Selasa, 24 Januari 2017

Ada Cinta untuk Taiftob

foto: dokumen pribadi
Satu bulan terakhir ini perhatian saya tertuju pada #ElafDame, sebuah festival kesenian yang dirancang oleh orang-orang luar biasa seperti kak Dicky Senda, kak Randi Tamelan dan juga adik-adik hebat dari Desa Taiftob yang sehari-hari bergiat di lakoat.kujawas. #ElafDame adalah sebuah festival seni yang mengusung tema perdamaian, dan ini untuk pertama kalinya dirayakan di desa yang terletak di kecamatan Mollo Utara, kabupaten TTS. Di #ElafDame ada beberapa agenda menaarik yaitu kelas inspirasi, nonton beberapa film pendek karya sineas muda NTT, festival permainan tradisional dan teater dengan judul Kap'nam To Fena sebagai puncak dari seluruh kegiatan selama hampir sebulan.

Sangat menarik!

Dua kata ini menjadi kesan tersendiri di hati saya. Saya adalah salah satu orang beruntung yang diizinkan untuk terlibat dalam festival ini. Kenapa beruntung? Karena bisa mengenal adik-adik dari desa Taiftob yang sangat luar biasa berbakatnya, juga kakak-kakak relawan lain sebagai fasilitator yang juga tak kalah hebat dan penuh talenta.

Saya masih ingat, ketika pertama kali bertemu dengan teman-teman relawan dan adik-adik di Taiftob untuk membicarakan tentang festival seni ini, muncul keraguan dalam diri saya. Apa yang bisa saya lakukan dalam aaktivitas ini? Karena sebelumnya saya tidak memiliki pengalaman mengajari anak-anak apalagi dalam urusan menyanyi dan menari. Maklumlah anak lab, hahaha.

Namun ternyata, ada hal lain yang lebih kuat muncul begitu saja dari dalam diri saya untuk terus terlibat dalam hal positif ini. Selain karena sudah ‘jatuh cinta’ dengan anak-anak di desa Taiftob yang selalu punya segudang cara untuk membuat saya tertawa, sebenarnya, saya juga pernah tinggal dan menghabiskan masa kecil hampir tujuh tahun di desa ini. Rasanya ini adalah kesempatan terbaik untuk kembali dan berkontribusi kepada kampung halaman darimasa kecil saya. Barangkali inilah sekumpulan alasan yang turut menguatkan niat saya untuk memilih ikut berkarya di lakoat.kujawas.

Selama workshop berlangsung, kak Dicky selalu mengatakan bahwa inti dari festival ini bukan pada hasil akhirnya tapi yang terpenting adalah prosesnya. Bagaiman anak-anak berproses untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Bagaimana dalam setiap pertemuan, anak-anak saling belajar, para fasilitator bisa lebih aktif dan suportif. Pesan intinya, jangan terlalu menginterversi anak-anak, beri arahan secukupnya, dan biarkan ide spontan dan kreativitas mengalir dengan sendirinya. Sembari para fasilitator terus memastikan bahwa mereka benar-benar menikmati semua proses ada. Dari sini, saya memetik satu poin penting. "Jika kita tekun dan memliki komitmen yang kuat sambil menikmati semua proses yang kita jalani, maka tidak ada hasil yang mengkhianati proses."

Semua hal di atas telah dibuktikan oleh adik-adik di Desa Taiftob. Terkadang kekhawatiran muncul dalam diri saya dan saya yakin hal ini juga terjadi pada relawan-relawan yang lain. Apakah saat pentas nanti mereka bisa melakukannya dengan baik? Apakah mereka menghafal semua tarian dan nyanyiannya? Dan berbagai kekhawatiran lain yang muncul. Kembali lagi ke awal, tidak ada hasil yang mengkhianati proses. Adik-adik di desa Taiftob memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi sehingga tidak heran jika mereka bisa melakukannya dengan sangat baik. Walaupun ini adalah festival pertama mereka, mereka berhasil membuat saya dan beberapa teman merinding ketika presentasi teater dimulai. Ketika diberi tanggungjawab yang pas, anak-anak bisa mengambil peran masing-masing dengan sangat baik. Sebuah pelajaran moral yang tanpa sadar sudah kita petik bersama, entah oleh anak-anak maupun oleh teman-teman fasilitator.

Selain anak-anaknya yang hebat, desa Taiftob juga memiliki orang tua yang luar biasa. Mereka adalah orang tua yang selalu mendukung anak-anaknya untuk terus belajar dan berkembang. Hal itu terbukti dengan hadirnya mama-mama yang bersedia membantu menyiapkan snack dan makanan selama festival berlangsung. Selalu ada senyum tulus tersaji untuk semua orang di lakoat.kujawas. Semua orang terlihat memberikan dirinya dengan tulus untuk sukacita bersama di festival seni untuk perdamaian ini. Sungguh luar biasa.

Terima kasih buat kalian semua adik-adik dan relawan fasilitator yang sudah memberikan keceriaan baru dalam hidup saya, juga buat para orangtua yang selalu mendukung anaknya untuk belajar dan mengembangkan diri melalui berbagai aktivitas positif di Lakoat.Kujawas (terima kasih juga buat kiriman pisang dan kue-kue buat kami).

Terima kasih karena saya sudah diperkenankan untuk ikut merasakan sukacita bersama warga desa Taiftob. Sungguh beruntung punya pengalaman hebat bersama  kalian semua di Lakoat.Kujawas. Ada cinta yang besar untuk semua warga desa Taiftob. Semoga kita bisa terus bersama belajar, berkembang, melakukan hal positif lainnya. Jangan lupa bahagia, jangan lupa menikmati semua proses yang ada di dalam hidup kalian. Sampai ketemu di festival selanjutnya..

***

Sonya Manafe adalah seorang dosen FKIP Kimia di salah satu perguruan tinggi swasta di kota SoE. Tahun 2016, menjadi salah satu peserta Youth Adventure and Youth Leaders Forum yang diselenggarakan oleh Gerakan Mari Berbagi (GMB). Kini menetap di SoE. 


Baca juga refleksi fasilitator lainnya, Randi Tamelan: Guru #ElafDame

Tidak ada komentar:

Posting Komentar