1. Apa itu Apinat-Aklahat dan Lakoat.Kujawas?
Residensi Apinat-Aklahat untuk tahun 2026 sudah kami buka. Apinat-Aklahat artinya yang menyala dan membara dalam bahasa Meto, menggambarkan semangat kerja kolektif mengarsip pengetahuan lokal yang menyala di kalangan orang muda Mollo.
Lakoat.Kujawas adalah kolektif kecil yang berdiri tahun 2016, didirikan oleh Dicky Senda sebagai bagian dari pulang kampung untuk kerja arsip pengetahuan lokal setelah proses refleksi (dan frustrasi) sebelumnya, kenapa sih sebagai penulis Timor susah sekali mengakses pengetahuan lokal yang kebanyakan ada di kota besar dan luar negeri, disimpan di kampus, museum, perpustakaan dan lembaga besar. Banyak pengetahuan lokal diambil tapi tidak pernah dikembalikan ke komunitas lokal tempat pengetahuan itu berasal. Atau di sisi lain, pengalaman merasa sebagai anak NTT, anak Timor, menjadi generasi yang terasing di tanah sendiri sebab ruang pendidikan formal tidak banyak memberi ruang alternatif bagi pengetahuan lokal (pangan, tenun, tradisi, adat, dll) untuk hidup dan eksis dan bisa diakses oleh generasi mudanya. Berangkat dari pengalaman dan keprihatinan itu, Lakoat.Kujawas lahir, sebagai ruang alternatif berbasis warga.
Setelah hampir 10 tahun, Lakoat bertransformasi menjadi perpustakaan, ruang arsip, foodlab, sekolah budaya, tur gastronomi, penerbitan buku, kelas menulis kreatif dan festival kampung. Residensi seni dan lingkungan ini termasuk di dalamnya.
2. Bagaimana residensi ini dijalankan?
Residensi ini dijalankan oleh Lakoat.Kujawas sebagai host, didukung oleh warga desa Taiftob dan Mollo yang bergiat di komunitas kami. Residensi ini dijalankan secara swadaya, dari dukungan internal komunitas dan warga, juga dukungan kawan Lakoat (para follower Lakoat yang patungan atau urun dana tiap kami bikin event kecil di komunitas). Kegiatan ini tidak melibatkan lembaga pemerintah atau NGO. Kami jalankan dengan pendekatan adat namanya manekat, model gotong royong dengan urun dana, urun tenaga, urun sumber daya antar warga sipil untuk bangun ruang kolaborasinya secara mandiri.
3. Siapa yang bisa terlibat?
Seniman dari Indonesia dan luar Indonesia, khususnya lagi yang datang dari NTT atau Timor (diprioritaskan).
4. Apa tema dan fokus residensi tahun ini?
Masih dalam tema kerja, "Orang-orang Mutis" merespons berbagai kebijakan dan sistem pembangunan yang tidak berpihak kepada manusia dan kebudayaan di sekeliling gunung Mutis. Sering masyarakat adat dianggap obyek, bukan subyek mandiri dan otonomi. Sehingga dalam banyak kebijakan, masyarakat di sekitar gunung Mutis, cuma jadi obyek, dengan pratik tokenisme dan manipulasi.
Orang-orang Mutis ingin menarasikan ulang siapa orang Mollo, orang Mutis, orang Timor, orang NTT dari kacamata lokal. Ditulis dan dinarasikan sendiri oleh warga.
5. Bagaimana proses pelibatan diri?
Silakan kirim CV, proposal dan idemu ke lakoat.kujawas@gmail.com
6. Siapa saja yang bisa terlibat?
Seniman dan aktivis literasi dan buku. Pembuat zine, ilustrator buku (terutama buku anak), penulis dan penebit buku anak.
7. Berapa orang yang bisa terlibat?
Program ini kami buka untuk maksimal 5 orang, menyesuaikan dengan daya dukung internal Lakoat dan warga Mollo.
8. Apa saja bentuk kolaborasinya?
Seniman menanggung sendiri biaya perjalanan ke Mollo. Selama di Mollo, Lakoat.Kujawas bertanggungjawab untuk konsumsi dan akomodasi, juga transportasi lokal. Seniman bisa terlibat dalam semua kegiatan internal komunitas. Akan ada pertukaran pengetahuan antara seniman dan warga desa juga komunitas. Hasilnya adalah produksi karya kolaborasi (buku dan zine) yang akan diproduksi untuk arsip, pameran, didistribusikan ke perpustakaan dan sekolah, diproduksi untuk penggalangan dana (dijual untuk mendukung program literasi di komunitas).
9. Berapa lama residensinya?
Seniman bisa tinggal bersama kami minimal 1 minggu dan maksimal 3 minggu (tergantung kesepakatan, agenda program dst).
10. Kapan residensi berlangsung?
Residensi dibuka dari Januari - Agustus 2026. Silakan menentukan sendiri waktunya, dan berkoordinasi dengan tim pengurus dan kurator di Lakoat.
11. Apakah seniman bisa mencari dukungan dana dari pihak lain untuk membantu biaya perjalanan dari dan ke Mollo?
Bisa. Kita bisa mendiskusikan peluang itu.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar