Senin, 08 April 2019

Mnahat Fe'u Heritage Trail: Sebuah Kisah


Mnahat Fe’u heritage trail perdana kami sukses. Kami memulainya dengan begitu optimis. Sejak ide heritage trail pertama kali kami gagas bersama kak Agni Malagina seorang penulis dan peneliti Cina Timor. Ketika datang meneliti tentang jejak peradaban Cina Timor di Mollo, kami sepakat bahwa ada potensi tersendiri terkait sejarah, budaya dan kesenian juga pertanian dan kuliner yang cukup kuat narasinya. Sejak komunitas ini berdiri Juni 2016, kami menggagas juga sebuah ruang arsip, sebagai upaya kami sebagai generasi muda Mollo melakukan kerja-kerja dokumentasi secara kolektif terkait sejarah dan tradisi kami lewat berbagai dokumen foto, video, tulisan, dll.

Ketika bergerak membawa komunitas ini ke kewirausahaan sosial, kami menyadari betul bahwa ada begitu banyak potensi yang selama ini ‘tidur’. Butuh tangan kreatif, isi kepala yang mampu keluar dari boks juga keberanian untuk mencoba hal baru. Gayung bersambut, kami beruntung punya bapa mama dan orang muda, warga aktif desa Taiftob yang bahu membahu membangun ekosistem di desa kami tiga tahun terakhir. Kami senang bahwa proses ini organik. Seperti sedang bermain, tapi juga belajar.

Dari 10 peserta yang mendaftar, yang bisa hadir 8 orang, dua lainnya batal di menit terakhir karena alasan pekerjaan. Kami senang bahwa peserta heritage trail kali ini cukup beragam. Ada dosen sekaligus peneliti, ada mahasiswa S3 yang kuliah di Amerika dan sedang riset di Kupang, ada pegiat literasi juga barista dari Atambua, penerjemah dari Kupang, pekerja LSM internasional asal Kupang, ada ibu rumah tangga dan satu lagi aktivis yang sedang merintis proyek community based tourism di pulau Semau. Ya, mayoritas tamu kali ini datang dari Kupang. Sesuai dengan bayangan kami sebelumnya bahwa target pasar kami: kalangan menengah ke atas dari Kupang, orang muda. Tentu saja orang-orang yang tertarik mempelajari sosial budaya dan sejarah, tertarik pada isu-isu yang diangkat komunitas warga. Ini memang jenis wisata minat khsuus. Bukan sekadar memenuhi tuntutan selfie dan selesai. Ada proses belajar, diskusi dan tukar pengetahuan. Dan semua itu terbukti selama kegiatan sehari. Ada ruang yang begitu luas antar peserta untuk saling diskusi (karena datang dengan minat dan nilai yang sama), membuat trail ini jadi menyenangkan. Sebagai pemula, kami justru menyerap banyak sekali energi baik dari para peserta.

Dari meeting point di rumah tua salah satu tokoh penting di desa Taiftob kami menuju ke mata air Oelpuah, salah satu situs penting di desa kami. Ketika mulai masuk hutan, peserta mulai diperkenalkan oleh bapa Willy selaku guide terkait tanaman obat dan jamur. Kelompok remaja dari kelas menulis kreatif #tothelighthouse desa Taiftob ikut bergabung di titik ini. Di Oelpuah bapa Willy berceirta tentang sejarah mata air tersebut dan  peran pentingnya bagi kehidupan warga desa. Beberapa remaja desa membacakan puisi-puisi mereka yang bertema pohon dan air, sembari Dicky Senda bercerita tentang bagaimana upaya Lakoat.Kujawas lewat heritage trail ini mau menghubungkan sejarah kampung dan upaya generasi muda menggali tradisi dan sejarah mereka, menghubungkan seni dengan isu lingkungan dan tentu saja pangan.
Dari Oelpuah, peserta diajak panen buah avokad lalu menuju ke gua Maria Immaculata, sebuah gua alam yang sangat indah. Lagi-lagi di tempat ini, beberapa remaja desa ikut berbagi imajinasi mereka tentang batu dalam konsep orang Mollo yang muncul dalam bentuk puisi maupun lagu. Bapa Willy bercerita tentang sosok-sosok penting yang setia menjaga hutan dan batu Napi. Mengapa isu konservasi penting dan bagaimana dongeng, tradisi tutur dan berbagai nilai filosofis ikut menghidupi situs batu dan mata air. Cerita masih berlanjut ketika peserta  diajak mendaki puncak batu Napi, melihat sebagian Mollo dari ketinggian.

Setengah hari berikutnya diisi dengan menikmati kelapa hijau, panen jamur di hutan, memasak sambal jamur hasil panen, menikmati makan siang pangan lokal sehat bebas MSG dan minyak sawit. Dilanjutkan dengan presentasi pengolahan buah lokal menjadi berbagai produk farmentasi,plus presetasi kopi Timor dari sisters community kami, Rumah Estribi Atambua. Acara ditutup dengan penyerahan oleh-oleh yang kami bungkus di wadah anyaman daun kelapa berisi berbagai produk komunitas: kopi Mollo, tepung jahe, selai lakoat, sambal lu’at dan anakan pohon lakoat. Senang sekali.

Kami juga sedang menyiapkan dua heritage trail berikutnya untuk Anda. Segera cek Instagram kami @lakoat.kujawas.



Menuju mata air Oelpuah



Panen jamur hutan di batang dadap

Workshop memasak sambal jamur hutan

Menu spesial: ayam kuah haliah

Workshop cocktail dari buah dan arak lokal

Peserta trail dan para mama

Oleh-oleh produk komunitas dan anakan lakoat




1 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus