Sabtu, 05 Januari 2019

Berani Pulang Kampung?

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM (edisi 21 Desember 2018), Hermina Pello
Orang-orang muda yang berani pulang kampung
POS-KUPANG.COM | KUPANG-ANAK muda yang satu ini sungguh luar biasa. Ia mengambil keputusan yang jarang diambil orang lain.
Betapa tidak, sebelumnya dia sudah cukup mapan. Punya pekerjaan tetap sebagai seorang guru, memiliki pergaulan sosial di Kota Kupang.
Tidak itu saja, di luar pekerjaannya, sudah memiliki jaringan pertemanan yang luas.
Apalagi dia seorang penulis yang sudah punya nama.
Namun apa yang sudah diraihnya, tidak membuat Dicky Sendamerasa berada pada zona nyaman.
Panggilan hatinya mengatakan, bahwa dia harus berbuat lebih dari apa yang sudah diperolehnya.
Anak dari pasangan Ignasius Senda dan Ferderika Kamlasi akhirnya memutuskan pulang ke kampung halamannya di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS.
Lalu apa saja yang sudah dibuat alumni Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ini?

Dicky menceritakan, awalnya tinggal di Kupang, seperti orang-orang kota, bergaul dan lainnya di Kota Kupang dan tidak ada keinginan sama sekali untuk pulang kampung.
"Menurut saya, itu proses tidak terlambat karena memang saya harus melewati hal itu, membangun diri sendiri, berkenalan dengan banyak orang, dapat berbagai kesempatan dalam bidang seni, ketemu banyak aktivis, inovator sosial," ucapnya
Awalnya, lelaki kelahiran Kapan, 22 Desember 1986 ini pulang ke kampung terkait rencananya menulis novel yang mengambil setting di kampungnya.
Setelah cukup lama berada di luar, maka dia melihat kampungnya dengan kacamata yang berbeda.
"Ternyata pulang kampung itu, setelah lama di kota dan berjejaring telah mengubah cara pandang saya terhadap kampung saya. Kampung yang selama ini dianggap biasa, adalah kampung yang luar biasa. Kampung saya kok keren. Ada potensi yang besar, ada banyak hal yang tidak digarap. Tapi saya sadar selain potensi, ada juga banyak masalah," katanya.
Dengan cara pandang yang berbeda itu, Dicky lalu memutuskan untuk kembali ke kampung, setelah enam tahun menjadi guru.
Namun dia sadar tidak bisa bergerak sendiri. Sehingga apa yang sudah dimilikinya yakni jejaring sosial untuk mencari orang yang memiliki visi yang sama.
Dengan jejaring yang dimilikinya dan melalui media sosial, Dicky lalu bertemu dengan orang yang sama-sama memiliki visi yang sama, terutama anak-anak dari TTS yang ingin membangun kampung di TTS.
"Saat bersuara di medsos, buat caption apa keinginan mau dibuat. Lalu ketemu belasan orang muda Timor, kebanyakan dari TTS kuliah di luar NTT. Mereka ada niat tapi susah karena tidak ada teman," jelas Dicky,
bersama peserta kelas menulis kreatif To The Lighthouse

Atas keinginan bersama juga, mereka membuat komunitas yang diberi nama Lakoat.Kujawas yang beralamat di Jalan Kampung Baru, Desa Taiftob Kecamatan Mollo Utara, TTS.
Nama komunitas ini merepresentasikan mimpi dan harapan untuk hidup lebih baik di kampung sendiri
Pada tahun 2016, komunitas Lakoat.Kujawas fokus pada literasi karena masalah paling besar di TTS adalah kualitas pendidikan, putus sekolah tinggi dan anak tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik, fasilitas pendidikan dan kualitas guru seadanya. Kondisi itu juga yang membawa banyak anak-anak terjerumus dalam human trafficking.
"Kami merasa bahwa literasi bisa menjadi pintu masuk dan solusi. Pertama kami buat perpustakaan tapi dalam perjalanan, aktivitas baca buku terlalu sederhana, dan terlalu kurang. Kami pikir, harus berlari lebih cepat, menciptakan sesuatu. Lalu kami membuat komunitas seni," katanya
Kegiatan yang lebih beragam tersebut mendorong banyak kreativitas, dengan adanya kelas teater, tari, musik dan menggali tradisi lokal. Bagaimana teater modern dikreasi dengan seni bertutur orang Mollo.
Tarian modern dihubungkan dengan Bonet dan lainnya. Itu sebagai bagian dari menggali identitas.
Namun dalam perjalanan dia merasa bahwa tidak ada dampak kalau tidak ada identitas yang kuat dan nilai yang kuat. Sehingga mereka bersama mencari identitas apa yang paling kuat dari Mollo yang bisa mewakili generasi muda.
"Kami lahir dari keluarga yang tidak membiasakan bahasa daerah. Generasi baru yang tidak tahu tradisi tutur. Sehingga ini juga bagian dari gerakan pulang kampung. Dengan kesadaran mau kenal kampung, budaya dan apa yang bisa kami buat," ujarnya..
panen buah lakoat (biwa atau loquat) sebelum dibuat menjadi selai dan wine

Kegiatan bersama 140-an anak di kampung tersebut ternyata mendapat respon positif karena mereka bisa salurkan kreativitas.
Sekolah ternyata belum menjawab keinginan mereka untuk kembangkan potensi diri dan komunitas menjawab keinginan mereka.
Dalam perjalanan, orang tua melihat ada perubahan dalam diri anak-anak, dimana anak bisa belajar antri, saling menghargai, sabar dan lainnya. Sehingga orang tua pun mau bergabung karena ternyata ada kerinduan dari orang tua.
"Berkebun saja tidak cukup bagi orang tua dan mereka ingin menyalurkan ekspresi diri sehingga komunitas ini melebar dengan orang tua juga. Saya selalu tawarkan apa ide mereka, karena mereka ada impian dan keinginan," ucapnya.
Lalu mulailah mereka di bidang pertanian membuat pupuk organik, pestisida nabati.
Awalnya hanya untuk kebutuhan sendiri tapi ternyata bisa dijual. Demikian pula dengan ibu-ibu yang menenun.
Sebagai orang muda, Dicky menawarkan mereka untuk memasarkan hasil tenun melalui instagram dan juga tidak sebatas tenun tapi dikreasi misalnya dibuat menjadi alkosu, semacam tas yang bisa digunakan orang muda.
Produk komunitas yang dijual di platform instagram antara lain tenun, jagung bose, kopi, sambal luat, madu, tas alkosu.
Program unggulan dari komunitas yakni Residensi Kesenian Apinat.Aklahat, yakni program residensi bagi seniman, arsitek, desainer dan mahasiswa di Desa Taiftob untuk berkolaborasi bersama warga dalam bidang seni, budaya, sejarah, literasi dan pertanian.
Ada kelas menulis kreatif To The Lighthouse berkolaborasi dengan SMPK Santo Yoseph Freinademetz Kapan (menggunakan jam ekstrakurikuler sekolah untuk program kelas menulis kreatif).
Bersama Han Yojoo, penulis asal Korea Selatan, rekan di Program Residensi WrICE 2018
dan Melbourne Writers Festival 2018

Tanggung Jawab dengan Pilihan
Memutuskan untuk kembali ke kampung bagi Dicky tidaklah mudah.
Tantangan pertama datang dari orangtua. Orangtua merasa bahwa kehidupan yang diperolehnya sudah mapan, menjadi guru, menggunakan seragam, menerima gaji tetap tiap bulan.
Namun Dicky tetap pada pendiriannya. Dia ingin untuk menjadi seorang inovator sosial di kampungnya.
Lalu apakah menjadi inovator sosial itu sudah cukup untuk menjamin kehidupannya?
Dengan kemampuan yang dimilikinya dan jejaringnya, Dicky membuktikan kepada keluarga bahwa dia bisa lebih dari kehidupan sebelumnya.
Dia telah membuktikan bertanggung jawab dengan pilihan sehingga akhirnya orangtua bisa menerima keputusannya.
"Setelah saya berhenti bekerja, ternyata energi kreativitas itu sangat luar biasa. Saya juga bisa melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan selama saya di sekolah, menjadi seorang guru. Dulu saya menulis tapi waktu habis di sekolah tapi saat jadi pekerja mandiri, ada banyak hal yang bisa saya lakukan, mengatur waktu sendiri, bisa terima banyak pekerjaan, jadi penulis, editor dan lainnya. Ternyata saya bisa survive dan secara income jauh lebih baik dibanding saat menjadi guru," ungkap Dicky
Menurutnya, saat keleluasaan makin besar maka energi kreativitas makin tertantang dan bisa lakukan berbagai hal.
Dia mengaku, selalu ditanya apa sebenarnya tips untuk bisa berhasil.
Baginya, adalah konsistensi dan yakinkan orangtua bahwa itu adalah pilihan dan kita harus bertanggung jawab dengan pilihan tersebut.
Dalam waktu dua tahun, Dicky merasa ada banyak hal yang bisa dilakukannya, bisa jalan ke mana-mana, bisa sharing pengetahuan dengan siapa saja, tidak pelit dengan pengetahuan dan dia merasa hidupnya semakin berguna.
"Tuhan beri saya talenta ini dan hidup saya harus berguna bagi orang lain," katanya.
Melalui komunitas Lakoat.Kujawas yang menerapkan model integrasi kewirausahaan dengan komunitas kesenian warga, perpustakaan, ruang kerja kolaborasi dan ruang arsip, dengan pendekatan warga aktif (active citizen).
Ini juga yang membawanya untuk ikut Drivers for Change, belajar kewirausahaan sosial di 8 kota besar di Inggris, bulan Juni 2018 bersama 100 orang muda dari Inggris, Brasil, Afrika Selatan, Pakistan, Mesir dan Indonesia yang diselenggarakan British Council.
Bagi anak muda sekarang ini, ada peluang yang sangat besar, sudah ada kesempatan yang lebih luas, internet memudahkan untuk ketemu dengan siapa saja, belajar apa saja, tapi jangan lengah dan keasyikan dan jadi self center, egois lalu kesempatan itu hanya jadi diri sendiri tapi buka peluang untuk kontribusi sosial.
"Potensi ada tapi bagaimana membuka diri, kesempatan keluar lebih besar tapi ingat pulang kampung. Pulang kampung tidak berarti secara fisik tapi pemikiran ke kampung, hati kita dan perhatian kita dukungan ke kampung," katanya. (*)
Pengalaman sebagai penulis dan inovator sosial:
- Residensi menulis WrICE 2018 di Dromana Australia, sekaligus membaca cerpen di Melbourne Writers Festival bulan September 2018.
- Partisipan di Ubud Writers and Readers Festival 2017 dan Ubud Food Festival 2018.
- Tiga buku cerpennya diterbitkan Grasindo, antara lain Kanuku Leon, Hau Kamelin & Tuan Kamlasi, dan Sari Rai.
Buku yang diterbitkan komunitas Lakoat.Kujawas
-Berawal dari Tanda Salib di Rumah Sang Klerek (sejarah kecil Gereja Katolik di Mollo)
- Dongeng dari Kap Na'm To Fena (buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh remaja Mollo dari kelas menulis kreatif To The Lighthouse sebuah proyek kolaborasi komunitas dengan salah satu sekolah yang ada di Desa Taiftob, SMPK Santo Yoseph Freinademetz Kapan.
Pengalaman Kreatif Komunitas:
1. Membuat pameran arsip seni budaya Mollo Panggil Pulang di Kapan bulan Agustus 2017.
2. Melakukan workshop penulisan dongeng bersama warga bulan Oktober 2018.
3. Menjadi finalis program Praktik Cerdas di Festival Forum Kawasan Timur Indonesia di Makassar tahun 2018.

2 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus
  2. Permisi admin

    numpang promo yah bos
    Berjudi di dewalotto menang terus dengan jackpot jutaan rupiah setiap hari
    bagi yang bingung main judi kalah terus yuk di coba d sini :

    www.dewalotto.club

    sillahkan di coba Keberuntungan nya bos dalam bermain di dewalotto.club
    Dengan min DP 20rb & WD 20rb bos bisa memenangkan permainan Chip Rupiah Asli loh !

    Untuk Info selengkapnya Hubungi kami di :

    WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE

    BalasHapus