Dicky Senda dari Lakoat.Kujawas bersama para mahasiswa magang dari Univ, Nusa Cendana |
Kami memulai menggarap project Lakoat.Kujawas ini dengan
sukacita
sejak bulan Juni 2016. Dengan
niat bahwa di kampung kami harusnya sudah ada ruang yang produktif melakukan berbagai kerja
kreatif antar sesama warga sendiri maupun antara warga dengan orang dari luar
kampung. Bicara Mollo yang kaya akan potensi pertanian, salah satu yang menurut kami menarik untuk dikerjakan, melibatkan tentu saja para petani lokal dan orang-orang muda yang tertarik. Beberapa dari kami sudah mengalami proses bekerja di komunitas kreatif
di Kupang dan SoE lebih
dari 5 tahun terakhir ini. Kami merasa bahwa dalam komunitas, banyak hal positif bisa
dilakukan bersama. Kerja kolaborasi kalau istilah kekiniannya.
Dengan melihat begitu banyak potensi sumber daya alam
dan manusia di Mollo yang terabaikan, bahkan tak tersentuh sama sekali, kami
semua yang terlibat dalam
proyek kecil ini merasa perlu merintis sebuah komunitas
untuk melakukan kerja
kolaborasi yang produktif dan kreatif. Jejaring di media sosial telah
banyak membantu, misalnya, ketika kami akhirnya
dipertemukan Perkumpulan Pikul yang punya perhatian ke pengembangan model
kewirausahaan sosial (social enterprise) dengan British Council dan banyak
sekali pelaku SE di berbagai daerah di NTT. Mereka yang juga melakukan hal yang
sama atau mirip dengan kami: semangat untuk membangun komunitas-komunitas kecil
di kampung dengan memadukan antara bisnis (profit) dan penmbangunan manusia/komunitas (people) tanpa terlepas dari
tanggungjawab untuk melestarikan lingkungan hidup (planet). Ini nilai yang kami
rasa sangat penting dan cocok sebagai pedoman di Lakoat.Kujawas.
Dari Perkumpulan Pikul akhirnya kami dipercaya untuk
melakukan kerja kolaborasi, yang kami sebut #kerjabersamawarga. Sebuah upaya
untuk mengajak anak-anak muda dari perkotaan entah mahasiswa, dosen, peneliti,
seniman, penulis, dll untuk datang secara sukarela, tinggal dan melakukan kerja
produktif bersama warga. Harapannya bahwa akan ada proses interaksi, diskusi,
transfer ilmu, kerja bersama dan saling belajar antar warga/komunitas dengan
para relawan tentu saja dengan mengutamakan nilai dasar people, profit dan planet tadi.
#KerjaBersamaWarga kali ini bersama 4 orang mahasiswa,
Sara Atupah, Luis Sir, Yenni Dodo dan Yulius Kelen dari Prodi Komunikasi Antar
Budaya Universitas Nusa Cendana yang kebetulan sedang magang selama sebulan di
Perkumpulan Pikul. Pikul sendiri sedang berkutat dengan isu ketahanan pangan
dan pemetaan potensi pangan lokal bersama dengan warga adalah hal yang sedang
dikerjakan oleh mereka. Dengan kesamaan nilai dasar tadi, kami bersedia dan
merasa senang keempat mahasiswa tersebut datang untuk melakukan survey potensi
pangan lokal di beberapa desa di Mollo, Timor Tengah Selatan sekaligus membantu
kami yang sementara juga sedang melakukan pemetaan potensi ekowisata dan resep kuliner lokal yang
sedang kami lakukan sebagai sebuah dokumentasi awal kami dalam gerakan kecil ini.
Kami menyadari betul bahwa para mahasiswa ini memang
masih dalam proses belajar, tapi lebih dari itu, menarik juga untuk belajar
memahami anak muda masa kini, dari daerah perkotaan. Bagaimana cara pandang
mereka terhadap isu ketahanan pangan, informasi tentang keberagaman bahan
pangan di kampung, cara mengolah, bagaimana kondisi para petani di Timor,
bagaimana anak muda seperti mereka melihat desa dengan segala potensinya bisa
dikembangkan tanpa keluar dari nilai yang sudah kita bahas di atas. Ketika
bertemu mbak Ari Sutanti dari British Council, ada satu pernyataan beliau yang menurut
kami penting. Pertama soal bagaimana warga lokal diberdayakan untuk mengelola
sendiri potensi kampungnya jika kita bicara ekowisata. Kedua, penting untuk
memahami perilaku anak muda perkotaan yang memang lagi tren untuk berwisata
tapi kok masih berjarak ya dengan warga lokal. Menurut Ari, kita yang harusnya
dengan kreatif bisa menarik simpati kelompok anak muda ini untuk masuk, kenal
dan peduli dengan lingkungannya. Jika sudah hadir, memahami dan ikut
berpartisipasi, tentu hal itu yang sangat kita harapkan. Dengan keempat
mahasiswa magang ini pun demikian. Misalnya, kami ingin kemampuan fotografi dan
videografi mereka bisa ikut terkontribusi dalam upaya pengarsipan potensi desa
yang sementara dilakukan Lakoat.Kujawas. Dalam proses penggarapan itulah mereka
bisa kenal dan memahami isu-isu sosial yang ada di sekitar mereka. Dan alangkah
lebih baik lagi ketika kemudian mereka bisa menjadi agen informasi baru tadi
kepada teman-teman muda lainnya di kota.
Selama 4 hari, kami mengajak mereka untuk melihat
keragaman bahan pangan lokal di pasar tradisional Kapan. Belanja dan memasak
bersama di dapur Lakoat.Kujawas (beberapa resep menu pangan lokal
akan kami bagi di blog ini). Treking dan panen daun mint (onat lao) ke Kampung
Baru di desa Taeftob, panen jeruk dan trekking di kebun sirih warga kampung
Lelokasen di desa Eonbesi. Hari berikutnya, berjalan sejauh 14 km menyusuri
kali Sebau menuju kampung Manesat Anin untuk belajar bikin jagung bose dan
melihat langsung bagaimana warga Mollo berkebun. Apa saja isi lumbung dan kebun
mereka. Banyak hal tak terduga ditemui di sini, termasuk resep baru pembuatan
sambal lu'at menggunakan daun gala-gala (kembang turi). Sambal yang luar biasa
ketika dinikmati dengan singkong kuning rebus, ubi kapuk bakar dan jagung bose.
Di lokasi yang sama, para mahasiswa ini memberikan sumbangan buku tulis, alat
tulis dan beberapa buku pelajaran untuk anak-anak kampung Manesat Anin. Sebuah
kerja kolaborasi (transfer pengetahuan) yang luar biasa dan memang perlu ada ruang interaksi seperti ini.
Dua hal yang bisa kami petik dari pengalaman survey
ini adalah, pertama, ada kesan dan pengakuan langsung dari mereka, orang-orang muda perkotaan ini tentang
keanekaragaman pangan lokal yang mengeyangkan selain nasi. Kesadaran untuk
meninjau kembali paradigma bahwa dikatakan 'makan' kalau sudah mengonsumsi nasi
atau ubi itu cuma 'snack' (untuk makan main-main saja). Bahwa tak konsumsi nasi
sama dengan kelaparan. Sementara di kebun masih ada ubi, jagung, sorgum,
singkong, kacang, pisang, dsb. (Catatan: ketika kami survey sebenarnya sebagian warga
sedang pergi ke kantor desa untuk mengambil jatah raskin. Beras untuk orang
miskin. Kami jadi bertanya-tanya kembali tentang definisi 'miskin'. Di Indonesia, beras
masih jadi ukuran, kawan).
Kedua, sebagai orang muda, ini
adalah pengalaman pertama terlibat dalam sebuah kerja kolaborasi secara
sukarela dengan warga. Berharap ini bisa memberikan cara pandang baru,
bagaimana setiap orang punya tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam
usaha/kerja bersama, untuk kepentingan banyak orang.
Pada
akhirnya, kami mau bilang bahwa ini sebuah langkah baru, kecil dan sedang dalam
proses. Semua yang membaca tulisan ini bisa berkontribusi, secara langsung
maupun lewat dunia maya. Secara moril maupun materil. Ide, tenaga, donasi buku
dan uang untuk proyek kerja kolaborasi di bidang literasi, kesenian,
kebudayaan, pertanian, ekonomi kreatif, dll masih terbuka lebar. Kontak kami di
lakoat.kujawas@gmail.com,
atau telpon ke 081338037075. Kami sedang berpikir untuk membuat program
residensi bagi seniman, penulis, atau peneliti untuk tinggal dalam waktu lebih
lama dan membuat kerja kolaborasi lebih intens. Ada yang berminat?
Beberapa
produk SE kami kerjasama dengan penenun dan petani lokal bisa dibeli di
Instagram @lakoat.kujawas. Like dan simak juga progres kami di page www.facebook.com/lakoat.kujawas.
Kamu orang berikut yang terlibat di #kerjabersamawarga? Salam hangat dari desa
Taeftob, Mollo Utara.
Dicky Senda
Director
Sambal lu'at terong baakr dengan ubi kapuk bakar |
Yenni dan Sara ikut memasak bersama mama Adel dan mama Tia |
ubi kapuk tumbuh rimbun menjalar di pohon turi |
bapa Tobias Kamlasi di lumbung jagung dan kacang miliknya |
bahan untuk membuat sambal lu'at bunga turi |
Bersih, hujau dan alami, penampakan desa Manesat Anin |
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.