lu’at, selai nanas, kopi Mollo,
dan kain tenun. Juga menjadikan Lakoat.Kujawas sebagai ruang arsip segala
informasi terkait Mollo. Kami telah memulainya dengan melakukan pemetaan
potensi desa-desa di Mollo, mendokumentasikan foto maupun video juga tulisan
terkait resep kuliner hingga sejarah. Kini komunitas kami sudah Art Space dan
Coworking Space sederhana, termasuk punya dua perpustakaan dan homestay yang
dikelola warga di dua desa berbeda. Setahun berkarya sudah berkolaborasi dengan
banyak sekali orang, baik petani, perempuan penenun, pekerja LSM, peneliti,
dosen, mahasiswa, penulis, filmmaker dan traveler. Sudah menyelenggarakan dua
kali festival warga yakni Festival Damai (Elaf Dame) dan Festival Panen (Mnahat
Fe’u) dan diundang berpameran atau presentasi di beberapa festival orang muda
di Kupang.
Mark
Zuckerberg pernah bilang bahwa penting untuk punya tujuan besar dan lebih penting
lagi jika kita mampu mengajak sebanyak mungkin orang untuk bergerak bersama
mencapai tujuan tersebut. Tugas kami belum selesai: mengajak sebanyak mungkin
orang muda NTT untuk percaya diri, untuk lepas dari stigma/label negatif. Bahwa
ada begitu banyak potensi dan hal baik disekeliling kita yang sudah menanti
untuk dikelola dan dikembangkan bersama-sama. Kita bisa!
Apa itu Festival ‘Pau Kolo?
Di
bulan Agustus tahun ini kami ingin menyelenggarakan festival ketiga kami yakni
Festival 'Pau Kolo. Terinspirasi dari salah satu nama motif dalam kain tenun
yang menandakan identitas orang Mollo, motif ‘pau kolo, yang menggambarkan
adanya hubungan yang seimbang antar manusia--rakyat dengan pemimpinnya. ‘Pau
Kolo bisa dimaknai juga sebagai sebuah kolaborasi, kerja bersama antar manusia
lintas generasi dan lintas disiplin ilmu.
Tema
besar yang kami pilih untuk festival warga desa Taiftob kali ini adalah
“Pulang”. Melihat begitu banyak hal baik yang ada dalam diri kita generasi muda
NTT, khususnya generasi muda Timor. Tentang begitu kayanya sejarah dan
kebudayaan kita. Atau berkaca dari pengalaman para penggerak di Lakoat.Kujawas
yang berani pulang ke kampung dan membuat banyak hal besar, kami merasa bahwa
tema “Pulang” menjadi penting untuk diangkat. Menjadi pengingat bagi kita semua
bahwa ada banyak hal, cerita dan pengalaman baik dari sejarah lampau yang perlu
untuk ditengok dan dipelajari kembali. Ada begitu banyak potensi yang
terabaikan, ada begitu banyak orang yang tertinggal di belakang sana perlu
dibantu untuk maju bersama menggapai kehidupan yang lebih baik. Untuk itu,
kami, Anda, kita semua harus “Pulang” dan berbuat sesuatu bersama-sama.
Apa Saja Agenda Festival ‘Pau Kolo?
A. Pre
Event Festival ‘Pau Kolo (Juni – Juli 2017)
1. Bersama
warga merekam aktivitas harian mereka ke dalam medium foto dan film pendek lalu
memamerkannya. Berkolaborasi dengan Sekolah Musa melakukan kelas fotografi
“Ketong Bisa” bersama 15 orang anak dan remaja desa Taiftob. Peserta akan
dipinjamkan kamera poket dan mereka bebas bercerita terkait diri mereka,
keseharian dan lingkungan mereka melalui medium foto.
Kelas fotografi “Ketong
Bisa” dimulai pada tanggal 17 Juni 2017. Setiap Sabtu dan Minggu akan ada
relawan dari Kupang yang mengisi kelas fotografi. Direncanakan hasil karya anak
Taiftob akan dipamerkan di Lakoat.Kujawas pada saat Festival ‘Pau Kolo Minggu 1
Agustus 2017.
2. Kelas
Bahasa Inggris dan workshop membuat robot sederhana bersama teman-teman Dosen
dan Mahasiswa STKIP SoE, dan workshop teater bersama Linda Tagie cs dan tari
bersama grup Black Lolipop untuk mengisi momen liburan Lebaran sekaligus
kenaikan kelas. Minimal 3 kali pertemuan, maksimal 6 kali pertemuan. Waktu:
Juni-Juli 2017.
B. Agenda
Puncak Festival ‘Pau Kolo (Minggu pertama Agustus 2017)
1. Pameran
arsip foto, video dan berbagai produk hasil kerja kolaborasi di Lakoat.Kujawas
selama setahun, termasuk pameran foto tentang Mollo dari KITLV Belanda.
Berlangsung selama seminggu di halaman perpustakaan Lakoat.Kujawas, desa
Taiftob. Pameran foto ‘Mollo Tempo Dulu’ yang diambil dari arsip KITLV Belanda.
Proses pewarnaan akan dilakukan oleh Almascatie blogger yang kini menetap di
Labuan Bajo dan dikurasi oleh Matheos Messakh dan Sarlota Sipa. Sarlota adalah
sejarawan muda asal Mollo yang juga bergiat di Lakoat.Kujawas. Selain
dipamerkan di desa Taiftob, pameran arsip ini juga akan dipamerkan di acara
Pameran Pembangunan tingkat kecamatan Mollo Utara maupun tingkat Kabupaten TTS
di minggu kedua dan ketiga Agustus 2017 (dalam proses konfirmasi).
2. Pemutaran
film Lentera Maya produksi ICT Watch dan Watchdoc untuk orang muda Mollo
3. Diskusi
Sejarah Mollo bersama orang muda TTS
4. Workshop
teater kedua sekaligus presentasi teater.
Berapa
Biaya yang Dibutuhkan untuk Menyelenggarakan Festival Ini?
Dana yang dibutuhkan
untuk workshop fotografi, tari, teater dan kelas bahasa Inggris, pemutaran
film, produksi dan pameran foto serta presentasi teater adalah DUA PULUH TIGA JUTA RUPIAH.
Rp.
23,000,000
Dengan
perincian sebagi berikut:
A.
Konsumsi
Pre Event Festival ‘Pau Kolo = Rp. 3,800,000
Perincian
1.
Workshop fotografi anak (4X pertemuan) =
Rp. 1,000,000
2.
Kelas Bahasa Inggris dan workshop robot (4X
Pertemuan) = Rp. 1,400,000
3.
Worshop Tari 2x pertemuan = Rp. 700,000
4.
Workshop teater 2x pertemuan = Rp.
700,000
Catatan: konsumsi ini
sudah termasuk snack anak-anak dan makan siang (dan makan malam relawan, jika
menginap di Lakoat.Kujawas).
B.
Konsumsi
Festival ‘Pau Kolo = Rp. 2,800,000
Perincian:
1. Snack
anak dan relawan saat workshop teater = Rp. 200,000
2. Makan
siang relawan selama 5 hari pameran Rp. 150,000 x 5 = Rp. 750,000
3. Snack
anak dan relawan saat pembukaan pameran dan acara nonton bareng = 350,000
4. Makan
malam saat diskusi Sejarah Mollo bersama orang-orang muda TTS = 500,000
5. Makan
siang anak dan relawan saat puncak festival (presentasi teater) = Rp. 1,200,000
C.
Biaya
Produksi = Rp. 3,025,000
Perincian:
1. Cetak
foto = Rp. 2,000,000
2. Pulsa
listrik = Rp. 52,000
3. Pulsa
data = Rp. 200,000
4. Dekorasi
= Rp. 150,000
5. Lain-lain
= Rp. 623,000
D. Reward/Hadiah
untuk Anak = Rp. 13,375,000
Perincian:
1. Botol
minum lion star 25 buah = 375,000
2. Kurang
lebih 25 eks Buku Bacaan baru untuk koleksi perpustakaan Lakoat.Kujawas
(senilai) = Rp. 1,000,000
3. Sepatu
sekolah berbagai ukuran = Rp. 200,000 x 60 = Rp. 12,000,000
Catatan: untuk
reward/hadiah bagi anak setelah mengikuti seluruh rangkaian festival, para
donator bias menyumbang dalam bentuk uang maupun barang yang kami maksud.
Syarat untuk donasi sepatu sekolah: sepatu hitam polos, unisex/netral untuk
laki-laki maupun perempuan, harga berkisar 180-200 ribu rupiah. Ukuran sepatu
yang dibutuhkan bias dicek di sini:
Bagaimana
Cara Berdonasi?
1. Teman-teman
yang ingin berdonasi bisa mengontak Dicky Senda (081338037075) atau Randi
Tamelan (081235436230) untuk info lebih mendetail terkait festival ini, cara
donasi dan donasi seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan.
2. No.
Rekening BRI 4732-01013229-53-5 atas
nama CHRISTIANTO SENDA. Konfirmasi bukti transfer via whatsapp 081338037075
3. Bagi
yang berdonasi dalam bentuk barang (tumbler, sepatu dan buku bacaan) bisa
mengirimkannya ke Dicky Senda, jalan Kampung Baru No. 2 Desa Taiftob Kecamatan
Mollo Utara Kabupaten TTS, Provinsi NTT 85552. Paling lambat 1 Agustus 2017.
Terima
kasih atas Anda sudah turut membantu mewujudkan mimpi anak-anak dan orang muda
Mollo. Simak kerja kolaborasi kami di Instagram @lakoat.kujawas atau page
www.facebook.com/lakoat.kujawas.
Salam
Dicky
Senda
(Program
Director)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar