Kamis, 04 Oktober 2018

Lokakarya Ekstrak Jahe Komunitas Lakoat.Kujawas

Kami selalu menaruh hormat pada bapa dan mama di desa Taiftob. Soal inisiatif, kerjasama, solidaritas, jangan diragukan lagi. @lakoat.kujawas hanyalah wadah atau ruang, tapi yang mewarnai dan memberi roh setiap hari justru mereka. Sore tadi ketika saya sedang membaca konsep contextual education untuk keperluan workshop di international conference of village revilatization di Temanggung November nanti, salah satu mama, warga aktif di lakoatkujawas mengirim pesan whatsapp, "kaka Dicky kalo sonde sibuk na mari ke rumah. Kami lagi belajar bikin tepung ekstrak jahe plus gula merah jadi minuman instan." Seorang mama senior diundang untuk mengajarkan cara membuat ekstrak jahe tersebut. Pekan lalu workshop pewarnaan benang dari bahan alam juga datang dari bapa mama yang bergiat di lakoatkujawas. Selesai workshop kami coba nikmati kopi dengan tepung jahe tadi. Nikmat sekali. Setelah uji coba kami akan memproduksinya jadi salah satu oleh-oleh dari desa Taiftob. Pengetahuan dan pengalaman ada di hidup mereka. Memori kolektif terkait tradisi seni budaya juga ada di kepala mereka. Ketika ada ruang dan kesempatan, secara simultan semuanya muncul. Tentu saja sejalan dengan konteks hari ini. Keatif dan inovatif. Saya jadi ingat buku Nu'u produksi @lfptch Jogja didukung British Council Indonesia yang sempat datang riset dan bikin workshop di Desa Taiftob. Seniman asal UK Jameela Khan menulis rasa bangganya akan kesetaraan peran gender di desa Taiftob. Anak maupun tua muda, laki laki-laki dan perempuan punya kesempatan dan peran yang sama di komunitas. #lakoatkujawas #community#desataiftob #mollo #timor #wargaaktif #activecitizen #driversforchange




Tidak ada komentar:

Posting Komentar