Minggu, 26 Februari 2017

Festival Musim Panen Mnahat Fe'u Resmi Dibuka di Lakoat.Kujawas

Akhirnya Festival #MnahatFeu resmi kami buka hari Sabtu (25/2) lalu di halaman perpustakaan desa Taiftob, Mollo, Timor Tengah Selatan. Ini adalah festival kedua di lakoat.kujawas yang mengambil tema 'merayakan musim panen'. Masyarakat Mollo adalah masyarakat pertanian, secara kultur dan sosial sangat dekat dengan aktivitas bertani, kami ingin mengajak seluruh anak-anak yang bergiat di lakoat.kujawas untuk terus memaknai identitas itu dengan bangga dan sukacita, untuk itu kami merayakannya dengan pesta seni dan literasi. Ini bukan hal baru sebenarnya bagi orang Mollo. Tradisi turun temurun nenek moyang kami menggambarkan bahwa musim panen juga identik dengan pesta syukur penuh makanan, tarian bonet, sambil saling berbalas pantun dan syair. Di Mnahat Fe'u ala lakoat.kujawas, kami mencoba mengisinya dengan berbagai workshop kesenian, literasi dan sains, diskusi sejarah, nonton film dan mendengar kisah inspiratif  dari beberapa tamu spesial.

Acara dimulai jam 15.30 dengan langit Mollo yang sedang murung. Kak Randi Tamelan dibantu 8 orang relawan lainnya mulai membuka festival dengan beberapa permainan yang bertujuan untuk mengakrabkan satu sama lain, dengan konten bahasa Inggris sederhana yang diharapkan sekaligus bisa jadi pengenalan awal bagi mereka yang memang belum belajar bahasa Inggris. Beberapa anggota baru nampak hadir dan antusias mengikuti setiap aktivitas bersama kali ini. Setelah sukses menggelar Elaf Dame, festival seni untuk perdamaian beberapa waktu lalu, anak-anak sudah rindu untuk segera bikin kegiatan kreatif yang baru dan melibatkan mereka semua. Dengan kerjakolaborasi antara relawan dipimpin oleh kak Randi sebagai programer festival kali ini, proses menggodok program, melakukan fundrising, dsb berjalan sesuai target dan akhirnya festival ini bisa kami selenggarakan. Terima kasih untuk para donatur dan simpatisan lakoat.kujawas. 

Di akhir acara pembukaan Mnahat Fe'u, acara khusus kami persembahkan kepada kawan relawan kami, kak Nansi Amu yang berulang tahun pada hari itu. Sebuah pesta kejutan dikoordinir oleh kak Norce dan kak Dicky berhasil bikin kak Nansi baper abis. Selamat ulang tahun ya kak, sukses terus, terima kasih sudah selalu bantu dan support lakoat.kujawas. 

Setelah anak-anak pulang, acara pembukaan ini masih berlangsung dengan sesi sharing tentang perlindungan anak bersama kak Yanri Tauho, relawan di lakoat.kujawas yang sehari-hari bekerja di Wahana Visi Indonesia. Ini sesi yang sangat menarik sekaligus kami kemas secara santai. Mengobrol sambil bakar ikan dan se'i babi.

Refleksi penting dan menarik dari kak Yanri ada beberapa poin, yang semuanya datang dari hal praktis yang biasa kita temui ketika berinteraksi dengan anak-anak. Tujuan diakannya sesi ini adalah bagaimana para relawan kemudian mendapat pengetahuan baru yang sangat penting sekali ketika kita berinteraksi dengan anak-anak. Kata kak Yanri, ini bukan soal undang-undang, atau regulasi yang bagaimana, tapi pembicaraan kita adalah soal pengalaman sederhana yang kemungkinan besar akan selalu kita hadapi sebagai seorang relawan. 

Kak Yanri menyoroti soal bagaimana kita sebagai relawan belajar mengolah diri (secara mental atau emosional) kita supaya siap untuk berinteraksi dengan anak-anak. Hal ini biasa akan menguras banyak sekali energi dan perhatian kita. Dan kesadaran untuk mengelola dan mengembangkan diri terus menerus dan lebih baik itu sangat penting. Di samping itu kita juga mulai dituntut untuk punya komitmen dan tanggungjawab terhadap aturan main yang biasanya ada dan disepakati dalam sebuah komunitas atau lembaga yang berhubungan dengan anak-anak. Contohnya, hal kecil seperti merokok ketika berinteraksi dengan anak-anak itu sangat tidak diperkenankan. Lalu bagaimana kita bisa mengontrol setiap perkataan yang keluar dari mulut kita jangan sampai bersifat labeling, merendahkan, atau menyakiti perasaan orang lain (dalam hal ini anak-anak). Soal gestur, ekspresi dan  cara kita memperlakukan anak-anak saat berkomunikasi, misalnya saat mengajak anak ngobrol usahakan kontak mata dan posisi tubuh sejajar. Jika tubuh kita tinggi dan besar maka baiknya kita yang duduk/berlutut/membungkuk sehingga posisi tubuh kita sejajar dengan tubuh anak-anak. 

Poin lain yang seru saat kita diskusikan adalah soal bagaimana kita mempublikasikan foto anak-anak, apa saja dampaknya jika informasi anak terlalu banyak kita bagi ke media sosial, pentingnya privasi, izin kepada subyek foto dan keluarga, dsb. Lalu bagaimana menjawab tantangan begitu banyak orang yang mau menjadi relawan atau terlibat dalam kegiatan lakoat.kujawas, kriteria apa yang harus mereka penuhi, bagaimana proses rekrutnya, rules atau aturan main apa yang harus mereka harus pahami sebelum berinteraksi dengan anak-anak. Sungguh dua isu ini memang sangat menarik. Bertolak dari pengalaman lakoat.kujawas yang sudah mulai eksis sejak Juni 2016, foto dan informasi tentang anak memang jadi perhatian sendiri bagi admin. Kita semua sepakat untuk berpijak pada privasi dan perlindungan anak. Namun di sisi lain, kami bukan LSM murni, kami komunitas yang lahir swadaya dari masyarakat desa Taiftob, bergiat melibatkan seluruh elemen masyarakat dengan tujuan untuk perkembangan kami di desa. Dengan mengambil konsep perpustakaan warga, komunitas kesenian dan kewirausahaan sosial yang dimulai dari usia dini, kami mengambil jalan tengah bahwa sebisa mungkin konten yang kami posting adalah kabar baik, kabar poisitif dari setiap usaha apapun yang ada di desa kami. Tetap anak-anak ditempatkan sesuai porsi dan kebutuhan, sesuai norma dan kidah sosial, maka semua foto anak yang sudah kami rilis sejauh ini ada dalam tahap yang wajar dan seimbang. Penting bahwa setiap relawan dilarang untuk memaksa anak ikut foto. Setiap sesi foto harus minta izin dan persetujuan subyek yang mau diajak berfoto, jika anak menolak maka itu adalah hak yang perlu dihargai. 

Kekompakan tim relawan juga menjadi perhatian semua peserta diskusi. Sebagai manusia, pasti ada yang luput, lupa, salah, dan abai, maka perlu ada interaksi cepat dan tepat dari rekan untuk mengisi ruang yang kosong. Misalnya ketika berinteraksi, ada relawan yang diluar kontrol melakulan labeling (kamu nakal, dll) maka yang lain harus segera membantu meluruskan maksud si relawan dengan bahasa yang lebih sederhana dan tepat. Kita semua sepakat untuk segera bikin panduan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan ketika berinteraksi dengan anak. Panduan ini harus diberikan kepada siapapun yang datang dan mau berinteraksi dengan anaka-anak. Penting juga untuk melakukan breafing sebelum bikin kegiatan, dan evaluasi setelah bikin kegiatan. Terkait evaluasi, jika ada sedikit salah ucap, keliru tindakan, konflik dan gesekan kecil antara relawan dengan anak saat kegiatan, maka setelah kegiatan harus langsung diselesaikan dengan minta maaf, menjelaskan makdus sebenarnya, dst sehingga tidak ada masalah menumpuk dan berlarut-larut.

**
Banyak hal memang yang harus diobrolkan dan disepakati bersama terkait topik ini. Mungkin perlu sesi berikutnya lagi untuk mendiskuiskan topik ini lebih detail lagi. Terima kasih kak Yanri, sudah berbagi pengalaman. Sungguh ini masukan yang sangat kaya dan penting untuk perkembangan lakoat.kujawas ke depan. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah hadir saat diskusi: kak Randi, kak Ari, kak Nansi, kak Sonya, kak Sarlota Sipa dan kak Daud Nomeni. Dua nama terakhir mewakili teman-teman orang muda Mollo. 

Di akhir program Mnahat Feu, kami masih punya satu sesi diskusi menarik bersama kawan kami dari Kupang, om Danny Wetangterah yang akan bicara soal Passion, Dream and Volunterism. Bagaimana kita mengelola passion, dan passion itu bisa bermanfaat dalam berkomunitas atau dalam pekerjaan, dst. 

Info lengkap mengenai program Mnahat Feu bisa klik di sini. Oya terima kasih untuk para donatur yang sudah ikut mewujudkan proposal kami ini (bit.ly/mnahatfeu) jadi kenyataan. 

salam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar