Salam sejahtera.
Kami selalu bangga mengabarkan bahwa kawan-kawan kami
yang bergiat di Lakoat.Kujawas makin menunjukkan potensi diri mereka, paling
tidak sudah dimulai dengan banyak perkembangan positif terkait rasa percaya
diri. Yah, rasa percaya diri memang sangat penting, sebab ia yang akan
menggerakan segala potensi tersembunyi dalam dirimu untuk dikeluarkan. Minat,
bakat dan segala kemampuan diri hanya akan keluar dengan maksimal jika
seseorang sudah percaya diri. Dari sinilah sebenarnya tujuan dasar kami
menggelar berbagai kegiatan kreatif di Lakoat.Kujawas, dengan satu mimpi bahwa
anak-anak desa Taiftob harus percaya diri dan berani. Ada banyak cerita sukses
dan teman-teman relawan yang setiap minggu pergi ke Lakoat.Kujawas tentu saja
menyadari perubahan itu. Hal yang selalu bikin bangga. Bahwa usaha kita untuk
membantu teman-teman kita, ada hasilnya. Sejak awal kami pun sudah berkomitmen
dengan teman-teman relawan bahwa penting untuk menghargai setiap proses yang
ada. Tidak ada hasil final sebenarnya dalam hidup ini, yang ada hanya proses:
mengulang, memperbaiki, meningkatkan dan seterusnya. (Laporan Keuangan Festival Mnahat Feu, klik di sini)
Dan tentu saja yang tidak kalah membanggakan bahwa
semakin hari, semakin banyak orang-orang yang peduli dan mendukung kerja-kerja
kreatif di Lakoat.Kujawas. Ada kesadaran bahwa cara terbaik dalam hidup ini
adalah ikut membantu sesama untuk maju. Mereka yang setia mengirim buku bacaan,
mendonasikan uangnya, datang mengajar teman-teman mereka Bahasa Inggris, tari
dan teater. Mereka yang ikut memikirkan nasib generasi muda Timor ini. Mereka
sadar dan percaya bahwa memang benar ada banyak masalah di sekitar kita, tapi
mereka juga ikut memikirkan solusi apa yang bisa mereka kerjakan bersama-sama.
Bahkan kerennya adalah potensi atau aset apa yang mereka punya (sonde selalu
berwujud uang) yang bisa mereka berikan untuk kepentingan bersama ini. Kami
selalu respek dengan orang-orang muda ini.
Setelah menggelar Festival Elaf Dame di bulan Desember
hingga Januari, maka di Bulan Februari hingga Maret kami menggelar festival
lainnya, di masa panen di Mollo: festival Mnahat Fe'u. Nama ini terinspirasi
dari salah satu jenis tarian tradisional orang Meto Timor yakni tarian Bonet.
Mnahat Fe'u kami lewati selama sebulanpenuh dengan berbagai jenis workshop dan
kelas inspirasi. Dimulai dengan kelas Bahasa Inggris 2 kali seminggu bersama
kak Randi Tamelan dan kak Putri Fanda, dua relawan dari SoE. Lalu ada kelas
menulis kreatif bersama Dicky Senda, khusus untuk para remaja desa Taiftob. Ada
kelas inspirasi Funtastic Science bersama kak Sonya Manafe, seorang dosen dari
Kampus STKIP Soe. Bersama kak Sonya, anak-anak desa Taiftob diajak untuk
melakukan beberapa percobaan kimia sederhana yang berhasil memancing rasa ingin
tahu mereka. Berharap bahwa dengan eksperimen sederhana ini, anak Mollo punya
kesan yang positif mengenai ilmu pengetahuan atau sains dan bisa lebih giat
lagi belajar IPA di sekolah.
Kelas Inspirasi lainnya adalah Fun Tech: Mengenal
Kacamata Virtual Reality bersama kak Ari Saekoko. Ini juga sangat menarik.
Sebab dengan teknologi terkini anak diajak untuk menonton video-video bertema
lingkungan dan pertanian, hal-hal yang dekat dengan realitas mereka namun kali
ini menggunakan teknologi modern. Kak Ari selalu berpesan bahwa dengan adanya
kelas ini, anak-anak Mollo tidak boleh berhenti bermimpi untuk sekolah tinggi.
Bukan mustahil bahwa kelas dari Mollo, ada yang mampu menciptakan
teknologi-teknologi baru.
Mengenal Tanaman Obat adalah kelas inspirasi
berikutnya bersama kak Norce Noenufa, seorang apoteker, orang muda SoE yang
sangat berprestasi sejak kuliah Farmasi dulu. Anak-anak Mollo akhirnya tahu
bahwa ada profesi penting di dunia kesehatan selain dokter yakni seorang
apoteker. Menariknya, kak Norce mengajak anak-anak untuk mengenal tanaman di
sekitar mereka yang sebenarnya punya khasiat untuk pengobatan dan itu diterima
juga diakui oleh ilmu pengetahuan.
Selain
kelas inspirasi, ada juga program khusus yakni workshop antara lain tari
bersama kak Samrid Neonufa, tata kostum teater bersama kak Randi Tamelan dan
gitar bersama kak Fill dan kak Bentho dari Kupang.
Penutupan
Mnahat Fe’u dilakukan selama 3 hari sejak 26-28 Maret 2017, dimulai dengan
Festival Pangan Lokal. Teman-teman diajak untuk memasak sendiri panganan
mereka, mengenal keragaman bahan pangan yang ada di Mollo dan dengan harapan
ada kesadaran dan kecintaan untuk mengonsumsi pangan lokal yang dihasilkan oleh
petani Mollo sendiri. Alasan kesehatan dan murah meriah sebab bisa ditanam di
kebun sendiri adalah dua poin yang coba kami fokuskan ke anak-anak. Dengan
kemasan festival, melibatkan banyak teman sebaya dan dikombinasikan dengan
berbagai kegiatan kesenian, kami percaya bisa meninggalkan kesan positif dalam
diri mereka.
Ada
juga acara nonton bareng film anak berjudul Moana, berkisah tentang anak pelaut
dari kepulauan Pasifik yang dengan keberanian dan kecintaan ikut lingkungan
tempat tinggal mereka dari kekuatan jahat. Untuk teman-teman relawan dari SoE,
Kupang dan orang muda Mollo, kami siapkan dua acara spesial yakni diskusi “Mollo
di Masa Kolonial Belanda” bersama Sarlota Sipa, sejarawan perempuan asal Mollo,
dan satu lagi kegiatan peningkatan kapasitas orang muda bersama om Danny
Wetangterah. Topik yang kami angkat adalah “Orang Muda NTT, Kerja Sukarela dan
Passion”. Sejak awal ide ini dibangun, teman-teman muda ini sudah sangat antusias
menunggu. Kedua acara khusus ini berlangsung seru dan meninggalkan kesan yang
luar biasa. Setelah Paskah kami berencana melakukan diskusi kedua, “Mollo di
Masa Pra Kolonial”, sedikit meloncat ke belakang. Semua tentu penasaran
bagaimana sih kondisi Mollo ketika Belanda belum masuk?
Festival
kami akhiri dengan pentas seni. Awalnya kami berencana mementaskan teater Fau
Pah yang naskahnya ditulis bersama kak Dicky dan teman-teman kelompok Kelas
Menulis Kreatif, hanya saja waktunya terlalu mepet, musim hujan yang mendera
membuat jadwal lahitan kurang maksimal sehingga ditunda presentasinya. Dengan
sigap kak Randi selaku koordinator program Mnahat Feu langsung mengolah acara
ini jadi lebih menarik. Dibantu kak Dicky, teman-teman coba membaca puisi,
bikin dramatical reading puisi panen orang Mollo. Beruntung tiga hari menjelang
penutupan, kak Linda Tagie dari Kupang hadir dan membantu mengisi workshop
dadakan yakni teater sehingga beberapa lagu yang sudah dilatih teman-teman bisa
ditambah lagi gerakan tari dan olah tubuhnya. Sungguh menarik misalnya saat doa
pembukaan, tidak seperti biasanya dalam bentuk tarian oleh semua anak diiringi
lagu Baba Yetu, salah satu lagu tradisional orang Afrika.
Acara
ditutup dengan pembagian kado kamus Bahasa Inggris, botol minum dan buku Lima
Sekawan kepada semua teman yang bergiat di Lakoat.Kujawas.
Terima
kasih kepada seluruh kakak relawan, donatur dan simpatisan Lakoat.Kujawas,
kepada para orang tua di desa Taiftob yang selalu mendukung setiap kegiatan
kreatif di Lakoat.Kujawas. Sampai ketemu di event berikutnya: Paskah di
Lakoat.Kujawas, tanggal 23-24 April 2017. Tuhan menolong kita semua.
NB: Untuk donasi buku bacaan anak, bacaan dewasa, kamus, buku tulis, perlengkapan sekolah atau uang untuk mendukung kelas-kelas kreatif di Lakoat.Kujawas, silakan mengontak 0813380379075 (bisa whatsapp) atau email ke lakoatkujawas@gmail.com.
Teman-teman yang ingin menjadi relawan (teristimewa kawan-kawan muda yang bermoninsili di Kapan dan SoE), teman-teman yang ingin bikin project kerja kolaborasi dengan warga desa Taiftob di bidang kesenian, literasi, ekonomi kreatif dan pertanian, silakan mengontak juga ke nomor dan alamat di atas.
|
pembukaan festival mnahat fe'u di halaman perpus lakoat.kujawas |
|
kelas menulis kreatif bersama Dicky Senda |
|
kelas bahasa Inggris bersama Putry Fanda dan Randi Tamelan |
|
Kelas Bahasa Inggris bersama Randi |
|
Latihan lagu Baba Munggu, theme song Festival Mnahat Fe'u |
|
Kelas menulis bersama Dicky |
|
kelas inspirasi: Mengenal Tanaman Obat bersama Norce Neonufa |
|
Kelas Tari bersama Samrid Neonufa |
|
Workshop teater bersama Linda Tagie |
|
Workshop tata kostum teater bersama Randi dkk |
|
workshop gitar bersama Fill dan Bentho |
|
capacity building tim relawan bersama Danny Wetangterah |
|
workshop gitar |
|
diskusi Mollo di Era Kolonial Belanda bersama Sarlota Sipa |
|
Kelas inspirasi: Funtech "Kacamata Virtual Reality" bersama Ari Saekoko |
|
workshop teater bersama Linda Tagie |
|
setelah pentas seni |
|
Bonet bersama menandai berakhirnya festival Mnahat Feu |
|
teman-teman relawan dr SoE, Kapan, Kupang dan Amanuban |
|
workshop tari bersama Samrid Neonufa |
|
Agenda berikutnya di Lakoat.Kujawas |
Wow, blog ini sangat menginspirasi, seperti mendapat suntikan energi positif yang banyak skali
BalasHapusTerima kasih kawan2
Teruslah menginspirasi
Salam kenal :)